Anak-Anak Perbatasan RI-RDTL Peringati Hari Lahir Pancasila Dalam Kesederhanaan

Anak-anak perbatasan RI-RDTL peringati Hari Lahir Pancasila dalam kesederhanaan

Penulis: Edy Hayong | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/EDI HAYONG
Anak-anak perbatasan RI-RDTL yang tergabung dalam "OKL Sreet Library" di Kabupaten Malaka, Provinsi NTT saat melaksanakan upacara Hari Lahirnya Pancasila, Selasa (1/6/2021). 

Anak-anak perbatasan RI-RDTL peringati Hari Lahir Pancasila dalam kesederhanaan

POS-KUPANG.COM | BETUN--Mengenang hari lahirnya Pancasila 1 Juni 2021, beragam cara dilakukan. Ada yang melaksanakannya dengan cara virtual namun ada pula yang menggelar upacara di lapangan.

Begitu pula halnya dilakukan anak-anak perbatasan RI-RDTL yang tergabung dalam "OKL Sreet Library" di Kabupaten Malaka, Provinsi NTT. Mereka adalah anak-anak Sekolah Dasar (SD) dan remaja yang tinggal di Tahak Debunaruk, Desa Railor, Kecamatan Malaka Tengah.

Pakaian yang dikenakan mereka saat upacara bendera peringati Hari Lahir Pancasila cukup sederhana.

Baca juga: RAMALAN Zodiak Rabu 2 Juni 2021: Cancer Fokus pada Masalah Penting, Capricorn Sisi Ekonomi Menguat

Baca juga: Info BMKG Hari Rabu 2 Juni 2021: Gelombang Tinggi di Samudra Hindia Barat Sumatra Capai 6 Meter

Mereka mengenakan pakaian rumah, serta mengikat pita melambangkan bendera Merah-Putih pada kepala masing-masing.

Prosesi upacara yang digelar sederhana itu, berlangsung singkat dengan suasana bahagia bagi mereka anak - anak yang tergabung dalam group OKL Street Library.

Salah satu tokoh pemuda yang merupakan Founder OKL Street Library, Oktavianus Klau Lekik kepada Wartawan di sela-sela kegiatan ini, Selasa (1/6/2021) mengatakan, dirinya dan rekan-rekan tak ingin melewatkan momen perayaan Hari Lahir Pancasila khususnya upacara bendera.

Karena, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016, Hari Lahir Pancasila diperingati setiap tanggal 1 Juni.

Baca juga: Dukung Diversifikasi Pangan, Petani Milenial Sumba Barat Daya Kembangkan TORAKUR

Baca juga: Viral Video Bupati Alor di NTT Marah terhadap Menteri Risma dan Usir Staf Kemensos, Kenapa?

Seperti tahun 2021 ini, peringatan Hari Lahir Pancasila tahun ini masih dalam suasana pandemi Covid-19.

"Anak-anak yang tergabung dalam "OKL Street Library" sangat gembira setelah mengikuti upacara peringati Hari Lahir Pancasila dan mereka sangat antusias," jelas Okto, Founder OKL Street Library.

Menurut Okto, anak-anak yang tergabung dalam OKL Street Library selama ini berada dalam ruang lingkup yang kecil, kemudian jarang melihat hal yang berbaur warna-warni Indonesia.

Seperti pita yang di ikat pada kepala masing-masing anak dan mereka sangat bahagia dalam memperingati momentum Hari Lahirnya Pancasila 1 Juni.

"Akhinya kita temukan, oh ternyata anak-anak itu akan merasa cepat memahami makna hari Nasional dan lainya melalui hal-hal kecil yang dilakukan, seperti sore tadi dalam upacara sederhana memperingati Hari Lahirnya Pancasila," jelas Okto.

Untuk diketahui, OKL Street Library berbasis literasi pendidikan di Malaka-NTT Adapun tagline-nya "ask me how to be a smart literacy: open the book, reading and implementing" mengajak masyarakat untuk melek hal-hal penting terkait literasi guna mencerdaskan diri dalam keluarga, lingkungan, dan masyarakat secara luas.

Untuk pertama kalinya, perpustakaan jalanan hadir di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan nama "OKL Street Library".

Tepatnya berada di daerah terpencil Tahak Debunaruk, Desa Railor, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka.

Perpustakaan ini menyediakan buku-buku berkualitas dan terbuka bagi siswa SD, SMP, SMA, mahasiswa maupun masyarakat umum.

"Perpustakaan berkonsep jalanan seperti ini belum pernah ada di Malaka maupun NTT pada umumnya, sehingga muncul ide mendirikan perpustakaan jalanan, sebagai konsep baru untuk bangkitkan imun budaya literasi masyarakat sekaligus melek membaca buku," ungkap Founder OKL Street Library, Oktavianus Klau Lekik, usai mengelar upacara peringati Hari Lahir Pancasila.

Dikatakannya, hal ini juga sejalan dengan program pemerintah NTT, yaitu menuju provinsi berbudaya literasi.

"Literasi menjadi faktor penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak dini. Namun fakta di lapangan menunjukkan minat baca di masyarakat masih rendah," jelas Oktavianus Klau Lekik.

Karena menurutnya, Literasi Indonesia berada pada peringkat 60 dari 61 negara (Most Littered Nation in the World, Central Connecticut State University tahun 2016).

Sedangkan menurut UNESCO tahun 2012, minat baca Indonesia hanya 0,001 (1000:1=rendah), kemudian mengutip dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bahwa banyak anak di Indonesia Timur menghadapi tantangan multisektoral, salah satunya adalah kesenjangan pendidikan dan kemampuan dasar.

Keterbatasan itulah yang membuat empat dari 34 provinsi di Indonesia memiliki tingkat literasi rendah, salah satunya NTT dengan tingkat literasi terendah.

Dikatakannya, bukan suatu kebetulan ketika NTT menjadi provinsi dengan tingkat literasi terendah.

Bisa saja disebabkan beberapa faktor, seperti kurangnya akses perpustakaan, ketersedian buku-buku dan harga buku yang tinggi.

"Maka solusinya adalah meningkatkan tingkat literasi informasi dengan menyediakan bahan bacaan yang bermutu dan mudah diakses oleh masyarakat," pinta Oktavianus.

Karena itu, kehadiran perpustakaan jalanan ini menjadi konsep baru untuk mencapai tujuan bersama.

Pertama, untuk menginspirasi masyarakat tentang pentingnya literasi guna mencerdaskan anak bangsa menuju anak Indonesia yang sejahtera.

Kedua, untuk mengembalikan imun baca dan menulis di masyarakat.

Ketiga, menginspirasi masyarakat untuk melek literasi buku, literasi informasi, literasi media, literasi budaya, literasi Bahasa Inggris dan teknologi.

Kemudian keempat, untuk memotivasi kaum muda-mudi lainnya untuk mengadakan program-program literasi demi mencerdaskan anak-anak bangsa dari daerah 3T di Malaka NTT.

Sehingga harapan besar dari Founder OKL Street Library, imun literasi masyarakat disegarkan kembali menuju masyarakat yang berkarakter dan berbudaya literasi.

Masyarakat diajak untuk membaca buku-buku yang disediakan, berdiskusi, selain itu mengajak anak-anak mengikuti kelas-kelas edukatif berbasis project sosial yang diadakan meliputi kelas Bahasa Inggris.

Ada juga kelas membaca dan menulis, kelas daur ulang limbah dan kreativitas anak, media sharing session: NGOPI-DIA (Ngobrol Pintar Tentang Media), kelas public speaking, kelas menggambar dan mewarnai, kelas bidu tarian daerah, pelatihan pembuatan makanan khas daerah dan lainnya.

"Lebih khususnya, kami juga ajak anak-anak dalam perlombaan, seperti lomba membaca, lomba menggambar, lomba mewarnai dan lain-lain," beber Oktavianus.

Oktavianus menegaskan bahwa kehadiran perpustakaan jalanan ini bukan hanya miliknya sendiri, tetapi milik semua orang di Malaka dan NTT.

Diharapkan membawa banyak manfaat untuk mengembalikan imun masyarakat terhadap literasi baca, memberikan pengetahuan literasi, pengalaman literasi, wawasan literasi, serta cara pandang baru berliterasi bagi seluruh masyarakat untuk menjadi masyarakat yang berbudaya dalam literasi, baik dalam literasi buku, literasi media, literasi budaya, literasi Bahasa Inggris, literasi sains, literasi teknologi ataupun literasi Informasi.

"Pegiat literasi dengan konsep perpustakaan jalanan ini bukanlah sebuah organisasi melainkan wadah komunitas literasi untuk menggerakkan masyarakat melek literasi," jelas Oktavianus.

Menurutnya, kenapa OKL Street Library? We share literacy, education and knowledge.

Sukses hanya bagi orang-orang yang melek membaca buku, maka bersahabat baiklah dengan buku dan percayakan literasi sebagai indikator utama sebuah kesuksesan, seperti kutipan `Never trust anyone who has not brought a book with them - Lemony Snicket. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Edy Hayong)

Berita Kabupaten Malaka

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved