Opini Pos Kupang

Jalan Panjang Pandemi COVID-19 di Kota Kupang

Dengan 1 pasien terkonfirmasi positif Covid-19  saat itu, suasana Kota Kupang begitu senyap

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Jalan Panjang Pandemi COVID-19 di Kota Kupang
Dok POS-KUPANG.COM
Logo Pos Kupang

Dari rumah tangga biasa hingga pejabat paling tinggi di provinsi ini. Virus ini menyerang tanpa melihat jabatan. Ternyata tidak ada yang kebal terhadap serangan virus ini.

"Flattening the curve" atau upaya melandaikan kurva untuk mencegah korban C19 tidak tertangani di rumah sakit mulai tampak gagal hampir di sebagian besar daerah di Indonesia, termasuk di NTT.

Dalam dua minggu terakhir di Januari 2021, NTT kehilangan masa berleha-leha. Dari posisi paling bawah angka penularan virus C19 di pertengahan 2020, tiba-tiba NTT menyodok ke papan atas.

Angka positif harian bahkan mendekati angka 50 persen, menyebabkan kasus C19 di NTT menjadi tidak terkendali. Kasus tinggi juga diikuti angka kematian yang naik. Kematian akibat C19 di NTT sudah mencapai 122 orang; lebih dari 50 persen berasal dari Kota Kupang. Lebih dari 60 kematian terjadi di bulan Januari 2021; dan sekitar 80 persen kematian terjadi di golongan umur >50 tahun.

Kenaikan kasus yang cepat tidak sebanding angka kesembuhan. Kecepatan naiknya kasus C19 ini karena beberapa hal; di antaranya keterbatasan fasilitas perawatan sehingga banyak pasien yang memilih isolasi mandiri di rumah.

Saat ini hanya 17 persen pasien aktif C19 yang dirawat di rumah sakit, masih ada 83 persen yang terpaksa isolasi mandiri di rumah.

Isolasi mandiri juga bukan pilihan yang salah, jika tidak bergejala atau dengan gejala yang ringan. Yang menjadi masalah kalau bergejala dan butuh perawatan lanjutan.
Belum lagi masalah kondisi lingkungan rumah; yang mungkin kurang layak untuk isolasi mandiri; membuat penularan di tingkat komunitas dan keluarga menjadi tinggi dan cepat.

Selain keterbatasan fasilitas tempat tidur rumah sakit, juga diperparah dengan masalah kekurangan supply oksigen untuk pasien yang dirawat di rumah sakit, terutama di Kota Kupang. Kebutuhan oksigen untuk pasien di RS meningkat tajam sejak kenaikan kasus C19 di NTT.

Mengikuti pembatasan kegiatan masyarakat di Jawa Bali sejak tanggal 8 Januari, Walikota Kupang akhirnya juga melakukan pembatasan yang sama untuk masyakakat Kota Kupang; dan sudah perpanjang hingga 9 Februari 2021.

Jika merasa dibutuhkan; tidak ada salahnya diberlakukan jam malam di Kota Kupang, selama eskalasi kasus ini masih meningkat.

Upaya pembatasan kegiatan masyarakat ini tidak akan cukup untuk menekan laju kenaikan kasus C19 di Kota Kupang, sebagai episentrum C19 di NTT jika tidak dilaksanakan secara benar dengan kedisiplinan tinggi. Ketaatan terhadap protokol C19 juga harus makin diperketat.

Semua ini juga belum cukup. Masih dibutuhkan testing yang masif untuk menemukan kasus yang ada dimasyarakat. Kapasitas testing kita di NTT adalah yang terendah di Indonesia. Provinsi ini hanya memiliki dua laboration BM berbasis PCR untuk 5.5 juta penduduknya di 22 kab/kota.

Kita bahkan kalah dari Provinsi Papua Barat, yang penduduknya kurang dari 1 juta tapi memiliki enam (6) lab BM -PCR.

Walikota Kupang (yang pernah berjanji, saat mengunjungi pelatihan tenaga laborant Lab BM Kesmas NTT, Juni 2020) dan para bupati harusnya sudah bisa menambah lab PCR ini di tempat masing-masing tanpa tergantung pada Lab BM di RSUD Prof WZ Johanes dan Lab BM Kesehatan Masyarakat Prov NTT, yang hanya ada di level provinsi.

Kecepatan pemeriksaan virus C19 dan hasilnya akan memperkecil kesempatan virus ini menular lebih luas.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved