Kubra Hasani Pegungsi Afghanistan di Kupang Melaporkan Sikap IOM Kepada Wakil Gubernur NTT

Kubra Hasani Pegungsi Afghanistan di Kupang Melaporkan Sikap IOM Kepada Wakil Gubernur NTT Josep Nae Soi.

POS-KUPANG.COM/NOVEMY LEO
Reza Khademi dan Kubra Hasani, pengungsi asal Aghanistan bersama Wakil Gubenur NTT, Josep Nae Soi, SH di ruang kerjanya, Rabu (19/5/2021). 

“Dan informasi ini mereka (IOM) tidak kasih tahu kalau pendidikan anak-anak itu hanya formalitas saja,” kata Kubra.

Untuk masalah kesehatan, Kubra mencontohkan Husein yang diduga depresi dan kini tak mau bicara lagi dan tak mau bergaul dengan siapapun. Dan IOM tidak menanganinya dengan baik.

RABU 19 Mei 2021, tiga orang pengungsi asal Aghanistan yang ada di Kota Kupang yakni Kubra Hasani, Reza Khademi dan Azim Hasani (kiri) menemui Wakil Gubenur NTT, Josep Nae Soi, SH di ruang kerjanya. Hadir juga Kepala IOM Kupang, Asni (kanan)
RABU 19 Mei 2021, tiga orang pengungsi asal Aghanistan yang ada di Kota Kupang yakni Kubra Hasani, Reza Khademi dan Azim Hasani (kiri) menemui Wakil Gubenur NTT, Josep Nae Soi, SH di ruang kerjanya. Hadir juga Kepala IOM Kupang, Asni (kanan) (POS-KUPANG.COM/NOVEMY LEO)

Husein hanya diberikan obat oleh security hotel setelah minum, Husein akan tidur dari malam sampai pagi dan pagi sampai malam. Dan konseling dengan psikolog dihentikan dengan alasan Husein tak mau bicara.

“Dia telihat bukan seperi orang hidup. Saya yakin, kalau orang tidak urus dia maka dia akan bunuh diri atau mati. Dalam satu bulan, berat badannya turun 20 kg tapi dari IOM belum pernah ketemu dia. Walaupun saya menangis, sampai psikolog di wa. Husein bukan suadara saya tapi saya kasihan melihat dia. Ada banyak masalah lagi,” kata Kubra.

Kubra menambahkan, ketika meminta rujukan dari IOM, IOM baru memberikan rujukan ke pengungsi 2 sampai 3 bulan.

“Kita sudah sehat sendiri atau kita harus bayar sendiri baru ada rujukan. Tapi yang penting buat kita, kita tidak bisa percaya lagi. Semua sudah capek,” kata Kubra.

Kubra berterimasih kepada Wagub NTT yang mau meluangkan waktu untuk mendengar keluh kesah pengungsi. “Saya senang, anda mendengar kita,” kata Kubra.

Kubra mengatakan, untuk meminta surat rekomendasi dari negaranya, pasti tidak akan mereka dapatkan, karena pemerintah disana tidak peduli dengan pengungsi, apalagi mereka adalah kelmpok minoritas suku hazaea.

Terkait demo, Kubra mengatakan, mereka tidak ada pilihan sebab IOM sebagai lembaga yang seharusnya mengurusi pengungsi ternyata tidak mempedulikan mereka selama ini.

“Kita tidak ada pilihan kita minoritas, suku hazara. Pemernitah kita tidak peduli kita. Banyak migran yang punya ada kasus medis bahkan ada yang sudah dapat surat untuk bisa pindah ke kota lain, namun sudah 1 sampai 2 tahun ini tidak juga diproses oleh IOM Kupang," kata Kubra.

Menurut Kubra, Husein dibawa ke rumah sakit setelah 1 tahun sakit dan setelah mereka berdemo 2 minggu di depan kantor IOM Kupang.

"Kita demo baru dia dapat rujukan ke rumah sakit. Apa kita harus begitu baru bisa dapat mereka (IOM) punya urusan buat orang sakit sepeeti itu. Harus semua anak, ibu hamil, bapak demo di depan kantor IOM baru kasih, harus 2 minggu demo buat orang sakit sampai dia meninggal baru kasih rujukan? Itu mereka punya respon terhadap kita?” kritis Kubra sambil menangis.

Kubra berterimaksih kepada Wagub NTT yang mau mencari solusi untuk pengungsi. “Selama ini kita tunggu 6 sampai 7 tahun, kalau 2 minggu itu tidak rasa,” kata Kubra.

Menurut Kubra, jika mengikuti aturan UNHCR dan IOM maka mestinya pengungsi menetap di community house, karena tak ada community house maka fasilitasnya tidak standar.

Kubra mengaku elama berada di Kupang, kehidupan pengungsi Afghanistan ditangani oleh IOM namun mereka tidak bisa bebas dan punya hak yang sama seperti orang pada umumnya karena status mereka sebagai pengungsi.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved