Maksimus: Guru Garis Depan Menyapa Lebaran Tanpa Mudik
Ketua PGRI Flores Timur, Maksimus Masan Kian mengimbau guru menjadi garis depan menyapa lebaran tanpa mudik
Penulis: Gerardus Manyela | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM |KUPANG -Ketua PGRI Flores Timur, Maksimus Masan Kian mengimbau guru menjadi garis depan menyapa lebaran tanpa mudik.
Imbauan itu dikemukakan saat dialog penuh kekeluargaan dengan topik," Guru Garis Depan (GGD) Menyapa Lebaran Tanpa Mudik", di Studio PGRI Flores Timur, Rabu (12/5/2021).
Dialog ini menghadirkan, Fandi Setiyanto (Ketua GGD) Flores Timur bersama tiga anggota diantaranya, Slamet Wahyanto , Helga Kusuma Poetry, Putri Wulan dengan moderator Marya Kia , guru SMAK St. Fransikus Asisi Larantuka.
Salah satu Tim Edukasi PGRI Flores Timur ini, mampu menciptakan ruang berbagi yang akrab diantara rekan GGD. Masing-masing mempunyai kisah yang membanggakan, gembira, kisah pilu, juga mengharukan.
Baca juga: Selain Santunan, Ahmad Yohan Terus Usahakan Bantuan Bagi Korban Bencana di Lembata
Baca juga: Alfamart Hari Ini 12 Mei 2021 Minuman Dalam Kemasan Turun Harga, Tepung Murah Indofood Kobe MamaSuka
Cerita awal Fandy Setiyanto menjadi GGD menurut Fandy Setiayanto adalah cara membuka diri berbagi dan mengenal daerah lain se Nusantara.
"Dari kecil hingga usia sekolah saya hidup dan tinggal di Jawa. Indonesia, Nusantara ini begitu luas. Saya ingin belajar dan berbagi juga di daerah lain. Puji Tuhan, saya tidak mengalami kendala berarti di NTT, sejak awal di Manggarai hingga kini di Flores Timur. NTT menurut saya adalah Laboratorium Toleransi terbesar di Indonesia. Toleransi tidak sekedar kata, atau teori semata, tetapi diwujudnyatakan dalam kehidupan bermasyarakat. Damai dirasakan di tanah ini,"ungkap Fandy.
Guru pada SMKN 1 Larantuka ini haru dan meneteskan air mata saat menyapa istri, anak dan keluarganya dalam Acara Live pagi tadi.
Baca juga: Chrisnawan Harapkan Pasien Covid-19 yang Isolasi Mandiri Tetap Patuhi Protokol Kesehatan
Baca juga: Promo Terbaru KFC Rabu 12 Mei Whole Chicken Bucket Rp144.545 :9 Ayam 4 Cup Saus Totebag Gratis
"Minta maaf saya sampaikan kepada istri dan anak-anak. Kali ini saya tidak bisa kembali ke rumah. Saya tidak bisa mudik. Saya tidak menempati janji bertemu dengan istri dan anak-anak. Terima kasih untuk doa-doa terbaik buat Ayah. Salam dan doa terbaik buatmu semua. Selamat Merayakan Idul Fitri," kata Fandy penuh haru.
Helga Kusuma, memilih menjadi bagian dari Guru Garis Depan (GGD) karena tidak ingin tetap berada dalam Zona Nyaman.
Guru SMAN 1 Larantuka ini, sedikit lebih baik nasibnya dari rekannya yang lain karena ia tinggal bersama dengan suami. Jodohnya adalah rekannya sendiri dalam komunitas GGD.
Namun di sisi lain, kerinduan bersama orang tua sudah empat tahun ini belum terobati. Rencana tahun ini bisa ketemu dengan orang tua, terhalang oleh pembatasan mudik dan virus corona yang masih merebak.
Slamet Wahyanto, mendapat penempatan di SMAN 1 Kelubagolit, Pulau Adonara merasakan betul suasana kekeluargaan dan toleransi.
"Membuka Surat Keputusan (SK)penugasan, tertulis SMAN 1 Kelubagolit. Saya tidak menyangka kalau harus nyeberang lagi. Di sana saya diberikan tumpangan oleh warga sebuah rumah. Tinggal di rumah sendiri, jauh dari istri anak, keluarga adalah hanya yang menyedihkan. Semua kegalaun ini terhibur oleh masyarakat yang ramah. Toleransi antar umat di Pulau Adonara sungguh nyata. Saya kaget heran dan bertanya-tanya, suatu waktu di Acara Idul Fitri, kami sholat di depan Gereja yang di dalamnya Umat Katolik sedang berdoa.Senang bisa mengenal banyak teman di Flores Timur. Buat istri, anak dan keluarga, saya sampaikan permohonan maaf karena belum bisa bertemu Idul Fitri kali ini. Rindu, kangen, iyah...apa daya, belum bisa bertemu. Palingan besok hanya andalkan Video Call. Sedih memang," ungkap Slamet.
Sementara Putri Wulan, paling haru saat sahabat seperjuangan di Komunitas GGD meninggal dunia.
"Haru, sedih, bagaimana rasanya sakit di tanah rantau, jauh dari keluarga. Kami pernah alami itu. Sahabat kami Evi Restiawati sakit di lokasi tugas dan kami harus merawat bergantian. Pada akhirnya meninggalkan kami semua selamanya. Saya mungkin lebih bahagia dari teman teman lain, karena saya sendiri asli dari Lembata, dan rumah tinggal saya tidak jauh dari sekolah tempat saya mengajar di SMKN 1 Larantuka. Lebaran adalah Hari yang istimewa, tidak dirasakan oleh teman-teman seutuhnya. Dalam komunitas, kita tetap dan terus bergerak bersama," kata Wulan.
Dalam rilus yang diterima Pos Kupang. Com, Rabu (12/5/2021), Maksimus Masan Kian, Ketua PGRI Flores Timur menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Jajaran Guru Garis Depan (GGD) yang mengambil peran maksimal membantu Guru di Kabupaten Flores Timur.
"Apresiasi setinggi-tingginya kepada jajaran Guru Garis Depan. Dalam kaca mata PGRI Flores Timur, GGD mengambil peran maksimal membantu guru Flores Timur dalam wadah PGRI Flores Timur. GGD Flores Timur selalu bersama dengan PGRI Flores Timur termasuk kemarin dalam kegiatan solidaritas kepada korban bencana di Pulau Adonara dan Lembata. Ke depan, kerja sama akan tercipta, terlebih dalam proses membantu PGRI dalam percepatan pelayanan administasi anggota yang berhubungan dengan digitalisasi," kata Maksi.(gem)
PGRI
Flores Timur
Maksimus Masan Kian
mudik
larantuka 12 mei
POS-KUPANG.COM
Pos Kupang Hari Ini
Pos Kupang
Kanisius Jehola
berita larantuka hari ini
berita larantuka terkini
BREAKING NEWS: Diiming-imingi Jadi Polwan, Polisi Gadungan Tipu Gadis Asal Lelogama Rp 117 Juta |
![]() |
---|
Riwayat Keberangkatan Gadis Flores Timur Diduga Korban TPPO di Malaysia |
![]() |
---|
Ketua IMI NTT Lantik Sergio Boko Jadi Ketua IMI Cabang Kabupaten Malaka |
![]() |
---|
Diduga Jadi Korban Human Trafficking, Gadis 20 Tahun Asal Flores Timur Meninggal Dunia di Malaysia |
![]() |
---|
Ketua PGRI Flores Timur Bangun Perpustakaan Pakai Uang Tunjangan Sertifikasi |
![]() |
---|