Ketua Fraksi AIR DPRD Kabupaten Mabar Minta KP3 Lakukan Audit Distributor Pupuk
Ketua Fraksi AIR DPRD Kabupaten Mabar Minta KP3 Lakukan Audit Distributor Pupuk
Penulis: Gecio Viana | Editor: Kanis Jehola
Ketua Fraksi AIR DPRD Kabupaten Mabar Minta KP3 Lakukan Audit Distributor Pupuk
POS-KUPANG.COM | LABUAN BAJO - Sejumlah petani di Desa Nggorang, Kecamatan Komodo Kabupaten Manggarai Barat ( Mabar), mengalami kesulitan mendapatkan pupuk, Selasa 15 Juni 2021.
Menyikapi itu, Ketua Fraksi Amanat Indonesia Raya ( Fraksi AIR) DPRD Mabar, Inocentius Peni meminta Komite Pengawas Pupuk dan Pestisida (KP3) Kabupaten Mabar untuk melakukan audit para distributor pupuk.
"Kami minta KP3 Manggarai Barat melakukan audit dan investigasi para distributor pupuk, bahkan hingga tingkat pengecer," tegasnya saat ditemui di Kantor DPRD Mabar.
Baca juga: Demokrat Dukung Rihi Heke-Uly Kale PSU Pilkada Sabu Raijua
Baca juga: PSU Pilkada Sabu Raijua Tanpa Kampanye
Menurut politisi PAN ini, persoalan kelangkaan pupuk menjadi keluhan banyak petani.
Sebab, lanjut dia, kuota pupuk bersubsidi tahun 2021 hanya 7.050 ton dari pemerintah pusat, sedangkan kebutuhan pupuk yang diajukan hingga 16 ribu ton.
"Artinya hanya setengah kuota pupuk subsidi yang kita terima, sehingga jika dihitung rata-rata petani hanya mendapatkan setengah dari jumlah pupuk yang dibutuhkan," jelasnya.
Hal ini, kata Inocentius, mengakibatkan kelangkaan dan rentan sekali dugaan komersialisasi pupuk bersubsidi.
"Kalau ada yang tidak dapat, ini berarti ada yang berdagang pupuk subsidi ini," katanya.
Baca juga: Promo Dunkin Donuts Besok Rabu 16 Juni 2021, Harga Spesial 18 Donat Cuma Rp 100.000
Baca juga: Polda NTT Simulasi Pengamanan PSU Pilkada Sabu Raijua
Inocentius menuturkan, DPRD Kabupaten Mabar sebelumnya telah membicarakan dan merekomendasikan kepada Pemkab Mabar, beberapa rekomendasi terkait kekurangan pupuk di daerah itu.
Rekomendasi pertama, urai Inocentius, yakni menyurati Pemprov NTT agar menindaklanjuti dan meneruskan ke pemerintah pusat agar menambah kuota pupuk bersubsidi.
Lebih lanjut, rekomendasi kedua yakni realokasi pupuk bersubsidi dari wilayah-wilayah yang tidak terlalu banyak membutuhkan pupuk bersubsidi, kepada daerah yang kekurangan pupuk.
"Seperti di wilayah persawahan Lembor yang hari ini tidak bertani karena proyek Rehabilitasi Jaringan Permukaan Kewenangan Pusat Daerah Irigasi Lembor, pupuk yang ada dialokasikan ke wilayah lain yang membutuhkan," jelasnya.
Rekomendasi ketiga, Pemda Mabar diminta untuk melakukan evaluasi distributor dan pengecer pupuk bersubsidi, sehingga penyaluran pupuk dapat optimal.
"Namun hal ini kami nilai tidak dijalankan, logikanya kalau kita hanya mendapatkan kuota 50 persen jatah pupuk, maka para petani ini juga dapat 50 persen. Kalau tidak dapat, di mana pupuk bagi petani ini. Jangan sampai ada yang memanfaatkan ini untuk kepentingan sepihak. Harus ada audit," tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah petani sawah di Desa Nggorang, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), terancam gagal panen, Selasa 15 Juni 2021.
Pasalnya, para petani sulit mendapatkan pupuk bersubsidi untuk kebutuhan pertanian.
"Lahan pertanian sawah milik saya kurang lebih 1 hektare terancam gagal panen, kami sulit dapatkan pupuk bersubsidi baik urea dan NPK," kata petani asal Desa Nggorang, Mikael Gadut (48) saat ditemui di Kantor DPRD Kabupaten Mabar.
Mikael yang tergabung dalam kelompok tani Watu Nggolek ini menuturkan, pekan lalu ia hanya mendapatkan belasan kilogram pupuk dari distributor pupuk bersubsidi di Labuan Bajo.
Padahal, lanjut Mikael, ia membutuhkan sedikitnya 8 karung pupuk urea dan NPK.
"Dulu saya beli pupuk urea dengan harga Rp 112.000 per karung dan NPK Rp 115 ribu, ukurannya 30 kg sampai 40 kg, saat ini tidak dapat," katanya saat berkunjung ke ruang Fraksi Amanat Indonesia Raya (AIR) DPRD Kabupaten Mabar.
Hal ini, kata Mikael, juga dialami petani lainnya dalam tahun 2021. Petani hanya pasrah pasrah dan menunggu terancam gagal panen.
Menurutnya, jika pupuk tersedia, satu kali musim tanam ia bisa mendapatkan lebih dari 2 ton beras.
"Dalam 1 tahun, saya bisa 3 kali tanam, kalau begini kami makin susah," keluhnya.
Namun, dalam kondisi akses pupuk yang sulit, ia pun meragukan apakah bisa mendapatkan hasil pertanian sawah yang optimal.
Pihaknya berharap, pemerintah dapat menyesuaikan pupuk bersubsidi yang cukup, sehingga kebutuhan para petani dapat terjawab.
"Kami harap jangan dipersulit kami dapat pupuk artinya kami beli harus ada pupuk, lahan sawah kami terancam gagal panen," tandasnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana)