Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Minggu 17 Januari 2021: Menjadi Kabar Gembira

Penulis Yohanes melukiskan Yesus memanggil murid-murid-Nya yang pertama dengan cara yang istimewa.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik, Minggu 17 Januari 2021: Menjadi Kabar Gembira, Pekan Biasa II/B (1Sam 3:3b-10.9; 1 Kor 6:13c-15a.17-20; Yoh 1:35-42)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Penulis Yohanes melukiskan Yesus memanggil murid-murid-Nya yang pertama dengan cara yang istimewa. Hal ini berbeda dengan kisah panggilan yang ditulis ketiga Injil Sinoptik (Matius, Markus dan Lukas). Kita merenungkan dua hal yang istimewa itu.

Pertama, murid-muridlah yang mengambil prakarsa pertama mengikuti Yesus. Kata-kata Yohanes menujuk Yesus, “Lihatlah anak Domba Allah” (Yoh 1:36). Suara Yohanes menggetarkan hati kedua murid lalu tergerak mengikuti Yesus (Yoh 1: 37). Tanpa suara, tanpa bertanya. Yesus menoleh, melihat mereka dan bertanya, “Apakah yang kamu cari” (Yoh 1:38).

Sebuah pertanyan penting, sangat mendalam dan menentukan arti kemuridan. Pertanyaan Yesus ini menginsafkan mereka akan kerinduan terdalam yang selanjutnya terungkap dalam pertanyaan balik kedua murid itu, “Rabi, di manakah Engkau tinggal?” (Yoh 1:39).

Kedua, pertanyaan substansial kedua murid itu sekaligus merupakan jawaban atas pertanyaan Yesus. Mereka rindu untuk tinggal bersama Yesus. Bagi Yohanes, panggilan tidak sekadar mengikuti Yesus tapi lebih dari itu yaitu sebuah proses panjang yang mengantar sampai titik tinggal bersama Yesus dan membentuk sebuah relasi mesra bersama-Nya.

Menjadi murid Yesus berarti berjuang seumur hidup agar pada waktunya dapat tinggal bersama-Nya. “Tinggal bersama-Nya” berarti menghayati apa yang Ia ajarkan, meneladani tindakan dan perbuatan-Nya. Seluruh hidup Yesus adalah pesan-pesan utama bagi seorang Kristen.

Yesus akan selalu menantang kita setiap saat, “Apa yang sebenarnya kamu cari dalam mengikuti Aku? Apakah jaminan hidup? Kenyamanan? Kuasa? Nama tenar? Kursi kuasa duniawi? Prestasi?

Menjadi murid Yesus berarti terlibat bersama Yesus untuk membarui wajah dunia. Solidaritas bersama Yesus menjadi kekuatan rohani untuk mengalahkan ketakutan dalam diri menghadapi setiap risiko berat yang menjadi konsekunsi dari praksis kemuridan kita di tengah dunia.

Yesus selalu setia meneguhkan kita dalam solidaritas untuk menyebarkan wajah yang penuh cinta kasih, pengampunan dan belas kasih tanpa pamrih. Wajah gereja yang penuh kasih, pengampunan dan belas kasih mesti menjadi dasar bagi kita untuk menghadirkan kehidupan bersama yang damai, terhormat dan bermartabat.

Proses menjadi murid Yesus itu merupakan sebuah ziarah spiritual teramat panjang: sejak tangisan pertama saat kita terlempar keluar dari rahim ibu hingga tarikan napas terakhir. Proses ini akan kita lalui dengan aneka tantangan dan rintangan yang bisa saja menjadi godaan kemanusiaan untuk meninggalkan Yesus di tengah jalan. Mengikuti Yesus berarti memikul salib derita seumur hidup. Proses panjang itu merupakan momen untuk mengaktualisasikan seluru

h hidup Yesus: doa, perkataan dan teladan hidup-Nya yang istimewa. Boleh jadi saat bergulat antara mengikuti Yesus atau godaan dunia, pertanyaan Yesus kepada Simon Petrus saat banyak murid mengundurkan diri di Galilea setelah mendengar ajaran Yesus yang keras tentang Roti Hidup, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” akan terngiang (Yos 7:67).

Bisa saja pertanyaan Yesus sebanyak tiga kali kepada Simon Petrus sesudah Ia bangkit dari alam maut, “Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?” (Yoh 21:15).

Pertanyaan-pertanyaan Yesus itu adalah momen pemurnian iman kita. Yesus menantang kita untuk setia mengikuti-Nya dengan mengalahkan egoisme dan berkata “tidak” kepada godaan duniawi yang sekadar nikmat sesaat tapi menumbalkan sebuah jaminan abadi setelah ziarah kita di dunia ini.

Identitas kemuridan kita selalu bermakna tetap setia tinggal bersama Yesus. Seorang murid selalu tinggal dalam bangunan relasi akrab-mesra dengan Tuhan, Gurunya. Yesus menjadi nafas kemuridan dan spirit kekristenan kita. Dia akan selalu mengingatkan kita terus menerus setiap saat, “Marilah dan kamu akan melihatnya” (Yoh 1:39).

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved