Berita NTT Terkini
Pesan Budaya Dalam Film 'Bajo' Karya Anak Lembata
Satu lagi karya anak Lembata di dunia perfilman telah resmi dilaunching pada Minggu, 7 Maret 2021
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA-Satu lagi karya anak Lembata di dunia perfilman telah resmi dilaunching pada Minggu, 7 Maret 2021 atau bertepatan dengan peringatan Statement 7 Maret.
Trailer film berjudul 'Bajo: Sebuah Perjalanan, Cinta dan Lautan' itu resmi diluncurkan secara live streaming dari Aula Kantor Camat Nubatukan.
Acara peluncuran film karya 'Ruang Seni Pertunjukan Lembata' itu berlangsung meriah dengan penampilan sejumlah seniman dan musisi muda Kabupaten Lembata, di antaranya Komunitas Taan Tou, Hip Hop Lembata Foundation, Amlegal, Persiraja, Sekola Gembira dan Teater Suara.
• Rumah Terbakar, Janda di Reo Manggarai Alami Kerugian Rp 190 Juta
"Film ini bakti kami insan perfilman untuk Lembata. Kita minta dukungan dalam bentuk apa pun," kata Sutradara Elmo Alessio, saat bincang-bincang dalam peluncuran film tersebut.
Setelah launching, Elmo memastikan Film Bajo: Sebuah Perjalanan, Cinta dan Lautan bakal tayang perdana minggu depan.
Film yang mengangkat kisah perjalanan Suku Bajo dari Meko, Pulau Adonara ke Lembata ini memang sarat akan pesan budaya dan sejarah. Elmo Alessio memang melakukan riset dan penelusuran tentang kehidupan Suku Bajo di Lewoleba.
• Pemkab Kupang Rencana Beli Alat Swab PCR Tangani Covid-19
Dia akui menulis naskah dan menggarap film bertema budaya merupakan tantangan tersendiri.
Proses syutingnya memakan waktu seminggu lebih dan melibatkan puluhan kru termasuk para aktor dan figuran.
Selain mengambil lokasi syuting di Lembata yakni di Waijarang, Lewoleba dan Balauring, para kru juga harus menyeberang lautan menuju ke Meko, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur sebagai salah satu titik lokasi syuting.
Muhamad Aras (27), aktor yang memerankan tokoh Balo berujar dari film tersebut dia belajar bagaimana menghayati nilai-nilai dalam kebudayaan Suku Bajo.
Sebagai anak asli Suku Bajo yang tinggal di Lewoleba, alumnus Universitas Muhamadiyah Kupang ini ingin budaya Suku Bajo dihidupkan dan dikembangkan lagi.
Misalnya, kata dia, selama ini banyak yang tak tahu soal Silat Manca khas milik Suku Bajo. Saat syuting di Balauring, banyak masyarakat yang antusias menyaksikan Silat Manca.
Sama halnya juga dengan Bahasa Bajo yang mulai hilang di kalangan anak muda dan anak remaja.
"Ketika proses syuting di Balauring kita punya kebersamaan dan kekompakan ada dan semua tim punya tanggungjawab. Lalu masyarakat terima kami sangat baik dan mereka sampaikan pesan ke kami kalau ini pertama kali ada anak muda yang hidupkan kembali kebudayaan," kata Aras, mengisahkan.
Lain halnya dengan Putri More, yang memerankan tokoh Ainun, lawan main dari Balo. Putri bukan orang Bajo. Dia berdarah Ende.
"Jadi saya harus belajar menyesuaikan. Saya tinggal di kompleks Bajo juga dan saya bisa mendalami karakter itu," kata Putri yang menyelesaikan Diploma 3 Perpajakan di Universitas Trisakti tersebut.
Dara berusia 21 tahun ini sadar kalau Suku Bajo kaya akan nilai-nilai budaya. Dia akhirnya punya pandangan yang berbeda tentang masyarakat Suku Bajo.