Komunitas Kahe Arsipkan Bencana 1992 di Maumere Melalui Karya Seni
Fenomena dalam masyarakat di Maumere, salah satunya adalah kegelisahan mereka terhadap sejarah awal Kota Maumere.
Penulis: Aris Ninu | Editor: Rosalina Woso
Eka mengaku meskipun telah diundang, pemerintah daerah bahkan tidak ada yang datang menghadiri acara Maumerelogia III kecuali dinas pariwisata yang saat itu mendapat kesempatan menjadi pembicara. Respon masyarakat terhadap Maumerelogia III menurut Eka sangat bagus apalagi di kalangan milenial. Mereka datang menyaksikan dan mengikuti serangkaian acara Maumerelogia III.
“Generasi millennial harus tahu sejarah kota dan budaya tempat tinggalnya. Kehiduapn pembangunan tidak hanya bersumber dari apa yang kita peroleh tapi bersumber dari kehilangan, bencana ataupun penderitaan. Suatu masyarakat itu bertumbuh oleh apa yang dia punya istilah memoria passionis atau ingatan akan penderitaan. Belum tentu akselerasi pembangunan atau percepatan pembangunan di Maumere itu sedemikan tinggi kalau tidak ada tsunami 1992. Pemerintah harus punya arsip tentang sejarah kota Maumere yang bisa diakses oleh publik. Akademisi pun harus terlibat dan peka terhadap konteks sejarah melalui penelitian dari akademisi sendiri tentang sejarah Kota Maumere termasuk sejarah peristiwa tsunami 1992,” jelas Eka.
Baca juga: Paru Andreas - Raymundus Menang di Pilkada Ngada 2020 Hasil Hitung Cepat KPU, Suara Masuk 100 Persen
Baca juga: BREAKING NEWS : Hotel Cambera Bajawa Terbakar
Eka berharap agar pemerintah daerah bisa membuat sebuah dokumentasi atau arsip sejarah tentang kota Maumere yang bisa diakses oleh publik sehingga generasi selanjutnya bisa tahu dan tidak melupakan sejarah terbentuknya kembali Kota Maumere yang tidak terlepas dari peristiwa tsunami 1992.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Aris Ninu)