Kubra Hasani Pegungsi Afghanistan di Kupang Melaporkan Sikap IOM Kepada Wakil Gubernur NTT
Kubra Hasani Pegungsi Afghanistan di Kupang Melaporkan Sikap IOM Kepada Wakil Gubernur NTT Josep Nae Soi.
Penulis: OMDSMY Novemy Leo | Editor: OMDSMY Novemy Leo
“Kita seperti burung dalam sangkar. Itu burung mau bebas tapi tidak bisa. Kalau ada di sangkar yang paling baik, banyaka fasilitas, tapi tetap sangkar,” kata Kubra sambil menangis.
Hal senada disamapikan Reza Khademi tentang kehidupan mereka yang ada di Kupang saat ini adalah suku Hazara dan kehidupan suku Hazara di Afghanistan ini minoritas dan ada persoalan ras disana.
Mereka dicari dan hendak dibunuh sehingga mereka memilih lari dari Afghanistan ke Iran atau ke luar. Reza Khademi mencontohkan, belum lama ini ratusan anak-anak suku Hazara yang usia 6 sampai 10 tahun tewas karena sekolahnya dibom.
“Pagi masuk sekolah, siang sudah kubur semua. 200-an orang masih di rumah sakit dan bertambah terus. Bapak bisa cari suku Hazara di google, ada banyak kuburan, 1 hari sudah penuh. DI Afghanistan tidak ada tempat aman untuk suku Hazara. Beta hanya mau cari tempat aman aman,” kata Reza Khademi yang memiliki 3 orang anak ini.
Reza Khademi mengatakan, sejak usia 12 tahun dia lari dari Afghanistan ke Iran dan menikah disana.
“Mama bapa saya tidak ada. Setelah menikah di Iran, Issis dan Arab paksa migrant harus ikut berkelahi (perang). Saya tidak mau sehingga saya keluar dari Iran dan sampai kesini,” kata Reza Khademi.

Reza Khademi menjelaskan, dia memiliki tiga anak, anak pertama usia 14 tahun sejak covid tidak pernah bersekolah lagi. Namun beberapa waktu lalu IOM minta anaknya ikut ujian sekolah.
“Tidak sekolah tapi langsung ujian. Anak nomor dua usia 10 tahun juga begitu. Dan aank ketiga yang usia 4 tahun lahir disini. Sekolah hanya formalita saja, IOM dia mau putar-putar, dari sini ke sana, dari sana kesini,” kata Reza Khademi.
Azim Hasani mengungkapkan banyak orang yang mengalami depresi dan minum obat syaraf dan karena terlalu lama akhirnya mereka sampai tidak ingat nama keluarganya, istri, suami atau anak mereka.

“Kalau kita lihat mereka itu rasanya berat karena tidak bisa membantu. Kalau kasih tahu IOM, IOM mengatakan hal itu hanya main-main saja,” kata Azim Hasani. (poskupang.com, novemy leo)
IOM Kupang : Tak Ada Regulasi
Kepala IOM Kupang, Asni mengatakan, pihaknya memfasilitasi pendidikan anak dengan sekolah namun untuk ijasah dan NIS tidak bisa difasilitasi IOM karena tak ada regulasi.
“Negara kita memang belum tergabung menandatangani konvensi 51 sehingga ada keterbatas dan mereka tidak bisa dapat ijasah,” jelas Asni kepada Wagub Nae Soi, Rabu (19/5/2021).
Untuk kasus Husein, demikian Asni, beberapa waktu lalu mereka sudah membawa Husein ke rumah sakit. Namun Asni tak mau membicarakan soal kondisi kesehatan Husein karena itu menyangkut privasi pasien.

“Yang pasti kita sudah berikan fasilitas yang dibuhtuhkan Husein. Selama ini dia harus minum obat yang diberikan oleh kita. Dan kami hanya memfasilitasi setiap anjuran yang diberikan dokter itulah yang kami lakukan,” kata Asni.