Ramadan 2021

Mutiara Ramadan: Meraih Ridha Pemilik Langit

MANUSIA yang beriman seharusnya sanggup menerima apapun ketetapan Allah SWT atasnya

Editor: Kanis Jehola
POS KUPANG.COM/ISTIMEWA
Hasanah Purnamasari, S.H.I, M.Ag, Dosen Ekonomi Syariah STAI Kupang. 

Oleh: Hasanah Purnamasari, S.H.I, M.Ag, Dosen Ekonomi Syariah STAI Kupang

POS-KUPANG.COM - MANUSIA yang beriman seharusnya sanggup menerima apapun ketetapan Allah SWT atasnya. Bencana ataupun musibah tak menjadikannya berburuk sangka kepada Allah SWT, melainkan ridha kepadaNya.

Namun ridha tak cukup sekedar ucapan, ridha adalah persoalan hati yang membutuhkan iman.

Karena ridha merupakan cabang-cabang iman. Bagaimana mungkin seorang manusia bisa ridha kepada Allah SWT sementara dia belum mengimani apa saja yang dijanjikan Allah SWT kepada manusia.

Baca juga: Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari: Saya Menghargai Pemikiran Terawan

Baca juga: Tak ada Bronjong di Bantaran Kali Tauf TTU

Dalam Islam, setiap manusia diberi kebebasan untuk memilih antara beriman atau kafir, antara bersyukur atau kufur dan antara ridho atau tidak atas ketetapan Allah SWT.

Ridha adalah kunci kebahagiaan hakiki setiap manusia, karena dengan menerima ketetapan Allah SWT dengan ridha maka hatinya akan tenteram, tenang dan bahagia.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadist:

"Di antara kebahagiaan anak Adam adalah ridhanya kepada apa yang ditetapkan Allah. Di antara penderitaan anak Adam adalah marahnya kepada apa yang ditetapkan Allah." (HR.Tirmidzi).

Rasa kecewa, gelisah, takut dan resah menjadi sirna digantikan rasa puas kepada semua yang telah dan akan terjadi karena ia siap menyambut ketetapan Allah SWT dengan senang.

Berbagai penyakit hati bermula dari kurangnya iman dan keridhaan terhadap ketentuan Allah SWT.

Baca juga: Urgensi Manajemen Informasi Bencana

Baca juga: Memerangi Hoaks Bencana

Ada manusia yang rakus dan tamak karena mereka takut tidak mendapatkan bagian yang cukup menurut perhitungannya. Ada juga manusia yang pelit dan bakhil karena was-was apa yang tersisa setelah memberi.

Namun orang yang ridha, hidupnya akan senantiasa diliputi perasaan bahagia tanpa merasa khawatir. Itulah sebabnya Rasulullah SAW memuji orang beriman dalam sabda beliau: "Aku merasa takjub kepada seorang mukmin. Ketika Allah memutuskan suatu perkara bagi seorang mukmin, pasti keputusan itu baik baginya." (HR.Ahmad)
Sikap kita dalam menghadapi suatu kejadian sangat menentukan kebaikan yang kita terima. Saat seseorang menghadapi kejadian dengan amarah dan tidak ridha, maka hati akan menjadi gelap dan pikiran keruh. Sikapnya bukan mengarah kepada perbaikan diri tetapi reaktif dan hanya menyalahkan keadaan, diri sendiri dan orang lain.

Akibatnya pintu-pintu jalan keluar seolah tertutup, potensi diri yang dimiliki pun layu oleh sikap negatifnya itu. Lebih parahnya, secara tidak sadar ia bisa tergiring untuk mempertanyakan keadilan Allah SWT.

Hal ini disebabkan oleh bisikan-bisikan setan yang menunggangi hati dan pikiran karena ketidakridhaan kita. Ungkapan protes akan berlanjut menjadi tindakan dengan meninggalkan perintah Allah SWT karena hilangnya keyakinan.

Para pembaca Pos Kupang yang dirahmati Allah SWT, ridha bukan berarti menerima begitu saja segala hal yang menimpa kita tanpa ada usaha untuk mengubahnya. Jadi, disatu sisi kita yakin bahwa apa yang menimpa kita adalah takdir Allah SWT, di sisi lain kita dituntut untuk melakukan perbaikan.

Sebagaimana firmanNya: "Sesungguhnya Allah SWT tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS.Ar-Ra'd:11).

Adapun ridha Allah SWT sang pemilik langit dan bumi dapat kita raih dengan menerapkan hal-hal berikut: Pertama, menerima syariat dan aturan yang ditetapkan dalam Islam tanpa keraguan. Kedua, ridha untuk tidak bersenang-senang dan berkawan dengan musuh-musuh Allah SWT.

Ketiga, ridha kepada orangtua dan perintahnya sebagai bentuk ketaatan kita kepada Allah SWT. Karena ridha Allah SWT terletak pada riha orangtua, begitupun dengan murkaNya ada pada muka orangtua. Keempat, ridha atas cobaan, musibah dan bencana yang menimpa. Sejatinya, musibah atau bencana yang menimpa adalah sebab dihapuskannya dosa-dosa dan untuk menambah kebaikan. Karena itu orang yang ridha akan bersyukur jika mengalami musibah.

Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah suatu musibah menimpa seorang Muslim kecuali Allah SWT akan hapuskan (dosanya) karena musibah itu, sampai pun duri yang menusuknya." (HR.Bukhari)

Sebagai hambaNya, cukup bagi kita untuk percaya bahwa tidak ada satupun ketetapan Allah SWT atas manusia tanpa kebaikan didalamnya. Jika pada hari ini kita mengalami musibah atau diuji dengan sakit, maka terimalah semua itu dengan perasaan lapang dan bahagia.

Yakinlah bahwa dibalik kesulitan atau musibah yang kita hadapi, Allah SWT memiliki rencana lain yang tidak kita ketahui. Bisa jadi dengan sakit, Allah SWT menyelamatkan kita dari berbuat sesuatu yang menyakiti orang lain, maka kita tehindar dari dosa besar. Ada sekian banyak cara Allah SWT menyelamatkan hambaNya. Kita hanya bisa merasakan hikmah setelah semuanya terjadi. Wallahu A'lam. *

Berita Ramadan 2021

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved