Berita Ekonomi Bisnis Terkini
Bisnis Hidroponik, Upaya Bertahan Hidup di Tengah Pandemi
tren menanam bunga, juga menanam dengan sistem hidroponik. Robinhood Siahaan merupakan salah seorang warga Kota Kupang yang harus banting setir berbis
Penulis: F Mariana Nuka | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Intan Nuka
POS-KUPANG.COM ǀ KUPANG – Pandemi Covid-19 membawa dampak pada semua sektor dan menimbulkan gaya hidup baru, mulai dari budidaya ikan, tren menanam bunga, juga menanam dengan sistem hidroponik. Robinhood Siahaan merupakan salah seorang warga Kota Kupang yang harus banting setir berbisnis hidroponik akibat dari pandemi ini.
Sebelumnya, Robin beternak babi. Namun, virus ASF membuat usahanya mengalami sedikit gangguan. Dia bercerita, awal tahun 2020 lalu, Robin mencoba memasang empat instalasi kecil untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sayur-mayur rumah tangga dengan sebagiannya juga dijual. Pada November lalu, Robin pun berhasil menambah jumlah instalasi hidroponik miliknya dan membangun sebuah green house yang berlokasi di Bimoku, RT 003 RW 009 Kelurahan Lasiana, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang.
Dia menyebut, modal awal untuk membuat instalasi pertamanya itu sebesar Rp2 jutaan. Belum lagi, untuk sebuah green house lengkap dia keluarkan biaya hingga Rp70 jutaan. Namun, dia menilai investasi mahal itu hanya di awal. Kini, pria berumur 27 tahun ini memiliki tujuh meja produksi dan 1500 lubang tanam. Dalam sebulan, dia bisa memanen 3000 tanaman dengan omzet mencapai Rp7 juta.
“Investasi awal memang mahal. Tapi, tergantung pada bahan yang digunakan; ada yang bisa lebih murah lagi. Tapi, setelah itu saya lihat sama kayak di tanah (tanamnya). Kalau sudah ketemu mau-maunya, sudah paham, jadi mudah,” ceritanya kepada POS-KUPANG.COM, Rabu (17/3/2021) sore.
Dia mengaku, menanam secara hidroponik memiliki banyak keunggulan. Selain hemat tenaga, tanaman hidroponik lebih higienis dan memiliki daya simpan yang lama. Selain itu, menanam dengan sistem hidroponik juga menghemat air. Mereka pun bisa mengatur sendiri kapan mau dipanen tanaman tersebut.
“Kalau pakcoy itu, bisa dua hari sekali panennya. Kailan dan Selada itu tiga hari sekali (panennya). Untuk masa tanamnya sendiri sawi dan pakcoy itu 30 hari, sedangkan kailan dan selada bisa 35 sampai 40 hari. Ini juga bergantung pada sinar matahari juga, kalau mendung bisa lebih lama lagi,” ujarnya.
Guna memaksimalkan pertumbuhan tanaman itu, Robin pun mulai menggunakan lampu UV. Dia baru seminggu menggunakan lampu dan tengah mengamati percepatan pertumbuhan. Lampu berwarna merah keungu-unguan itu memiliki jarak 1,3 meter dari tanaman, dengan daya pancar satu lampu untu dua meter persegi. Lampu UV berfungsi untuk membantu percepatan pertumbuhan tanaman.
Pemilik EVoHIdRO Kupang ini menjual berbagai jenis sayur, seperti selada, pakcoy, sawi, dan kailan. Harganya dia patok seragam, yakni Rp10 ribu per dua tanaman untuk Selada, sedangkan Sawi, Kailan, dan Pakcoy seharga Rp10 ribu per empat tanaman. Berbagai tanaman hidroponik ini dijual ke masyarakat di sekitar rumahnya, komunitas, restoran, dan hotel.
“Biasanya kalau pesan sore, esok paginya baru diantar. Sehari-hari buka dari pagi sampai sore juga, tapi siang tidak bisa panen karena suhu tinggi, jadi sayuran nanti layu,” katanya. Waktu yang tepat untuk memanen sayur adalah sebelum jam 8 pagi dan setelah jam 4 sore. Panen di siang hari akan berpengaruh juga pada daya simpan tanaman tersebut.
“Saya berharap bukan kami saja tapi warga NTT bisa kenal dan bisa juga buat hal yang sama. Ini kan teknologi yang memudahkan untuk produksi.Jadi jangan apa-apa harus dari Jawa. Kita bisa produksi untuk daerah NTT sendiri,” ungkapnya singkat. (cr1)
5 Lampiran
Baca juga: Presiden Jokowi Akan Resmikan Bandar Udara Pantar, Alor - NTT
BalasTeruskan
