Exotic Tenun Fest Akan Hadir Pada 22 - 24 Maret Mendatang
rangkaian kegiatan dari BI dalam mendorong roda ekonomi yang sempat tersendat akibat wabah Covid-19.
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
Exotic Tenun Fest Akan Hadir Pada 22 - 24 Maret Mendatang
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Excotic Tenun Fest akan hadir pada tanggal 22 hingga 24 Maret mendatang.
Hal ini diungkapkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), I Nyoman Ariawan Atmaja pada Selasa (16/03/2021) dalam acara Ngobrol Asyik Bersama Pos Kupang dengan tema Tenun Sebagai Identitas Diri yang dipandu oleh host Novemy Leo.
"Kita akan ada Eksotic Tenun Fest 2021 yang akan diadakan tanggal 22 sampai tanggal 24 Maret 2021 bekerjasama dengan pemerintah Provinsi NTT dan Dekranasda," kata Nyoman.
Hal ini, lanjut Nyoman, merupakan rangkaian kegiatan dari BI dalam mendorong roda ekonomi yang sempat tersendat akibat wabah Covid-19.
"Barang - barang atau ekonomi yang mempunyai uniqueness sehingga diketahui masyarakat mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi nah tenun disini adalah salah satunya," jelas Nyoman.
Terkait dengan tenun, Nyoman melanjutkan, pihaknya juga memerhatikan kemampuan sumber daya manusianya termasuk sarana dan prasarana dalam menenun.
"Ini sudah kita lakukan ditahun lalu, online class ada workshop - workshop secara online dan ini sudah kita lakukan dari tahun ketahun dan Bank Indonesia punya binaan yang cukup bagus dan selalu mendapat penghargaan," ujar Nyoman.
Dan yang terakhir adalah kita mengelinkkan UMKM - UMKM tenun ini kepada lembaga keuangan ataupun perbankan sehingga mereka punya modal untuk berproduksi dan disamping itu kita mendorong penjualan melalui karya kreatif Indonesia," lanjutnya.
Untuk itu, BI mendukung seratus persen Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI).
" Tahun 2021 ini kita sudah melakukan BBI di beberapa tempat. Ada di Bali yang pertama, di Januari, kemudian kemarin itu ada di Sumut (Sumatera Utara), Medan di Toba, kemudian ketiga itu di Mandalika dan nanti di Maret ini adalah Road to BBI di Juni kita akan melakukan Gerakan Bangga Buatan Indonesia di Labuan Bajo dan Bangga Berwisata Indonesia," papar Nyoman.
Dalam kegiatan tersebut, jelas Nyoman, Alan diundang anggota dewan Gubernur Bank Indonesia, Gubernur NTT beberapa Kementerian seperti Kementerian Pariwisata, Kementerian UMKM dan yang lainnya.
"Kita akan ada pembukaan secara hybrid baik offline maupun daring. Kemudian dihari yang sama kita ada talkshow dan juga ada penjualan melalui influencer atau yang punya community untuk penyuka tenun," kata Nyoman.
Dihari kedua, lanjut dia, juga ada talkshow kemudian ada kerjasama OPD dan beberapa komunitas.
"Karena ada kurasi untuk memilih produk yang sangat bagus untuk dipamerkan dan bernilai jual yang bagus dan diminati oleh masyarakat itu sekitar 10 UMKM yang terpilih. Tetapi ini akan bertambah terus karena nanti webnya kita akan hidupkan terus, kita dorong nanti Dekranasda mengelola web ini.Jadi pada kesempatan ini ada sekitar 800-am produk dari 10 UMKM termasuk didalamnya Dekranasda mewakili NTT, dari produk tenun sampai turunannya," jelas Nyoman.
Salah satu goal dari kegiatan ini adalah menaikkan omzet penjualan dari UMKM - UMKM tenun yang terdampak pandemi Covid-19.
"Dampak dari Covid-19 ini adalah penurunan omzet. Jadi kita pingin ini omzetnya naik sehingga dikenal lagi oleh masyarakat, jadi penjualan kita harus dorong dan cara mendorongnya adalah kita pameran secara virtual begini," ujarnya.
Selain itu, BI juga mendorong UMKM untuk masuk ke e-commerce nasional sehingga para pelaku UMKM bisa menjual lebih luas lagi secara nasional.
"Disamping itu, kita juga melakukan kurasi produk, kita juga perkenalkan bagaimana desain yang bagus, ada fashion show didalamnya sehingga masyarakat kita tahu ini tenun mau dijadikan apa sehingga indah dipandang dan enak dikenakan," kata Nyoman.
Untuk pelayanan kredit dari perbankan bagi UMKM sendiri, jelas Nyoman, walaupun hanya 25 - 30 persen dari porsi seluruh kredit yang disalurkan oleh perbankan dan lembaga keuangan, tetapi masih ada kredit yang digunakan oleh para pelaku UMKM tenun atau ekonomi kreatif lainnya.
"Jadi, ini yang kita dorong," tukasnya.
Nyoman menjelaskan, bersama OJK, Kanwil DJPb dan perbankan, BI mendorong agar lebih produktif menyalurkan kredit bagi masyarakat.
Terkait variabel kredir sendiri Nyoman mengatakan, tidak ada variabel terkait gender dalam pelaksanaan kredit.
"Kami pastikan tidak ada (Diskriminasi gender)," tegasnya.
"Lebih banyak kesiapan dari sektor riilnya. Pertama, UMKM kita ini tidak mencatat berapa omzetnya, berapa pengeluarannya sehingga tidak bisa dilakukan analisa kredit oleh teman - teman perbankan," kata Nyoman.
Yang kedua, lanjut dia, masalah sustainable produksi yang belum diyakini oleh perbankan dan yang berikut, ada kriteria kredit dimana khusus KUR, itu 6 bulan sudah berlangsung kegiatannya.
"Nah ini beberapa variable ini yang menjadi kendala dalam penyaluran kredit di NTT khususnya di UMKM," jelasnya.
Lanjut Nyoman, sekarang sudah ada skim baru dari pemerintah dalam rangka pemulihan ekonomi nasional khususnya di NTT.
"Kalau tadinya kita mendengar ada kredit mikro, sekarang ada kredit super mikro, kepada yang sangat substain, kepada perempuan, kepada yang baru mulai usaha. Nah ini menjadi target utama dalam kredit oleh pemerintah yang dijamin oleh pemerintah dan ada asuransinya," jelasnya.
Dengan adanya skim kredit saat ini, Nyoman meminta agar masyarakat tidak ragu.
"Masyarakat semuanya bisa segera menggunakan fasilitas ini sebagai bagian dari business matching untuk membangun sektor riil kita," imbuhnya.
Lanjut Nyoman, BI selalu melakukan monitoring dan evaluasi, bekerjasama dengan OJK dan Kanwil DJPb untuk melihat apa pencapaian dari penyaluran kredit - kredit skim yang baru, termasuk kepada kelompok tani, kelompok pengrajin dan sebagainya.
"Kemudian kita FGD-kan lagi apa permasahalan utamanya sehingga kita mendorong kredit ini bisa lancar di masyarakat," ujarnya.
Terkait pelatihan bagi para penenun, kata Nyoman, ada kelas online yang tidak hanya membimbing saat produksi tapi juga memberi perhatian pasca produksi.
"Sudah tentu diperhatikan pasca produksi karena kalau banyak produksi kemudian tidak terjual itu kreditnya bisa menjadi macet," katanya.
Narasumber yang dihadirkan ada lokal dan ada juga yang dari luar daerah NTT.
"Untuk narasumbernya ada yang dari lokal karena di sini juga potensinya sangat luar biasa, tetapi untuk beberapa narasumber kita juga mendatangkan dari luar karena terkait dengan kemampuan digital, kemampuan pemasaran dan lain sebagainya termasuk desain itu kita datangkan dari luar juga karena mereka lebih tahu selera masyarakat seperti apa," papar Nyoman.
Beberapa hal yang dilakukan oleh BI bersama stakeholder, pertama, para pelaku UMKM akan diakseskan kepada outboarding jadi e-commerce nasional sehingga produk mereka bisa terpampang di beberapa e commerce nasional.
"Dan ini menurut saya cukup bagus bagi teman - teman UMKM di NTT," katanya.
Yang kedua, lanjut Nyoman, pemerintah bekerjasama dengan seluruh BUMN, menggunakan jalur BUMN sebagai off taker.
"Nah, ini ada rumah kreatif BUMN, jadi ini juga bisa menjadi bagian dari bagaimana kita menjual," ujarnya.
Ketiga, BI juga mengadakan pameran - pameran walaupun masih secara daring karena masih pandemi, sebagai salah satu cara mengakseskan produk ke pasar.
Kualitas produk yang dihasilkan penenun, menurut Nyoman, bisa bervariasi karena kemampuan dari para penenun yang juga bervariasi.
"Tapi secara umum sangat bagus dan sangat diminati oleh pasar. Ini yang selalu kita banggakan bahwa tenun NTT ini sangat luar biasa," tegasnya.
Baca juga: Peserta Sidang Majelis Sinode Ke XLVIII Disambut dengan Tarian
Baca juga: Bupati Nagekeo Lantik 21 ASN untuk Jabatan Tertentu, Simak Nama Pejabatnya !
Baca juga: Sinode GMIT Gelar Sidang Majelis Ke-47
"Sudah tentu kita punya tim teknis di sini dari Bank Indonesia dan beberapa kurator yang kita hire untuk melihat apakah produk ini layak, bagus apa tidak untuk kita pamerkan dan kita tampilkan dalam setiap karya ataupun pameran," tambahnya.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi)