Pengobatan Picu Efek Samping Jangka Panjang Walau Kesembuhan Anak Penderita Kanker Meningkat
Hal tersebut merujuk data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2020, kasus kanker anak dan remaja lebih dari 300.000 per tahun.
Dr. Achmad Kemal SpOG, K-FER dari FKUI/RSCM mengatakan, pengobatan kanker pada anak juga akan berdampak pada organ dan sistem reproduksi.
Efek langsung pada fungsi reproduki pada perempuan berupa penurunan cadangan sel telur atau kegagalan ovarum yang berdampak pada gangguan kesuburan.
Ketika pasien kanker yang sudah menstruasi menjalani pengobatan kanker, umumnya memang terjadi dismenorea atau tidak menstruasi.
Setelah pengobatan, menstruasi dapat kembali normal, namun tetap ada risiko kerusakan indung telur permanen.
Menurut dr. Kemal, kembalinya mentruasi pasca terapi bukan menjadi tolok ukur kesuburan pada penyintas kanker.
Terapi radiasi umumnya akan menyebabkan penurunan panjang rahim dan kegagalan bagian terdalam rahim.
Selain itu, terganggunya hormon steroid yang dihasilkan indung telur sehingga memengaruhi pertumbuhan tulang, jantung, perkembangan seks sekunder dan lain-lain.

Cadangan sel telur sebelum seorang anak atau orang dewasa terdiagnosis kanker juga akan memengaruhi risiko gangguan kesuburan di masa depan.
“Perempuan pada saat lahir sudah memiliki stok sel telur dalam jumlah tertentu, dan pada saat pubertas sekitar 300.000 sel telur yanga akan menurun sesuai usia kronologis. Pada kondisi tertentu, misalnya karena menjalani pengobatan toksik seperti kanker, akan membuat penurunan cadangan sel telur berkurang dengan cepat,” jelas dr. Kemal.
Kecepatan penurunan cadangan sel telur ini sangat individual, tergantung kondisi pasien dan terapi yang didapatkan.
Selain itu tergantung cadangan sel telur sebelum memulai terapi. Jika sebelum terapi sudah rendah, maka risiko gangguan kesuburan atau kegagalan indung telur akan lebih tinggi.
Guna mencegah hal tersebut, saat ini ada pilihan untuk preservasi fertilitas dengan menyimpan beku embrio, simpan beku oosit (sel telur yang belum dibuahi) jika wanita belum memiliki pasangan, atau simpan beku ovarium.
Opsi lain adalah terapi dengan analog GnRH. Tetapi simpan embrio ini tidak cocok untuk pasien kanker anak karena belum memiliki pasangan.
Pada laki-laki, pengobatan kanker juga bisa menurunkan kualitas sperma atau mengganggu produksinya.
Penyintas kanker anak laki-laki sebaiknya melakukan pemeriksaan sperma pasca pengobatan secara berkala.