60 Balita di Posyandu Bougenvile Oesapa Dapat Makanan Tambahan dari Dharma Wanita Persatuan NTT
berada dalam status stunting, gizi buruk dan buruk sekali bisa berubah statusnya menjadi normal setelah mendapat makanan tambahan
Penulis: Rosalina Woso | Editor: Rosalina Woso
"Waktu masih tugas di TTS, disana banyak sayuran brokoli, wortel dan labu. Sayuran ini, saya selalu siapkan untuk camilan anak," ujar Ny.Marlinda yang menyerahkan bantuan berupa susu ultra dan biskuat..
Sementara Lurah Oesapa, Kiai Kia menambahkan, kegiatan posyandu diselenggarakan dengan tetap taat kepada protocol kesehatan.
“Kegiatan posyandu selama masa pandemi covid-19 baru dillakukan dua kali. Ada 14 posyandu balita, 5 posyandu lansia dan satu posyandu remaja,” ujar Lurah Kiai Kia yang memimpin 33 ribu lebih warga di 54 RT dan 17 RW ini.
Sementara Ketua TP PKK KelurahanOesapa, Ny. Margaretha Osi-Kia, mengatakan, status kurang gizi dan gizi buruk seharus tidak ada di posyandu Bougenvile.
Kenyataannya, masih ada karena orangtua balita lebih banyak pulang kampung dengan membawa anak seusai menerima makanan tambahan.
" Kita sedikit sulit untuk kontrol balita yang statusnya kurang gizi dan gizi buruk," ujar Ny. Margaretha.
Tim DWP NTT yang turut serta dalam acara penyerahan bantuan makanan tambahan di Posyandu Bougenvile Kelurahan Oesapa, yakni Ny. Rara H.Lola, Ny. Retno Indri, Ny. Maya Angi Manubulu, Ny. Febby Adoe, Ny. Lita Foeh dan Ny. Tony Adu (Laporan Reporter POS KUPANG.COM/Rosalina Woso)
Peran Posyandu Menurunkan Stunting di Masa Pandemi Covid-19
Status gizi balita merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Masalah utama yang dihadapi di bidang ini adalah masih tingginya angka kejadian stunting.
Stunting adalah kurang gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama, umumnya ditandai dengan anak berperawakan pendek, lebih pendek dari pada anak seusianya.
Salah satu ujung tombak kegiatan adalah Pos Pelayanan Terpadu (posyandu). Pandemi Covid 19 menjadi tantangan berat bagi eksistensi kegiatan Posyandu.
Adanya kebijakan dari pemerintah untuk membatasi aktivitas di luar rumah, menjaga jarak, bekerja dari rumah, memakai masker, dan protokol pencegahan penyebaran Covid 19 lainnya membuat banyak pengelola Posyandu menghentikan sementara aktivitasnya.
Suatu keadaan yang dilematis. Dengan adanya Posyandu saja angka stunting masih jauh di atas target, apalagi jika tidak ada Posyandu.
Di sisi lain tetap mengadakan Posyandu tanpa adanya penyesuaian kebiasaan, mengakibatkan risiko tinggi tertular yang pada gilirannya akan menambah jumlah korban pandemi Covid 19.
Pendekatan sistematis sangat diperlukan guna mengatasi kondisi dilematis ini. Semua komponen bangsa yang terlibat dalam kegiatan percepatan penurunan stunting dan pencegahan Covid 19 harus bekerja bersama dalam suatu sistem guna mencari berbagai alternatif kegiatan Pos Yandu.