Breaking News

KERINDUAN Umat Katolik Terima Hostia Tercermin Dalam Lagu Doa Komuni Spiritual,Dosen ini Penciptanya

Umat Katolik yang harus ikut merasakan sulitnya masa pendemi virus corona yang membuat mereka tidak ikut missa di gereja

Editor: Alfred Dama
istimewa
Dr drg Alma Linggar Jonarta MKes atau Damian Alma, pencipta lagu Doa Komuni Spiritual yang banyak mengisi penerimaan komuni spiritual saat misa online di Gereja Katolik pada masa pandemi Covid-19. 

“Tapi saya baru menyadari bahwa ada invisible hands yang berperan dalam pembuatan lagu itu setelah melihat respon yang terjadi,” tutur Alma yang menempuh pendidikan sampai doktoral di UGM.

Hanya dalam 24 jam setelah lagu itu diunggah di youtube 19 Maret 2020, kanal Komsos Keuskupan Agung Semarang yang mengunggahnya kebanjiran ribuan viewer.

Dalam unggahan tersebut, lagu DKS karya Alma dinyanyikan Asriuni Pradipta dan musisi Agus Wahyudi Minarko.

Hingga kini kanal KAS mendapat 143.000 subscriber dan aransemen asli lagu tersebut di kanal Asriuni Pradipta ditonton 297.000 orang.

Ribuan umat merespon lagu itu sebagai musik yang indah yang mewakili kerinduan akan komuni kudus dalam sakramen ekaristi.

Paulina Dinartisti, pemusik di Keuskupan Agung Jakarta menyatakan, sebagai sebuah karya lagu itu memang indah.

Syair yang berasal dari doa mudah dicerna dan melodinya mudah ditangkap oleh umat.

“Suasana lagu yang dihadirkan pun mendukung permenungan dan suasana doa,” tutur umat Paroki Blok B Kebayoran Baru, Jakarta tersebut.

Syair lagu itu diambil dari doa yang dibuat Santo Alfonsus de Ligouri  (1696-1787), uskup Italia yang juga seorang pujangga Gereja.

Dalam artikel di Mirifica.net Alma menulis, Uskup KAS Mgr Rubiyatmoko mengganti satu frasa dari terjemahan asli DKS.

Teks doa asli “I embrace you as if you were already there” diterjemahkan menjadi “aku memelukMu, karena Engkau hadir di sini”.

Organis gereja

Alma bercerita, sejak usia 14 tahun sampai sekarang ia menjadi organis di sejumlah gereja di Yogyakarta, yaitu Paroki Kotabaru, Nandan, dan sekarang Banteng.

Bahkan ketika menjalani riset ilmiah di Brisbane, Australia dan Tokushima, Jepang, dia juga menjadi organis di gereja setempat. 

Selain menjadi organis, perempuan kelahiran Yogyakarta 15 November 1969 tersebut juga berusaha tetap terlibat dalam kor lingkungan atau wilayah gereja, walau tidak intens karena kesibukan pekerjaan utamanya. 

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved