Laut Cina Selatan

Soal " drone bawah laut" yang terjaring oleh nelayan di Kepulauan Selayar, Sulsel, Begini Faktanya!

Soal " drone bawah laut" yang terjaring oleh nelayan di Kepulauan Selayar, Sulsel, Begini Faktanya!

Editor: Gordy Donofan
REUTERS
Laut China Selatan Memanas Kembali, Amerika Serikat Kirim Drone Canggih Pukul Mundur China 

POS-KUPANG.COM - Soal " drone bawah laut" yang terjaring oleh nelayan di Kepulauan Selayar, Sulsel, Begini Faktanya!

Di awal 2021, publik dikejutkan dengan " drone bawah laut" yang terjaring oleh nelayan di lepas pantai Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Sejatinya, drone tersebut terjaring oleh nelayan setempat, Saehuddin, pada 20 Desember 2020.

Namun kabar tersebut baru ramai diperbincangkan publik di awal tahun 2021. Drone dengan semacam rangkaian sensor di hidungnya itu memiliki panjang 2,25 meter dan berat 175 kilogram.

Baca juga: Ramalan Shio Senin 11 Januari 2021, Dua Shio Ini Kurang Beruntung, Simak Yuk!

Baca juga: Ramalan Zodiak Hari Ini, Aquarius Bekerja Keras, Zodiak Ini Urusi Hubungan Asmara, Apakah Itu?

Baca juga: Menaker Ida Fauziyah Tegaskan Soal Ini untuk Jajaran BPJS Ketenagakerjaan, Ada Apa Sebenarnya?

Saehuddin pun menyerahkan drone yang diduga milik China itu kepada TNI, tepatnya Koramil Pasimarannu, Kodim 1415 Kepulauan Selayar. Update: KSAL memastikan, temuan tersebut bukan drone, melainkan seaglider.

Tetapi Seaglider Bukan yang pertama Terjaringnya seaglider milik negara lain oleh nelayan lokal bukanlah yang pertama kali terjadi di Indonesia. Pada 2019 hal serupa pernah terjadi di perairan Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

Benda yang awalnya diduga rudal oleh nelayan, ternyata merupakan seaglider yang juga diduga milik China. Di seaglider itu ditemukan aksara China yang bertuliskan nama China Shenyang Institute of Automation, Chinese Academy of Sciences. Keberadaan seaglider milik negara lain tentu mengusik keamanan dan pertahanan nasional Indonesia.

Sebabnya, seaglider memiliki kemampuan perekaman data strategis. Sejumlah data strategis yang bisa direkam seaglider di antaranya data salinitas, arus, temperatur, dan kontur bawah laut.

Data tersebut sangat penting untuk operasi kapal selam yang merupakan persenjataan strategis angkatan laut, karena sifat operasinya yang senyap dan bisa masuk ke belakang garis pertahanan lawan.

Pengetahuan tentang salinitas, arus, dan temperatur di suatu kedalaman akan berpengaruh terutama pada kesenyapan kapal selam tersebut. Kapal selam bisa bersembunyi di sebuah titik karena di kondisi tertentu, sinyal sonar sulit menembus lantaran dibiaskan salinitas, arus, dan temperatur.

Mengutip ABC News, Malcolm Davis dari Australian Strategic Policy menyatakan keberadaan seaglider tersebut patut diwaspadai karena berada di rute maritim utama yang menghubungkan Laut China Selatan dan Samudra Hindia ke arah daratan Australia.

Tak hanya Indonesia, India juga pernah mengalami kejadian serupa lantaran beberapa kali menemukan seaglider milk China di wilayah perairannya. 

Dikawal Keluar ZEE Indonesia di tengah ancaman Adapun wilayah geografis Indonesia yang strategis juga membawa ancaman tersendiri kala teknologi drone bawah laut kian berkembang.

Keberadaan Indonesia di tengah konflik Laut China Selatan dengan minimnya anggaran pertahanan nasional, membuat kita kelimpungan mengimbangi kekuatan China dan Amerika Serikat (AS) yang berseteru di sana. Ancaman tersebut diperparah dengan menipisnya anggaran pertahanan di tengah pandemi Covid-19.

Mengutip Kompas.id, Minggu (3/1/2021), setelah dilakukan realokasi berdasarkan Perpres No 54/2020, maka anggaran Kemenhan berkurang menjadi Rp 122 triliun. Adapun Anggaran pertahanan untuk 2021 sebesar Rp 136,7 triliun.

Dari Buku III Himpunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2021, alokasi untuk alat utama sistem pertahanan (alutsista) Rp 9,3 triliun.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved