Opini Pos Kupang

Selayang Pandang Tentang Biboki-TTU, Nekaf Mese, Ansaof Mese: Sebuah Tinjauan Sosio-Kultural (1)

Selayang Pandang Tentang Biboki-TTU, Nekaf Mese, Ansaof Mese: Sebuah Tinjauan Sosio-Kultural (1)

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Selayang Pandang Tentang Biboki-TTU, Nekaf Mese, Ansaof Mese: Sebuah Tinjauan Sosio-Kultural (1)
DOK POS-KUPANG.COM
Logo Pos Kupang

Betapapun ada belis, yaitu pembayaran mahar untuk memasukkan ibu dan anak-anak ke marga ayah, tetapi paling tidak seorang anak dikembalikan ke marga ibu sebagai `sekaf', yaitu sebagai pengganti ibu.

Di sini terjadi bahwa sistem kekeluargaan matrilineal di Malaka, `Liurai', mempengaruhi sistem kekeluargaan patrilineal orang Biboki. Dalam sistem matrilineal Malaka, semua anak masuk ke marga ibu, namun seorang anak dikembalikan kepada ayah sebagai `matamusan', sebagai pengganti ayah.

Keempat, secara sosial-politik Kerajaan tradisional Biboki merupakan Kerajaan `Bufferzone' (Kerajaan Penyangga atau Penyeimbang) karena Kerajaan Biboki menyangga dan menjadi penyeimbang terhadap dua Kerajaan Besar, yaitu Kerajaan `Liurai' di Timur dan Kerajaan `Sonbai' di Barat.

Sebelum kedatangan bangsa Portugis dan Belanda, Kerajaan tradisional Biboki `berafiliasi' dengan dua kekuasaan besar ini, yaitu `Liurai' di Timur dan `Sonbai' di Barat. Hal ini dibenarkan oleh didirikan dan adanya dua tugu besar di pusat Kerajaan tradisional Biboki, `Tamkesi'. `Tamkesi' artinya `penuh dan sempurna'. Tiang tugu yang di Timur dipersembahkan kepada `Liurai' di Wehali-Waiwiku (Malaka) dan yang di Barat dipersembahkan kepada `Sonbai' di `Oenam', `Kono-Oematan' (Molo-Miomafo).

Hakekat Masyarakat Adat Biboki

Masyarakat Adat Biboki adalah paguyuban sosio-kultural-politik dari `Klunin Bo'es, Ba'at Bo'es', yaitu `Sepuluh Pokok, Sepuluh Akar' dengan bermahkotakan `Loro Biboki' sebagai raja atau pemimpin tertinggi. Kesepuluh `Pokok dan Akar' dari masyarakat tradisional Biboki itu adalah `Tnesi-Aluman, T'eba-Tautpah, Tahaf-Nafanu, Harneno-Bukifan'.

`Klunin Bo'es, Baat Bo'es' ini sesungguhnya merupakan paguyuban dari sepuluh raja `berdaulat'yang masing-masingnya mempunyai komunitas sosial-politiknya, namun yang bekerjasama untuk membentuk dan membangun Kerajaan Biboki, yang disebut `Neno Biboki, Funan Biboki' yaitu `Matahari Biboki, Bulan Biboki'.

Dari kesepuluh paguyuban raja ini, ada empat paguyuban yang telah lebih dahulu mendiami tanah Biboki, yaitu `Tahaf-Nafanu, Taitoh-Bukifan'. Betapapun demikian, pengangkatan Loro Biboki tidak dari mereka. Loro Biboki biasanya diangkat dari empat serangkai ini, `Tnesi-Aluman, T'eba-Tautpah'.

Dua serangkai, `Harneno-Manlea' merupakan dua paguyuban terakhir yang mempersatukan diri dengan kedelapan paguyuban yang lain, dan mereka semua bersama-sama membina Kerajaan tradisional Biboki. (bersambung)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved