Banjir Bandang di Adonara
Tanpa Alat Berat, Warga di Adonara Mencari Korban dengan Peralatan Seadanya, Cerita Ini Menyedihkan
Airmata kembali tumpah di bumi pertiwi. Puluhan warga merenggang nyawa karena diterjang banjir bandang dan tanah longsor.
Sementara itu, Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTT Marius Ardu Jelamu mengatakan, untuk sementara jumlah korban tewas akibat bencana banjir, berjumlah lima orang.
Namun, data tersebut masih bisa berubah mengingat tim masih melakukan pendataan di lapangan.
Baca juga: Video Detik-detik KMP Jatra 1 Tenggelam di Pelabuhan Bolok Kupang NTT, Kapal Miring Kemudian Hilang
Baca juga: Badai Seroja Porakporandakan NTT, BMKG Ungkap Fakta Mengejutkan, Semuanya Berawal dari Laut Sawu
"Korban yang meninggal dan yang luka masih didata oleh BPBD Kabupaten Flores Timur," ungkap Marius Jelamu kepada Kompas.com (grup POS-KUPANG.COM), Minggu siang.
Marius menyebutkan, dua desa yang terdampak banjir bandang, yakni Desa Lamanele di Kecamatan Ile Boleng dan Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur.
Sementara itu, Bupati Flores Timur Anton Hadjon telah memerintahkan jajarannya untuk segera membangun tenda penampungan korban.
Tenda penampungan itu dimaksudkan untuk mengakomodir para pengungsi pasca bencana banjir bandang dan tanah longsor tersebut.
Siklon Seroja yang melanda NTT, tidak hanya menimbulkan kerugian material di dua kabupaten itu, yakni Adonara di Flores Timur dan di Kabupaten Lembata.
Kota Kupang pun diterjang badai tersebut. Akibatnya, pepohonan tumbang, atap-atap rumah warga pun beterbangan.
Sementara di beberapa tempat, rumah warga terendam banjir. Situasi itu terjadi pada puncak badai pada Senin 5 April 2021 dini hari.
Lantaran curah hujan dengan intensitas sangat tinggi, sehingga air meluap ke rumah-rumah penduduk dan badan-badan jalan.
Bahkan ruas-ruas jalan dalam kota seakan berubah menjadi sungai dengan aliran air yang amat deras. Banjir yang deras itu membuat sejumlah pengendara lalu lintas jatuh.
(*)