Timor Leste Jadi Medan Pertempuran PD II, Ini Anak Timor Pertaruhkan Nyawa Bantu Pasukan Australia

Kisah Anak Laki laki Timor yang Pertaruhkan Nyawa Bantu Pasukan Australia Dikenang Sepanjang Masa

Editor: Hermina Pello
intisari.grid.id
Akiu adalah criado keturunan Cina dan Timor. (ilustrasi) Sejarah Timor Leste Jadi Medan Pertempuran Perang Dunia II, Kisah Anak Laki-laki Timor yang Pertaruhkan Nyawa Bantu Pasukan Australia Dikenang Sepanjang Masa 

Kisah Anak Laki laki Timor yang Pertaruhkan Nyawa Bantu Pasukan Australia Dikenang Sepanjang Masa

POS-KUPANG.COM  - Menjadi medan pertempuran dalam Perang Dunia II merupakan salah satu sejarah Timor Leste.

Terjadi pertempuran antara Pasukan Jepang dan Pasukan Sekutu antara tahun 1942 hingga 1943.

Meski berakhir dengan kemenangan Jepang yang membuatnya berkuasa di Pulau Timor sampai akhir Perang Dunia II, namun perlawanan sengit dilakukan pasukan sekutu, bahkan dengan bantuan penduduk lokal.

Sebuah kisah tentang anak laki-laki Timor yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk pasukan komando Australia menjadi salah satu yang dikenang sepanjang masa oleh Australia.

Koleksi benda-benda di Museum Australia Barat menghormati kisah tentang anak laki-laki Timor itu.

Pada 20 Februari 1942, pasukan Jepang menyerbu Timor Portugis dan Timor Belanda (Pulau Timor).

Saat itu, aksi pasukan Jepang ditanggapi oleh perlawanan pasukan kecil personel militer sekutu.

Pasukan sekutu tersebut terutama dari Australia, Inggris Raya, dan Hindia Belanda.

Meski di akhir tahun 1942 pihak sekutu mulai menarik pasukannya dari Pulau Timor, namun kampanye perlawanan masih dikumandangkan hingga Februari 1943.

Masih ada sisa pasukan sekutu yang tertinggal di Pulau Timor, yang diperintahkan untuk memata-matai Jepang dan memantau pergerakan serta komposisi pasukan mereka.

Rupanya, unit 2/2 Australia adalah salah satu di antara pasukan sekutu yang tersisa itu.

Selama bertahan di Pulau Timor, mereka bergantung pada bantuan penduduk lokal, khususnya anak laki-laki Timor Leste yang dijuluki 'criado'.

Melansir abc.net.au (24/4/2017), Sebuah kisah diceritakan oleh James Dextor, seorang direktur pengembangan kreatif dan regional di Museum Australia Barat.

Dikatakan, ia punya lebih dari sekadar koneksi profesional dengan koleksi di museum itu.

Halaman
123
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved