Opini
Perempuan Berhati Bumi
Opini ini ditulis bertepatan dengan peringatan hari Perempuan yang jatuh pada tanggal 22 Desember 2020. Kiranya opini bisa menyadarkan semua pihak.
Walau dilabeli orang-orang kecil, kalah dan tak mampu, perempuan tetap tegar menghadirkan nilai kesetiaan, pengorbanan, solidaritas, harapan, religiositas, kejenakaan. Kita optimis membaca jejak keterlibatan berbagai organisasi seperti TRUK-F Sikka yang setia bekerja keluar masuk kampung mengadvokasi masyarakat agar ramah perempuan. Mungkin saja kenyataan ini dianggap sepele oleh sebagian orang. Tapi ada harapan sekaligus ajakan agar kita mesti membuka mata hati dan mengasah nurani yang sekian lama ditumpulkan oleh kebuasan zaman.
Ada pesan solidaritas kemanusiaan yang melampaui sekat-sekat primordial. Siapa pun mesti selalu tergerak hati nuraninya untuk mengulurkan tangan kepada sesama (perempuan) yang menderita. Bantuan penyadaran perempuan, walau sangat kecil, sangat bermakna bagi mereka yang sangat membutuhkan yang menjadi investasi kemanusiaan masa depan.
Kasus-kasus kekerasan daring mesti menginsafkan kita agar lebih manusiawi menggunakan alat-alat komunikasi modern sebagai jalan merekatkan relasi kemanusiaan (human connection), bukan menghancurkannya hingga berkeping.
Akhirnya, pendidikan menjadi tonggak ziarah menuju masa depan (education is the future) sebagai senjata ampuh melawan diskriminasi dan kekerasan berbasis jender. Pendidikan sebagai proyek masa depan mesti menggerakkan kita untuk merajut jejaring sinergi melindungi kaum perempuan dan mengasihi dengan tulus. Perempuan adalah bumi: setia mengalirkan kekuatan hidup, sabar melalui tantangan hingga senja.
Romo Lucius Poya, kakak saya, menulis sebuah kidung indah pada Hari Ibu dari tanah misi Batam sebagai penghormatan kepada kaum ibu: Dikau Bunda yang melahirkan kami/Dikaulah guru pertama yang mengajar kami/Pendidik utama yang membentuk kami/Penasihat ulung tentang kebijakan/Pelindung di saat bahaya/Spontan memuji di saat prestasi/Penuntun di kala sesat/Pendoa di saat semua terlelap mimpi.” *