Tak Ingin Menuai Masalah, Pemkab Flotim Hati-hati Tentuan Lahan Relokasi Bagi Pengungsi Bencana
Hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadi konflik tanah yang berujung masalah antar warga.
Tak Ingin Menuai Masalah, Pemkab Flotim Hati-hati Tentuan Lahan Relokasi Bagi Pengungsi Bencana
POS-KUPANG.COM|LARANTUKA--Pemerintah Kabupaten Flores Timur (Flotim), sangat hati-hatiati menentuan lahan untuk memindahkan pengungsi korban banjir dan longsor di Pulau Adonara. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadi konflik tanah yang berujung masalah antar warga.
Bupati Flores Timur Anton Hadjon mengatakan, ada tiga lokasi yang sudah dipersiapkan oleh pemerintah sebagai calon relokasi bagi pengungsi bencana Adonara. Dari tiga lokasi itu kata dia, baru satu lokasi yang sudah pasti dan akan dilakukan serah terima yakni lahan di Desa Oyangbarang, Kecamatan Wotan Ulumado seluas 1,4 heakter.
Untuk calon lahan di Desa Nelelamadike sekitar 1,5 heakter, kata dia, sudah disiapkan. Tetapi tim masih akan meninjau lokasi tersebut. Ini berkaitan dengan lahan yang diberikan sudah masuk dalam zona aman atau sebaliknya. Tetapi hingga saat ini pihaknya belum menerima kepastian dari kepala desa soal lahan itu karena pemilik lahan.
Sementara lahan relokasi bagi pengungsi di Desa Waiburak sampai saat ini belum bisa ditentukan lokasi relokasi dan masih tahap pembicaraan.
"Sampai saat ini, calon lahan relokasi bagi pengungsi di Waiburak belum ada karena kita sangat hati-hati. Nanti kita salah tentukan orang bisa berperang lagi. Jadi kita sangat hati-hati untuk lahan relokasi bagi pengungsi bencana di Waiburak. Tetapi, kita sudah melakukan pendekatan. Calon lahan itu ada di Desa Saosina seluas 4 heakter" ujar Bupati Flotim kepada wartawan, Sabtu 24 April 2021).
Mengingat lahan yang ada di Desa Oyangbarang sudah disiapkan, bisa dipastikan pemerintah pusat akan membangun lebih dulu 50 unit rumah di lokasi tersebut.
Baca juga: Lamaholot Bali Berencana Bangun Monumen Jokowi Menangis di Lokasi Bencana Adonara
Ia menjelaskan, rata-rata para pengungsi tidak mau direlokasi di luar dari desanya.
"Para pengungsi pingin relokasi tetapi harus di desa lamanya. Mereka tidak mau keluar dari desanya. Hal ini dikarenakan mereka adalah tua-tua adat di desanya," katanya.

Meski demikian, pemerintah daerah akan berusaha secara maksimal dengan melakukan pendekatan secara budaya hingga para pengungsi bencana dapat direlokasi.
"Ini juga sesuai permintaan Presiden Joko Widodo agar warga terdampak bencana agar segera direlokasi," tandasnya.
Baca juga: Yayasan Alpha Omega Gelar Pengobatan Gratis bagi Warga Adonara dan Lembata NTT
Ia menambahkan, pemerintah pusat hanya menyiapkan rumah bagi korban terdampak bencana, sedangkan untuk lahan disiapkan oleh Pemda.

"Kita dapat jatah 300 unit rumah dari pemerintah pusat. Rumah ini akan dibangun oleh kementerian PUPR. Rumah itu akan dibangun di tiga desa terdampak yakni, Desa Nelelamadike, Desa Waiburak dan Desa Oyangbarang," jelasnya.
Terkendala Budaya
Sementara itu, anggota DPRD Flores Timur, Philipus Sanga Golen mengatakan delik persoalan rencana relokasi di Kabupaten Lembata berbeda dengan Flores Timur. Keputusan merelokasi warga, menurut dia, bukan satu satunya metode. Budaya Adonara untuk meninggalkan kampung lalu menghuni kampung baru juga menjadi persoalan.
Baca juga: Aksi Kemanusiaan DPD NTT Hanura Untuk Korban Bencana Siklon Seroja di Adonara Flores Timur