Opini Pos Kupang
Konsumsi dan Produksi Pengetahuan Dunia Pendidikan di Era Pandemi
Sejak masa pendemi, pembelajaran dengan metode daring menjadi pilihan yang paling banyak dibuat
Situasi ini kemudian akan memunculkan hal ketiga yakni yang disebut penulis sebagai pemumpukan mental konsumerisme pengetahuan atau terhadap informasi. Di sini tujuan tindakan mereka hanya satu yakni memuaskan keinginan dengan memenuhi halaman dengan tulisan dan segera mengumpulkan untuk mendapat nilai.
Naluri mengkonsumsi yang ada hadir berdasarkan keinginan tanpa pertimbangan logis. Tidak akan ada pertimbangan, apakah ini atau itu saya butuhkan atau tidak.Yang terjadi hanyalah pengumpulan informasi oleh peserta didik tanpa diikuti pengetahuan yang cukup atau sikap kritis.
Tidak ada kepedulian entakah informasi ini sudah sesuai kebutuhan mereka atau tidak.
Produksi Pengetahuan
Mengutip tulisan Alfred N. Whitehead pada kuliahnya di Universitas Harvard tahun 1920, beliau mengatakan bahwa proses pembentukan sikap dan mental ilmiah jauh lebih urgen dari pada mendorong kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi (Kleden, 2015).
Terkait dengan itu, hal urgen yang mesti diperhatikan adalah hadirnya mental dan sikap dasar atau etika dalam dunia pendidikan. Itu mesti dibentuk pada peserta didik sebelum mereka diberikan keleluasaan dalam mengakses berbagai informasi pengetahuan dan teknologi.
Masih mengutip Whitehead yang menyatakan tentang eksistensi teknologi di sebuah negara yang tidak dengan serta menjadi indikator majunya sebuah negara karena teknologi bisa dibeli karena sebuah negara maju ialah negara yang bisa memproduksi teknologi bahkan mengetahui cara untuk memproduksi teknologi itu (Kleden, 2015).
Maka sepaham dengan beliau, pendidikan yang baik ialah pendidikan yang bukan hanya terjadi transfer ilmu pengetahuan dari guru atau dosen pada peserta didik.
Pendidikan mestinya bisa mencapai kondisi ideal peserta didik mesti bisa memproduksi pengetahuan dengan jalan yang mereka temukan sendiri.
Jika fakta seperti mental pasif, kebiasaan copy-paste dan konsumerisme pengetahuan dibiarkan terus terjadi, maka hal yang akan sangat memrihatinkan adalah terjadinya salah kaprah dalam memanfaatkan situasi dan mekanisme pendidikan daring. Para pelajar akan dimanjakan oleh kemudahan akses informasi karena teknologi yang akan mematikan etos dan gairah memproduksi pengetahuan.
Apa yang akan terjadi dengan dunia pendidikan apabila kebanyakan peserta didik hanya mencari gampang untuk mengerjakan tugas?
Apa yang akan terjadi jika media online atau kouta internet yang diberikan baik itu oleh orangtua atau pemerintah hanya digunakan membuat tugas atau belajar seadanya dan lebih banyak dihabiskan untuk bermain game atau mengupload foto atau bergoyang dengan ragam pada aplikasi tertentu? Masih mungkinkah terjadi produksi pengetahuan di tengah situasi ini?
Memproduksi Pengetahuan
Tidak ada yang mempersalahkan jika siswa memanfaatkan bantuan Google untuk mencari informasi terkait tugas yang diberikan. Namun hal yang mesti diperhatikan adalah tindakan mencari atau mengkonsumsi informasi mesti dibarengi sikap selektif atau sikap kritis. Hal ini dibutuhkan karena ada berbagai konten yang disajikan di dunia maya.
Ketajaman berpikir dan sikap selektif sangat dibutuhkan ketika berhadapan dengan situasi tadi. Ini penting agar informasi atau pengetahuan yang diambil bisa berguna, bukan saja untuk menyelesaikan tugas tetapi sanggup memberikan hal atau informasi yang baru bagi peserta didik, teman-teman yang mungkin melihat tugas bahkan pada pengajar mereka sendiri.