Kisah Suami di Belu Menguatkan Sang Istri yang Positif Rapid Antigen
kisah pasangan suami istri berinisial MP dan TG, warga Kota Atambua Kabupaten Belu, Provinsi NTT.
Penulis: Teni Jenahas | Editor: Rosalina Woso
Kisah Suami di Belu Menguatkan Sang Istri yang Positif Rapid Antigen
POS KUPANG.COM| ATAMBUA----Hujan dan badai dilewat berdua. Susah senang dijalani bersama. Kalimat itu mungkin cocok disematkan pada kisah pasangan suami istri berinisial MP dan TG, warga Kota Atambua Kabupaten Belu, Provinsi NTT.
Istri MP berinisial TG terkonfirmasi positif rapid antigen tanggal 12 Januari 2021 saat pemeriksaan di RSUD Atambua. Sebagai suami, MP merasa terpukul dan otomatis ia merasa positif juga karena tinggal sama-sama satu rumah, walaupun sampai saat ini, ia bersama istrinya tidak ada gejala.
Dalam kondisi demikian, MP terus memberikan penguatan kepada sang istri agar tetap tenang dan jangan panik. Mematuhi protokol kesehatan secara disiplin serta menerapkan beberapa tips-tips pencegahan Covid-19 yang didapat dari teman-teman termasuk rekan kerjanya. Salah satunya, mengkonsumsi air panas, berjemur di matahari dan menjaga pola makan untuk ketahan tubuh.
Ketika dihubungi Pos Kupang.Com Kamis (14/1/2021), MP mengisahkan tentang susahnya menghadapi penyakit Covid-19 yang dialami keluarganya. Setelah dinyatakan positif rapid antigen, mereka satu keluarga menjalani karantina mandiri. Mereka merasa bagaikan hidup dalam penjara. Rasa cemas bahkan stress bercampur aduk.
"Saya kebetulan Maitua (Istri-Red) yang positif rapid antigen. Maitua awalnya terpukul dan khawatir ada apa-apa, termasuk saya dan anak-anak. Karena Maitua yang kena jadi sudah pasti terpukul, dan otomatis saya merasa positif juga karena tinggal sama-sama satu rumah, walaupun sampai saat ini tidak ada gejala", ungkap MP.
Menurut MP, sejak istrinya dinyatakan positif rapid antigen, mereka menerapkan protokol kesehatan di rumah seperti mencuci tangan tiap saat dan menggunakan masker. Bahkan saat tidur sekalipun tetap memakai masker.
"Protokol kesehatan benar-benar kita terapkan, seperti setiap hari harus pakai masker walaupun tidur. Cuci tangan setiap saat", kisah MP.
MP mengaku, menghadapi Covid-19 tidaklah mudah. Ketika salah satu anggota keluarga sudah terpapar pasti rasa cemas dan khawatir selalu ada. Aktivitas mereka tidak seperti biasa dan benar-benar sulit. Untuk belanja kebutuhan rumah tangga harus meminta bantuan keluarga.
"Untuk belanja, kita minta tolong keluarga yang belanja kebutuhan seperti makan minum, termasuk obat dan suplemen/vitamin. Pokoknya aktivitas tidak seperti biasa dan benar-benar sulit. Apalagi aktivitas pekerjaan sudah pasti belum bisa", kata MP.
Tak hanya itu, MP harus bisa menggantikan peran istrinya untuk mengurus anak-anak dan makan minum dalam rumah. Walau kadang mereka dua mengerjakan sama-sama tapi tidak seperti biasanya dikala istrinya tidak terpapar Covid-19.
"Untuk aktivitas pekerjaan di rumah kita sama-sama kerjakan karena Maitua biasa-biasa sa seolah sehat. Tapi beda dari sebelumnya", tutur MP.
Labih lanjut MP mengungkapkan, kondisi terharu dirasakan ketika ada keluarga datang membawa makanan tapi hanya bisa simpan di depan rumah lalu mereka pulang. Setelah keluarga pulang barulah MP menggambil makanan itu untuk mereka santap bersama.
Tetangga dan keluarga juga dilarang untuk saling bertemu sampai benar-benar kondisi kesehatan istrinya pulih.
Menurut MP, satu hal lagi yang membuat stres adalah membatasi aktivitas anak-anak untuk bermain dengan teman-teman tetangga. Hal ini terpaksa dilakukan demi menjaga tetangga agar tidak tertular.