Breaking News

CHINA vs AMERIKA Memanas, China Gelar Latihan Perang di Teluk Tonkin, Amerika Sebut Perilaku Agresif

Kelompok tempur yang dimpimpin Kapal Induk USS USS Theodore Roosevelt bertugas untuk menjaga kebebasan navigasi di wilayah itu

Editor: Alfred Dama
REUTERS/Kham
ILUSTRASI. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan AS menolak klaim maritim Beijing yang berlebihan di Laut China Selatan. 

Pada Kamis (28/1/2021), salah satu lembaga think tank terkemuka AS, Atlantic Council, menerbitkan sebuah makalah yang panjang, yang secara tidak biasa merahasiakan identitas penulisnya.

Proposal itu menganjurkan pendekatan Perang Dingin 2.0 ke China oleh AS.

Tujuan akhir melestarikan hegemoni global Washington dan "perubahan rezim" di Beijing.

Makalah ini pada dasarnya adalah pengulangan Telegram Panjang 1946 karya George Kennan, yang menguraikan strategi "penahanan" Uni Soviet yang akan diadopsi AS dalam apa yang akan menjadi Perang Dingin asli tahun depan.

'Telegram yang Lebih Panjang' ini mendesak AS untuk melakukan hal yang sama terkait China sehingga pada 2050, AS dan sekutunya “terus mendominasi perimbangan kekuatan regional dan global”.

Di saat bersamaan mereka berusaha mencegah China mengambil alih Taiwan, atau bentuk lain aksi militer untuk mencapai tujuan regionalnya.

Mereka juga berharap melihat Presiden Xi Jinping “digantikan kepemimpinan partai yang lebih moderat”, dan mendorong rakyat Tiongkok “mempertanyakan dan menantang proposisi Partai Komunis selama seabad bahwa peradaban kuno Tiongkok selamanya ditakdirkan menuju masa depan otoriter.

Dokumen tersebut merupakan eskalasi dalam nada dan niat atas pernyataan garis keras oleh beberapa pejabat tinggi pemerintahan Presiden Trump, mulai Jaksa Agung Bill Barr hingga Menteri Luar Negeri Mike Pompeo - selama setahun terakhir.

Presiden Biden Bertekad Melawan Otoritarianisme

Baca Juga: TNI AL Kirim 2 Dua Kapal Perang Berangkat ke Luar Negeri, Apa Misi yang Diemban dan Seperti Apa Spesifikasi Kapal Perang yang Dibeli dari Inggris Ini?

Baru-baru ini, pemerintahan Biden yang dilantik dengan cepat menyatakan komitmennya yang "kokoh" kepada Taiwan, sementara Biden sebelumnya mengatakan ia bertujuan untuk "memulihkan" kepemimpinan "demokrasi" AS di dunia melawan "otoriterisme".

Tom Fowdy, kolumnis Inggris menulis di Russia Today, Joe Biden mungkin ingin memikirkan kembali strategi jangka panjangnya untuk wilayah tersebut.

Hal ini dilihat dari respon sekutu Amerika di Asia yang tidak mau mengecewakan China.

Latihan militer di Teluk Tonkin dan Semenanjung Lizhaou menurut Fowdy menandai putaran ketegangan pemerintahan Trump ke Joe Biden.

Baca Juga: Sok-sokan Pinjamkan Uang demi Jadi Negara Adidaya, Kini China Kena Batunya, Uang Tak Kembali hingga Buat Rakyat China Jadi Korban Gegara Ulah Pemerintahannya Sendiri

Halaman
1234
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved