Sesalkan Warga Satu Desa di Labuan Bajo Minum Air Kali, Ketua DPRD Mabar Nilai Pemerintah Lengah

Sesalkan Warga Satu Desa di Labuan Bajo Minum air kali, Ketua DPRD Mabar nilai pemerintah lengah

Penulis: Gecio Viana | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Gecio Viana
Ketua DPRD Mabar, Martinus Mitar saat ditemui di Kantor DPRD Kabupaten Mabar, Jumat (4/6/2021). 

"Iya, setiap hari, kadang kalau pagi atau malam hari kita timba pasti muncul (tinja), karena sebagian warga di sana (hulu sungai), juga gunakan untuk mandi dan kebetulan buang air besar di kali. Hal ini membuat kami tidak bisa elakan lagi, karena ini (air irigasi) kebutuhan kami sehari-hari," ungkapnya.

Air irigasi tersebut mengairi sedikitnya 25 hektare lahan pertanian warga di Kampung Weor. Kampung ini berjarak sekitar 12 km dari Kota Labuan Bajo.

Sulitnya akses air bersih, lanjut Ponce, juga dialami seluruh warga di tiga dusun di Desa Persiapan Golo Tanggar.

Air irigasi yang berasal dari kali Wae Rae digunakan warga untuk semua kebutuhan masyarakat yakni untuk pertanian, minum, mandi cuci dan kakus.

"Rata-rata di Desa Golo Tanggar menggunakan (air) untuk penyemprotan (pestisida), mandi cuci, pokoknya untuk kebutuhan hidup. Kalau orang baru yang baru, minum air ini mengeluh sakit perut," katanya.

Pihaknya juga menduga, air tersebut telah tercemar dan terkontaminasi pestisida.

Senada dengan warga lainnya, Ponce berharap agar Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dapat membantu masyarakat agar mudah mengakses air bersih.

Sebelumnya, ribuan warga dalam satu desa di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), kesulitan mengakses air bersih untuk kebutuhan hidup.

Bahkan, tidak jarang warga berebut air bersih dengan ternak kerbau yang membuat kubangan pada aliran air dari kali Wae Rae, kali yang menjadi tumpuan pemenuhan air baku.

Hal tersebut diakui Penjabat Kades Golo Tanggar, Yoseph Tala saat ditemui di Labuan Bajo, Rabu (2/5/2021).

"Jadi mereka selama ini konsumsi air dengan kerbau, jadi kalau kerbau duluan, untuk kubang di sana, maka mereka tidak dapat air bersih. Tapi, kalau kerbau belum kubang di sana duluan, berarti mereka bisa dapat air bersih," kata Yoseph.

Dijelaskannya, kondisi tersebut dialami ratusan jiwa di Dusun Laing Bakok dan Dusun Wae Bue. Warga 2 dusun ini terbagi dalam 4 blok dan menempati area tersebut sejak 1997 dalam program transmigrasi lokal.

Sementara itu, krisis air bersih juga dialami di dua kampung di Dusun Bancang yakni Kampung Bancang dan Kampung Weor. 

Sehingga, total warga yang mengalami kesulitan air bersih di desa tersebut mencapai 1.152 jiwa.

Masyarakat, aku Yoseph, hanya pasrah dengan keadaan tersebut, sebab selama ini minim perhatian dan sejak puluhan tahun lalu mengonsumsi air kali.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved