Taliban Mengklaim Telah Menang Perang Lawan Amerika Serikat Saat Pasukan AS Ditarik

Balkh pernah menjadi salah satu daerah paling stabil di Afghanistan; sekarang, ia termasuk yang paling bergejolak.

Editor: Agustinus Sape
AFP/Noorullah Shirzada
Pasukan Taliban di Afghanistan berjalan untuk merayakan gencatan senjata pada hari kedua Idul Fitri di pinggiran Jalalabad pada Sabtu 16 Juni 2018. 

Namun keprihatinan tentang pandangan Taliban terhadap hak-hak perempuan tetap ada. Kelompok itu tidak punya anggota perempuan sama sekali, dan pada 1990-an mereka melarang perempuan bekerja di luar rumah.

Ketika kendaraan kami melewati desa-desa di distrik Balkh, kami melihat banyak perempuan, tidak semuanya mengenakan burqa yang menutupi sekujur badan, berjalan-jalan dengan bebas. Namun di bazar setempat, tidak ada perempuan sama sekali.

Haji Hikmat bersikeras bahwa mereka tidak dilarang, meski dalam masyarakat yang konservatif, dia bilang, mereka biasanya memang tidak pergi ke sana. Kami ditemani Taliban setiap waktu, dan beberapa warga lokal yang kami ajak bicara mengungkapkan dukungan mereka kepada kelompok tersebut, dan bersyukur kepada mereka karena telah membuat wilayah mereka lebih aman dan mengurangi tindak kriminal.

"Ketika pemerintah berkuasa, mereka memenjarakan orang-orang kami dan meminta suap untuk membebaskan mereka," kata seorang lelaki tua. "Orang-orang kami dahulu sangat menderita, tapi sekarang kami bahagia dengan situasi ini."

Nilai-nilai ultra-konservatif Taliban memang tidak begitu berbenturan dengan masyarakat di wilayah rural, namun banyak orang, terutama di perkotaan, takut mereka akan membangkitkan kembali Emirat Islam yang brutal di tahun 1990-an.

Seorang warga lokal belakangan bersedia untuk bicara kepada kami, dengan syarat namanya tidak disebut, dan mengatakan Taliban sebenarnya jauh lebih keras dari yang mereka akui dalam wawancara.

Dia menceritakan warga desa yang ditampar atau dipukuli karena mencukur janggut, atau stereo mereka dihancurkan karena mendengarkan musik.

"Orang-orang tidak punya pilihan selain patuh pada mereka," ujarnya kepada BBC, "Bahkan karena masalah sepele pun mereka main fisik. Orang-orang takut."

Haji Hikmat adalah anggota Taliban di tahun 1990-an. Sementara para kombatan yang lebih muda senang mengambil foto dan selfie, dia awalnya menutup wajahnya dengan turban ketika melihat kamera kami. "Kebiasaan lama," katanya sambil nyengir, sebelum akhirnya mengizinkan kami merekam wajahnya.

Di bawah rezim lama Taliban, fotografi dilarang. Apakah mereka melakukan kesalahan saat berkuasa, saya bertanya? Akankah mereka berperilaku sama lagi sekarang?

"Taliban dahulu dan Taliban sekarang sama saja. Jadi membandingkan waktu itu dan sekarang - tidak ada yang berubah," kata Haji Hikmat. "Tapi," dia menambahkan, "ada perubahan personel, tentu saja.

Sebagian orang lebih kejam dan sebagian lagi lebih kalem. Itu normal." Taliban tampaknya sengaja bersikap ambigu tentang apa yang mereka maksud dengan "pemerintahan Islam" yang ingin mereka dirikan.

Beberapa analis memandangnya sebagai usaha sengaja untuk menghindari gesekan internal antara elemen garis keras dan yang lebih moderat. Dapatkah mereka mengakomodasi mereka yang berpandangan berbeda tanpa mengasingkan basis mereka sendiri?

Kekuasaan dapat menjadi ujian terbesar mereka. Saat kami menyantap makan siang ayam dan nasi, kami mendengar suara gemuruh setidaknya empat serangan udara dari jauh. Haji Hikmat tidak gentar. "Itu jauh, jangan khawatir," ujarnya.

Kekuatan udara, khususnya yang disediakan oleh Amerika, berperan penting dalam upaya menghalau Taliban selama bertahun-tahun. AS sudah secara drastis memangkas operasi militernya setelah meneken kesepakatan dengan Taliban tahun lalu, dan banyak yang takut kalau menyusul penarikan total mereka, Taliban akan mengerahkan militernya untuk mengambil alih Afghanistan.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved