Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Jumat 28 Mei 2021: Bait Allah
Bait Allah di Yerusalem menjadi pusat kehidupan spiritual bangsa Yahudi pada zaman kuno. Bahasa Ibrani menyebutnya Bait Suci.
Renungan Harian Katolik, Jumat 28 Mei 2021: Bait Allah (Mrk 11:11-26)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - “…Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun” (Mrk 11:17).
Bait Allah di Yerusalem menjadi pusat kehidupan spiritual bangsa Yahudi pada zaman kuno. Bahasa Ibrani menyebutnya Bait Suci. Letaknya di Bukit Bait Suci.
Menurut sejarah, Bait Allah dibangun Raja Salomo untuk menggantikan Kemah Suci yang dibangun Musa (1Raj 6:1-37). Bait Allah menjadi tempat mempersembahkan korban kepada Allah (Im 1:7), tempat pertemuan (Kis 2:46), tempat pengajaran (Kis 5:20-21) dan tempat pertukaran informasi dan pengetahuan (Luk 21:37).
Bait Allah dibangun dengan tujuan utama yaitu agar Tuhan diam di tengah bangsa Israel (Kel 25:8). Maka Bait Allah menjadi area yang sangat sakral.
Ketika Yesus mengusir pedagang yang berjualan di Bait Allah, serentak kita disadarkan bahwa tempat yang suci itu telah menjadi pasar. Transaksi ekonomi, mungkin juga transaksi politik, telah mencemarkan area kudus umat Israel ini. Yesus mengusir pedagang-pedagang merpati dan membalikkan meja-meja para penukar uang (Mrk 11:15).
Tetapi Dia tidak merusak dagangan mereka dengan melepas hewan-hewan dagangannya. Yesus tidak pernah merugikan orang lain dengan tindakan-Nya. Dia menyuruh orang-orang itu pergi tanpa merusak dagangan mereka agar mereka tetap bisa berjualan di tempat lain, bukan di Bait Suci.
Yesus tidak mungkin bertindak sembrono tanpa tahu akar masalahnya. Apalagi tindakan pengusiran ini terjadi di Yerusalem yang dihuni oleh kelompok elite bangsa Yahudi yang kemudian sangat berperan signifikan dalam drama pengadilan penuh rekayasa yang berpuncak pada tragedi Golgotha.
Penginjil Markus menulis, adegan pengusiran ini menusuk hati imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat yang patut diduga berada di balik praktik bisnis ilegal dan korupsi di Bait Allah (Mrk 11: 18). Orang-orang yang membenci dan memusuhi Yesus pada umumnya tinggal di lokasi itu.
Injil Yohanes menyebut mereka ioudaioi yaitu sekelompok elite Yahudi yang tinggal di Yerusalem dan wilayah Yehuda yang mempunyai otoritas dan kekuasaan, termasuk di antaranya adalah para imam kepala, ahli taurat dan orang-orang Saduki.
Yesus sesungguhnya memerangi praktik korupsi yang telanjang di area Bait Suci sejak masa Imam Besar Hanas dan terus berlanjut pada masa kekuasaan menantunya, Imam Besar Kayafas.
Dinasti golongan imam besar itu memanfaatkan Bait Allah untuk mencari keuntungan melalui bisnis ilegal yang memeras keringat orang-orang kecil yang hendak bertemu dengan Allah. Semua peziarah diwajibkan untuk membeli hewan korban seperti kambing, domba, lembu, merpati, dan lain sebagainya di Bait Allah.
Karena ternak-ternak di sana dianggap memenuhi standar, sedangkan yang dibawa umat cenderung dianggap tidak memenuhi syarat. Maka umat harus membeli dan bukan membawanya sendiri.
Persoalan lainnya, sebelum membeli hewan kurban adalah uang bergambar kaisar harus ditukar terlebih dahulu dengan uang yang berlaku di lingkungan Bait Allah. Selisih harganya sangat tinggi.