Opini Pos Kupang

Digugu dan Ditiru

Semboyan Ki Hajar Dewantara menyadarkan peran guru untuk berintrospeksi dalam merealisasikan pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Digugu dan Ditiru
DOK POS-KUPANG.COM
Logo Pos Kupang

Pendidikan Daring di Masa Pandemi

Saat ini, semua Negara di dunia sedang menghadapi pandemi Covid-19. Covid-19 membatasi ruang gerak setiap orang, termasuk dalam dunia pendidikan. Di indonesia kurang lebih satu tahun semua aktifitas pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah sampai perguruan tinggi dilakukan secara daring.

Di satu sisi, pembelajaran daring dipilih sebagai salah satu alternatif guna memutuskan mata rantai penularan Covid-19, akan tetapi di sisi lain alternatif tersebut mempunyai implikasi destruktif terhadap realisasi pembangunan karakter (Character building).
Pembelajaran daring serentak mengabaikan sekaligus menguras internalisasi nilai-nilai karkter yang perlu ditanamkan ke dalam diri siswa. Guru dan siswa membatasi jarak dalam menjalankan proses pembelajaran.

Metode pembelajaran semacam itu menciptakan kesenjangan eksistensi guru dan siswa. Keterlibatan guru dalam mendidik siswa hanya memfokuskan pada gadget. Dalam hal ini, guru berperan hanya sebatas pengajar bukan pendidik.

Penerapan pembelajaran daring akan berpengaruh terhadap prilaku guru dan siswa. Pembelajaran semacam itu hanya memanfaatkan gadget. Mereka seakan diperhamba oleh gadget. Gadget tampil sebagai tuan dari segala aktifitas untuk menunjang proses pendidikan.

Kehadirannya sebagai sentral dari semua kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan. Entah sadar atau tidak, gadget memang dapat mendorong tercapainya pembelajaran daring tetapi mengabaikan internalisasi nilai-nilai karakter kepada siswa.

Pembelajaran daring hanya berpusat pada transfer pengetahuan. Partisipasi guru melalui gadget hanya formalitas belaka. Guru kesulitan memastikan keseriusan siswanya dalam mengikuti pembelajaran. Efisiensi dan efektivitas pembelajaran tersebut hanya memenuhi sebagian aspek penilaian saja. Tentunya, dilihat dari segi penilaian IQ (Intelectual Quantity).

Permasalahan lain dari penerapan pendidikan daring adalah kurangnya kontrol guru. Kehadiran mereka tidak secara langsung dalam mengontrol siswanya. Mereka tidak mengetahui sejauh mana perkembangan kepribadian siswanya secara emosional, spiritual, dan kualitas hidup.

Guru ada ketika pembelajaran daring berlangsung tanpa `memanage' dan hadir di tengah siswa. Partisipasi guru seakan menghindar dari tanggung jawab sebagai pendidik.

Pembelajaran daring menumbuhkembangkan mental instan di dalam diri siswa. Mereka memanfaatkan gadget untuk menyelesaikan tugas yang diembankan oleh guru melalui cara yang instan.

Men-download tugas menggunakan internet. Cara tersebut akan membentuk mental malas dan membangun kebiasaan ingin cepat menyelesaikan tugas tanpa melalui proses yang panjang. Dalam hal ini, niali-nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran akan memudar.

Pendidikan merupakan proses yang panjang. Proses tersebut mempunyai alur yang jelas demi mencapai tujuan bersama (Bonum Commune). Eksistensi guru dan para siswa berperan penting dalam menciptakan tujuan tersebut. Hal ini dapat dilakukan melalui kesadaran dalam bertindak.

Dalam artian bahwa, tujuan bersama dapat tercapai apabila kesadaran dan kerjasama dalam proses pendidikan tercipta secara baik

Digugu dan Ditiru

Setiap tangal 2 Mei tak lupa pula mengenang kembali jasa bapak pendidik kita Radenmas Suardi Suryaningrat itulah nama aslinya, Ki Hajar Dewantara penegak hari pendidikan Nasional. Ki Hajar Dewantara adalah salah satu tokoh nasional yang berperan penting dalam dunia pendidikan.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved