Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Minggu 17 Januari 2021: Menjadi Kabar Gembira
Penulis Yohanes melukiskan Yesus memanggil murid-murid-Nya yang pertama dengan cara yang istimewa.
Di tengah pergumulan hidup dengan aneka kesulitan sebesar apa pun, kita dituntut untuk tidak berhenti pada momen “melihat” tetapi seperti Yesus terlibat dalam ruang sosial hidup kita.
Pada 3 Oktober 2020 di Basilika Santo Fransiskus Asisi, Paus Fransiskus menerbitkan ensiklik ketiga selama masa pontifikatnya berjudul “Fratelli Tutti” yang berasal dari Bahasa Italia, artinya “semua saudara”.
Paus Fransiskus mengangkat kisah Orang Samaria untuk mengingatkan agar ada jurang antara praktik keagamaan dengan kenyataan. Siapakah sesamaku manusia? Apakah kita hanya sekadar jadi penonton yang kehilangan kepekaan rohani? Apakah kita hanya gerombolan yang sekadar “numpang lewat” sambil melihat sesama terkapar di seberang jalan setengah telanjang penuh luka karena gagal terpapar keprihatinan korban? Arti sesama menjadi kabur. Ada jurang pemisah antara “aku” dan “mereka”.
Banyak orang lupa artinya menjadi “kita”. Ada fenomena “buta huruf kepedulian” yang membuat seseorang gagal melihat orang lain sebagai saudara. Perhatian kepada mereka yang tersingkir pun menjadi sesuatu yang seolah-olah berada di luar wilayah agama.
Ketidakpedulian ini dipertajam dengan sebuah ironi karena mereka yang melewati orang-orang yang terkapar adalah kalangan yang sangat disiplin mengedepankan praktik keagamaan dan gemar meneriakkan keagungan Tuhan di jalan-jalan publik.
Ada momen ketika kesalehan dalam peribadatan kepada Tuhan, tidak cukup berdampak dalam hidup konkret seseorang. Kedekatan dengan Tuhan dapat dipertanyakan saat iman yang diyakini tidak terjelmakan dalam tindakan konkret. Buku-buku suci keagamaan diakrabi sekian dangkal sehingga terbentuk kesalehan personal di ruang privat tapi gagal ternarasikan dalam kesalehan sosial di ruang publik.
Kita ikut Yesus tidak sekadar untuk menjadi orang baik tapi berusaha sepanjang hidup untuk menjadikan orang lain, sesama kita menjadi orang baik.
Dalam bahasa Rasul Paulus, kita menjadi seluruh diri kita: pikiran, perkataan dan perbuatan kita sebagai persembahan bagi Allah melalui tindakan konkret. Semoga hidup kita menjadi Kabar Gembira bagi semua orang *
Simak juga video renungan harian katolik berikut: