Berita TTU Terbaru
NI dan Save The Children Gandeng Marungga Foundation Gelar Pelatihan Petugas Puskesmas dan Sekolah
Nutrition International (NI) dan Save the Children, bekerja sama dengan Yayasan Masyarakat Tangguh Sejahtera (Marungga Foundation), melalui Program Be
Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon
POS-KUPANG.COM | KEFAMENANU- Nutrition International (NI) dan Save the Children, bekerja sama dengan Yayasan Masyarakat Tangguh Sejahtera (Marungga Foundation), melalui Program Better Investment for Stunting Alleviation (BISA) yang didanai oleh Pemerintah Kanada, Pemerintah Australia melalui DFAT, Asia Philanthropy Circle, dan the Power of Nutrition, menyelenggarakan kegiatan pelatihan bagi petugas puskesmas dan Sekolah tentang penanggulangan Anemia pada remaja puteri di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).
Pelatihan tersebut, bertujuan mendorong penguatan kapasitas pemangku kepentingan untuk membangun kolaborasi, koordinasi, dalam mengimplementasikan dan memonitor program Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) remaja putri di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sebanyak 33 orang, yang terdiri dari 11 orang pengelolah Gizi Puskesmas, 20 orang Guru UKS SMA/SMK/Sederajat dan 1 orang TP UKS Kabupaten dan 1 orang pengelola UKS Kabupaten turut serta ambil bagian dalam kegiatan yang dilaksanaka pada, 3 Maret hingga 4 Maret 2021, di Hotel Victory 2, Kota Kefamenanu, Kabupaten TTU.
Melalui rilis yang diterima POS-KUPANG.COM, Deputy of Chief Party Project BISA, Donatus Klaudius Marut, pada kesempatan itu menyampaikan bahwa Program BISA ini dirancang bersama antara Nutrition International, Save The Children, Beppenas, dan Kementerian Kesehatan untuk mendukung program nasional penurunan stunting.
Ia menambahkan, fokus dari Program BISA ini adalah penguatan sisi pelayanan kesehatan dan gizi, dan pemberdayaan masyarakat dengan mempromosikan perubahan perilaku berkaitan dengan asupan gizi dan higienitas.
Kegiatan Pelatihan ini diharapkan akan memberi pengetahuan dan keterampilan bagi para peserta agar dapat menanggulangi anemia pada remaja putri di tempat kerjanya masing-masing.
Lebih lanjut Marut menjelaskan, “Berdasarkan hasil baseline survey Program BISA pada bulan Februari – Maret 2020, teridentifikasi bahwa prevalensi Anemia pada Remaja Putri di TTU 76.1% (gabungan anemia ringan, sedang, berat). Hal ini dimaksudkan, hampir 4 dari 5 remaja putri di TTU mengalami anemia”.
Saat ini, lanjutnya, salah satu masalah kesehatan yang menjadi fokus pemerintah adalah penanggulangan anemia pada remaja putri. Anemia merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan penderitanya mengalami kelelahan, letih dan lesu sehingga akan berdampak pada kreativitas, konsentrasi belajar dan produktivitasnya.
Tak hanya itu, anemia pada remaja putri juga meningkatkan kerentanan terhadap penyakit pada saat dewasa. Angka kejadian anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi, termasuk di Kabupaten TTU di mana program BISA bekerja. Hal tersebut dipengaruhi berbagai faktor antara lain kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal.
Sementara itu, Bupati TTU Drs. Juandi David, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Asisten 1 Setda Kabupaten TTU, Drs. Joseph Kuabib mengatakan, pentingnya dimensi kesehatan pembangunan di Kabupaten TTU.
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari program pembangunan secara keseluruhan, yang mendapat penekanan khusus dalam visi misi yang selalu dikampanyekan selama ini.
Bupati Juandi menegaskan bahwa pembangunan kesehatan menjadi agenda prioritas karena kesehatan merupakan layanan dasar dan hak rakyat. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat tergantung pada peran aktif masyarakat untuk menyadari akan pentingnya pola hidup bersih dan gizi yang berimbang.
Masalah utama anemia pada remaja putri dan ibu hamil, tutur Juandi, bukan terletak pada makanan dimiliki tetapi pada perilaku dan cara pengolahan makanan. Maka, langkah strategis yang dilakukan pemerintah daerah adalah memberikan penyadaran dan kampanye perubahan perilaku dengan membangun kerjasama dengan lembaga-lembaga non-pemerintah.
Pembangunan kesadaran masyarakat secara kritis merupakan kunci dari perubahan perilaku dan karena itu para petugas kesehatan harus memahami bahwa pemberdayaan masyarakat bermuara pada kemandirian dan peningkatan kesadaran masyarakat. Maka untuk mengatasi anemia, tidak cukup memberikan Tablet Tambah Darah (TTD) melainkan perlu diedukasi mengenai pola perilaku hidup sehat dan bersih.