Begini Penjelasan, Dr. Laurensius Sayrani Terkait Situasi Petahana di Pilkada NTT
maka seluruh rekam jejaknya akan dinilai dalam satu penilaian kategoris tertutup yaitu, berhasil dan tidak berhasil.
Penulis: Ray Rebon | Editor: Rosalina Woso
Bersamaan dengan itu, nampaknya arena dan aktor politik di tingkat lokal semakin terbuka pula yang ditandai oleh menyebarnya kekuatan politik, ekonomi dan social.
Di era sekarang nampkanya petahana semakin sulit mendominasi dan mengonsolidasi berbagai kekuatan di gengamannya. Pada batas yang lain, pemilih nampaknya semakin relative terhadap sesuatu yang sifatnya tradisional seperti ikatan keluarga, wilayah dan sebagainya. Hal ini membuat para calon dan terutama petahana semakin sulit mengembangkan jaringan pemilih berbasis cara-cara tradisional. Pendekatan transaksional pada batas minimal menjadi pilihan yang mesti dilakukan. Namun
"Seperti yang saya katakan tadi, disaat yang bersamaan sumber daya terutama ekonomi, terutama di tingkat lokal juga praktis tidak lagi terkonsentrasi secara maksimal," bebernya
Baca juga: Personel Gabungan Amankan Rekapitulasi dan Penetapan Hasil Penghitungan Suara Pilkada Mabar
Baca juga: Ternyata Selama Ditahan Tak Ada Pihak Keluarga yang Jenguk Rizieq Shihab di Polda Metro Jaya, Benar?
Baca juga: Pilkada Mabar : Paket Edi-Weng Unggul 33.2 Persen
Baca juga: Senator Asyera Wulandero Kunjungi Unwira Kupang
Pelajaran penting yang mesti dikedepankan kemudian adalah bahwa mereka yang bertarung sebagai petahana ternyata memiliki tantangan yang lebih serius dibandingkan dengan calon non petahana yaitu menciptakan rekam jejak kebijakan yang baik, mengendalikan birokrasi secara produktif yang sejatinya kalau dilakukan dengan baik akan menjadi investasi politik yang baik untuk dimaksimalkan dalam kontestasi pilkada yang semakin terbuka.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon)