Timor Leste Ditindas Portugis,Harkatnya Diangkat RI Tapi Ngotot Merdeka, Didukung Negara Afrika ini
Timor Leste mengalami perang saudara yang brutal setelah Portugal meninggalkan negara itu dengan kondisi yang sangat miskin
POS KUPANG.COM -- Bangsa Timor Leste harus melewati perjalanan panjang untuk menjadi negara merdeka
Negara di ujung timur Pulau Timor itu dijajah hinga 273 tahun sejak 1702 hingga 1975 oleh bangsa portugas
Timor Leste mengalami perang saudara yang brutal setelah Portugal meninggalkan negara itu dengan kondisi yang sangat miskin
Kemudian pada Desember 1975, Indonesia memasuki Timor Leste untuk memulihkan kondisi negara itu sekaligus mengakta harkat bansa Timor Leste dengan menggabungkan denagn Indonesia
Namun, para elit negara itu yang harus kekausaan terus berjuang untuk melepaskan diri dari Indonesia, padahal pemerintah Jakarta mengalokasikan dana yang sangat besar untuk membangun daerah miskin itu
Baca juga: Begini Cara Mantan Presiden Timor Leste Xanana Gusmao Bantu Korban Banjir, Tak Malu Angkat Barang
Baca juga: Rumah Raul Lemos Timor Leste Terancam Hancur, Krisdayanti Sebut Situasi Kritis, Kondisi Raul Lemos?
Baca juga: Paus Fransiskus Doakan Korban Bencana di NTT dan Timor Leste: Semoga Tuhan Menguatkan Mereka
Terungkap, negara Afrika ini turut membantu Timor Leste saat perjuangan melepaskan diri dari Indonesia
Penjajahan oleh Portugis menjadi bagian sejarah Timor Leste
Timor Leste berbagi nasib dengan berbagai wilayah di dunia yang menjadi wilayah jajahan Bangsa Eropa itu.
Namun, negara Afrika ini yang punya keterikatan khusus dengan Bumi Lorosae.
Ia punya peran penting untuk kemerdekaan Timor Leste. Bahkan, termasuk dalam perjuangan melawan pendudukan Indonesia.
Negara itu adalah Mozambik, yang terpisah hamparan samudra dengan Timor Leste.
Bagaimana Mozambik berperan bagi kemerdekaan Timor Leste?
Melansir asiabyafrica.com (24/1/2019), Mozambik menjadi tempat perlindungan utama bagi gerakan kemerdekaan Timor selama perjuangannya melawan pemerintahan kolonial Portugis, hingga pendudukan Indonesia.
Meskipun terpisah oleh hamparan Samudra Hindia, Timor Lorosae dan Mozambik memiliki sejarah yang akrab. Diumpamakan bangsa Afrika bertindak sebagai 'inkubator' bagi gerakan kemerdekaan Timor yang baru lahir.
Dikatakan bahwa tanpa Mozambik, kemerdekaan Timor Leste mungkin tidak akan pernah terjadi.
Keduanya memang terletak di ujung yang berlawanan di Samudra Hindia, namun Mozambiklah kepemilikan Portugis yang paling dekat dengan pulau kecil itu.
Dari Mozambik, Portugal mengambil sumber daya untuk operasinya di Timor Leste.
Misalnya tanggapan Portugal atas pemberontakan 1911-1912 yang dilancarkan oleh Donn Roaventura, pemimpin raja Manufahi yang telah mempersatukan hampir semua raja Timor melawan Portugis.
Portugal juga mengirim pasukan dari Mozambik untuk memadamkan pemberontakan di Timor Leste.
Beberapa pemimpin pemberontak tersebut kemudian diasingkan ke Afrika.
Di luar pertimbangan logistik, pengiriman pasukan dari Mozambik juga merupakan bagian penting dari upaya Portugis untuk menebarkan permusuhan di antara orang-orang terjajah.
Namun, justru dengan mengasingkan 'pembuat onar' Timor Leste ke Mozambik, menjadi bagian sejarah penting kedua negara terjajah tersebut.
Hal itu memainkan peran kunci dalam gerakan kemerdekaan di kemudian hari.
Salah satunya sosok yang pernah diasingkan ke Mozambik yaitu tokoh penting dalam sejarah Timor Leste, Jose Ramos-Horta.
Ia adalah seorang anggota pendiri Front Revolusioner untuk Timor Timur Merdeka (Fretilin); menteri luar negeri di pengasingan dan perwakilan tetap Fretilin untuk PBB; pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 1996; dan Presiden Timor Leste dari tahun 2008 hingga 2012.
Horta menjadi perhatian otoritas kolonial setelah membaca Struggle for Mozambique karya Eduardo Mondlane's (presiden pendiri Front Pembebasan Mozambik, atau FRELIMO) dan melibatkan turis Amerika di ibu kota Dili dalam diskusi tentang anti-kolonialisme.
Pada satu titik, Horta mengatakan bahwa jika Portugal tidak mau membangun Timor Timur, Amerika Serikat harus mengambilnya.
Karena pernyataan tersebut dan aktivitas politiknya yang berkembang, pada tahun 1970 Horta yang berusia 22 tahun diasingkan ke Mozambik (kemudian Afrika Timur Portugis) selama dua tahun.
Setelah rezim diktator Portugal digulingkan pada tahun 1974, dekolonisasi berlangsung dengan cepat di Afrika dan Timor Lorosae, namun kemerdekaan Timor Leste batal bahkan sebelum ia terjadi dengan hadirnya pasukan Indonesia.
Pada Maret 1975 Fretilin yang didirikan Ramos-Horta muncul sebagai partai paling populer di Timor Timur karena kampanye akar rumputnya di daerah pedesaan dan dukungan dari kaum tani Timor.
Menunjukkan keterikatannya dengan Mozambik, bahkan nama yang diadopsi oleh para nasionalis Timor untuk organisasi mereka 'berhutang' pada Mozambik, karena Asosiasi Sosial Demokrat Timor (ASDT) kemudian berganti nama menjadi Fretilin.
Perubahan itu pun menimbulkan kritik di Indonesia dan Australia bahwa Fretilin adalah Marxis, yang menunjuk pada kesamaan fonetik dengan Frelimo di Mozambik.
Konon, kekhawatiran bahwa kelompok tersebut telah dipengaruhi paham komunis jugalah yang menjadi alasan Indonesia, yang juga didukung Amerika Serikat, menginvasi Timor Leste.
Selain namanya, bendera Fretilin juga mengadopsi warna dan simbol yang mirip dengan perjuangan revolusioner Afrika lainnya berakar pada pemikiran sosialis.
Bendera Fretilin dan Frelimo menampilkan segitiga atau persegi panjang di samping tiga garis, dan kedua bendera menggunakan warna merah, putih, kuning dan hitam.
Setelah kemerdekaan, kedua belah pihak juga mendesain bendera nasional mereka berdasarkan bendera partai mereka.
Akibatnya, bendera nasional kedua negara tersebut memiliki bintang berujung lima dalam segitiga, serta warna serupa.
Selain menjadi 'inkubator' bagi gerakan kemerdekaan Timor Leste, Mozambik pun menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan negara kecil itu.
Negara Afrika ini menyediakan akomodasi bagi delegasi dan mengakui mereka sebagai perwakilan resmi Timor Lorosae.
Mozambik juga menawarkan beasiswa kepada setiap warga negara Timor yang memenuhi syarat untuk diterima.
Banyak pemimpin masa depan Timor Lorosa'e belajar di universitas-universitas Mozambik, seperti Mari Alkatiri, Francisco Gutteres , dan Ana Pessoa Pinto.
Itulah bagaimana peran Mozambik bagi kemerdekaan Timor Leste.
Sebagian artikel ini sudah tayang di Intisari.Grid.id dengan judu; Sejarah Timor Leste Dijajah Portugis, Berbagi Nasib yang Sama Ternyata Negara Afrika Ini Punya Peran Penting dalam Perjuangan Kemerdekaan Bumi Lorosae