Parodi Situasi
Parodi Situasi, 24 Januari 2021: Kematian! Jangan Sampai 90
Mari baca Parodi Situasi, Minggu 24 Januari 2021: kematian! jangan sampai 90
Mari baca Parodi Situasi, Minggu 24 Januari 2021: kematian! jangan sampai 90
POS-KUPANG.COM - Tetapi sudah lewati angka 90. Demikianlah data terakhir yang dibaca dari berbagai Media Cetak maupun elektronik. Pada hal baru beberapa hari lalu harapan itu disampaikannya.
Itupun setelah angka kematian merangkak naik dengan cepat, membawa pergi orang tercinta maupun orang-orang yang dikenalnya dengan baik yang dipandangnya sebagai kakak, paman, ayah, opa, dan saudaranya sendiri.
***
"Ah, sudahlah! Jangan didramatisir!" komentar Rara sambil berkacak pinggang.
Baca juga: Banjir dan Sampah di Bandara Ende Belum Teratasi, Indra Heran Banyak Botol Plastik
"Diam saja Rara! Kalau kamu tidak punya kata-kata yang tepat untuk dilontarkan pada situasi darurat covid seperti sekarang ini, lebih baik kamu diam saja. Diam. Jauh lebih baik!" kata Nona Mia dengan wajah muram.
"Lihat wajah Nona Mia, muram durja!" bisik Jaki yang duduk di sisi Rara tanpa pernah sadar untuk jaga jarak aman. Bahkan minum arak dari satu gelas yang sama, disertai tarik rokok dan menghembuskan asapnya sesuka sukanya sendiri.
Baca juga: Rachel Vennya: Galang Dana
Nona Mia merasa dadanya sesak mencermati kata-kata dan prilaku Rara. Sejak dua orang tua yang dihormati, disayang, dan dikenalnya dengan baik meninggal karena covid, dia menjadi lebih diam. Apalagi sebelumnya saudaranya meninggal dengan kecurigaan covid.
Hatinya bertambah sakit. Melihat Rara dan Jaki meremehkan kematian demi kematian, rasa sesak dalam dadanya kembali mencuat. Apalagi diketahuinya, penyebaran covid di kotanya ini sulit dikendalikan. Siapa menularkan kepada siapa?
Orang Tanpa Gejala alias OTG melanglang buana di seantero kota! Upaya untuk melakukan contact tracing atau penelusuran kontak pasien covid menjadi sulit. Satu keluarga positif covid bagaimana melakukan penelusuran untuk memutus mata rantai penyebaran ini.
***
"Sudahlah Nona Mia," kata Jaki. "Jangan mengkerut begitu wajahmu. Cantikmu bisa berkurang bahkan hilang sama sekali jika wajahmu ditekuk begitu rupa."
"Yang penting kita kita sehat, tidak terkena apa pun. Bahkan covid pun ketakutan merapat ke kita-kita. Santai saja kah." Rara terkekeh.
"Tutup kamu punya mulut," tiba-tiba Nona Mia membentak. Jaki dan Rara terkejut bukan main. Bagaimana mungkin Nona Mia yang lemah lembut ini bisa membentak dengan sangat keras.
"Aduh, Nona Mia jangan begitu kah," Rara membungkuk beberapa kali. "Kamu seperti kambing mengembik eh maaf maksudnya seperti kerbau, eh seperti apa tuh," Rara tergagap.
"Kalau Nona Mia kambing kamu harimau," sambung Benza yang diam sejak awal.
"Oh betul, siapa berani dengan harimau?" Jaki dan Rara terkekeh kembali karena merasa didukung oleh Benza.
"Saya kambing lapar akan terkam kamu sekarang!" bentak Nona Mia lagi dan langsung melompat dan kaki kiri kanannya menendang sambil melayang. Jaki dan Rara terjerembab jatuh. "Kamu kira kambing mau takut sama harimau seperti kamu kah?"
"Ampun Nona Mia.ampun," Jaki dan Rara terbungkuk-bungkuk. Nona Mia duduk di hadapan keduanya dengan wajah tetap muram durja
***
Benza pun langsung bicara pada kedua sahabatnya itu. "Bangun simpati dan empati pada para penderita covid. Bangun rasa duka untuk turut berduka cita dengan keluarga yang kehilangan orang tercinta akibat covid. Sudah sembilan puluh lebih yang tewas karena covid. Ini kenyataan yang tidak boleh terjadi di kampung halaman kita ini. Bagaimana mungkin kalian berdua tenang saja, tidak peduli, dan menganggap remeh virus berbahaya yang sedang mengintai di seantero kota kita?
"Hanya sembilan puluh lebih!" Rara masih berusaha membela diri. "Jadi tenang-tenang saja. Jangan kuatir tuh supaya kita juga bisa santai sedikit kah!"