Paskah 2021
Hari Kamis Putih, Perjamuan Malam Terakhir, Pembasuhan Kaki dan Maknanya bagi Umat Kristiani
Kamis 1 April 2021 merupakan hari pertama perayaan trihari suci tersebut yang lazim disebut Hari Kamis Putih.
Injil Lukas menceriterakan bahwa kedua murid dari Emaus yang tidak mengenal Yesus, baru terbuka matanya ketika Yesus memecah-mecahkan roti dan menyerahkan kepada mereka.
Kisah para rasul menceriterakan bahwa umat perdana selalu berkumpul untuk berdoa memecahkan roti bersama.
Baca juga: Kumpulan Ucapan Selamat Paskah 2021 Bahasa Inggris dan Indonesia, Cocok untuk Orang Tua & Teman
Peristiwa pemecahan roti merupakan kata kuat dan indah untuk mengungkapkan makna Ekaristi dalam hubungan dengan kurban-Nya di salib!!
Sampai hari ini kita masih merayakan kembali peristiwa pemecahan roti itu. Kita sering menamakannya Ekaristi atau Misa.
Mungkin kata-kata itu bisa memiskinkan makna dari peristiwa yang maha berarti untuk kehidupan kita!!
Ada bahaya misa untuk kita hanya akan menjadi sekedar suatu upacara liturgi, suatu ibadah, yang menjadikan kita lebih saleh, tetapi mungkin tanpa implikasi nyata untuk hidup kita bagi sesama.
Ekaristi, seperti juga sakramen-sakramen lain bahkan Gereja sendiri tidak boleh pernah hanya merupakan suatu peristiwa penyelamatan diri sendiri, tetapi peristiwa penyelamatan umat.
Setiap sakramen, apalagi Ekaristi mempunyai dimensi dan seharusnya mempunyai dampak sosial yang sangat kuat.
Dalam Perayaan Ekaristi pertama itu dengan sengaja Yesus membuat tindakan memecah-mecahkan dan memberikan roti itu kepada para murid-Nya.
Maka kita yang sekarang ini mengikuti peristiwa pemecahan dan penyerahan roti itu harus juga terlibat dalam pemecahan dan penyerahan itu. Bertemu dengan peristiwa penyelamatan berarti rela diubah oleh peristiwa itu.
Merayakan peristiwa pemecahan dan penyerahan roti berarti kita sendiri diubah semangatnya untuk selalu bisa memecahkan dan menyerahkan diri atau milik sendiri untuk orang lain.
Semangat peristiwa itu menjadi semangat kita pula. Tentu tidak gampang, mungkin menyakitkan, tetapi itulah dimensi kurban dari peristiwa pemecahan itu.
Kalau tidak, apalah artinya ikut merayakan peristiwa pemecahan dan penyerahan roti, kalau kita tetap egois dan mengingat diri sendiri.
Seorang egois sebenarnya tidak mungkin merayakan ekaristi secara bermakna. Ekaristi selalu mempunyai implikasi kerelaan untuk senantiasa membagi diri kita, membagi milik kita dan menyerahkannya untuk orang lain, sehingga orang lain turut diperkaya, diselamatkan dan dibebaskan.
Pembasuhan kaki