Pengusaha Kota Kupang Keluhkan Pelayanan Bongkar Muat Peti Kemas di Pelabuhan Tenau
Dengan diadakan meeting ini, maka jelas terjadi antrian bongkar muat barang/peti kemas di Pelabuhan Tenau Kupang
Penulis: Alfons Nedabang | Editor: Gordy Donofan
Pengusaha Kota Kupang Keluhkan Pelayanan Bongkar Muat Peti Kemas
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Pengusaha Hengky Marloanto (63) mengeluhkan ketidaklancaran pelayanan bongkar muat barang/peti kemas di Pelabuhan Tenau Kupang sebelum dan setelah terjadi badai Seroja.
Warga Jalan Alor No 38 RT 013 RW 004 Kelurahan Fatubesi, Kota Kupang meminta manajemen PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Tenau Kupang segera melakukan evaluasi.
Dalam suratnya bernomor: 007/HM/05/2021 yang ditujukan kepada General Manager PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Tenau Kupang, Hengky membeberkan ketidaknyamanan yang dialaminya.
Ia menjelaskan, telah berlangsung kurang lebih sepuluh tahun, diadakan Meeting Penetapan Pelayanan Terpadu (P2T) yang membahas tentang estimasi kedatangan kapal, penyandaran kapal, nomor urut antrian kapal bongkar/muat.
Baca juga: DPW ALFI NTT Salurkan Bantuan Sembako di Pelabuhan Tenau
Meeting P2T dimaksud kini diadakan setiap hari Senin dan Rabu. Dengan diadakan meeting ini, maka jelas terjadi antrian bongkar muat barang/peti kemas di Pelabuhan Tenau Kupang.
Selanjutnya, pada awal April 2021 terjadi badai Seroja yang melanda wilayah NTT, termasuk Kota Kupang yang mengakibatkan terjadinya kerusakan dua unit container crane (CC), rubber tyred gantry (RTG) dan reach stacker (RS) secara bergantian.
Peralatan tersebut milik PT Pelindo III (Persero) Cabang Tenau Kupang. "Kerusakan alat tersebut sangat mengganggu bongkar muat barang/peti kemas. Di lain pihak crane darat milik swasta tidak bisa digunakan dengan alasan ketiadaan surat kelayakan," kata Hengky.
Ia juga mengungkapkan fakta yang terjadi. Pertama, peti kemas yang dimuat oleh kapal pengangkut tiba di Pelabuhan Tenau Kupang, tidak bisa sandar dan bongkar muatan karena terjadi antrian panjang selama 17 hari (selama 6-23 April 2021) dan belum teratasi sampai saat ini.
Kedua, terjadi kerusakan dua unit CC, RTG dan RS secara bergantian sehingga bongkar must barang/peti kemas terhambat (terlambat).
Baca juga: Menteri Perhubungan Budi Karya Tinjau Kondisi Bandara El Tari dan Pelabuhan Tenau, Simak Liputannya
Ketiga, pada tanggal 9 April 2021 ditempu kebijakan prioritas bongkar barang urgent (dua peti kemas dengan muatan telur ayam) yakni TOLU 30618224 dan SAN 221467, namun dikenakan pembebanan biaya tagihan sandar pada Pelabuhan Tenau Kupang kepada pengusaha sebesar Rp 6.021.883, padahal seharusnya menjadi tanggung jawab Pelindo.
Keempat, crane milik swasta tidak bisa digunakan di pelabuhan dengan alasan tidak memiliki surat kelayakan.
Terhadap fakta-fakta tersebut, Hengky menyampaikan solusi jangka pendek, jangka menengah dan solusi jangka panjang.
Sebagai solusi jangka pendek, lanjut Hengky, pembongkaran sembilan bahan pokok (Sembako) menjadi prioritas agar tidak terjadi kelangkaan bahan pokok di masyarakat yang berakibat terjadinya kenaikan harga barang yang memicu inflasi di NTT.
Solusi jangka menengah, yaitu penyediaan satu set utuh CC sebagai cadangan sehingga apabila terjadi kerusakan satu CC, maka CC cadangan bisa digunakan sambil memanti CC yang rusak diperbaiki.