Opini Pos Kupang
`SALOME' : KEARIFAN LOKAL TIMOR MENDUNIA
pertanyaan balik yang dilontarkan oleh seorang petani sudah berumur tua dari Desa Nusa Kecamatan Amanuban Barat Kabupaten Timor Tengah Selatan

Oleh: Leta R. Levis, Dosen Faperta Undana
POS-KUPANG.COM - Apakah manusia bisa hidup sendiri-sendiri?. Itulah pertanyaan balik yang dilontarkan oleh seorang petani sudah berumur tua dari Desa Nusa Kecamatan Amanuban Barat Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Pertanyaan balik ini muncul sebagai respon atas pertanyaan penulis tentang mengapa bapak menanam tanaman jagung, labu dan kacang di dalam satu lubang yang sama dan dalam waktu yang sama pula? yang sering disebut `salome'. Penulis tentu kaget atas jawaban menohok dari sang kakek.
Ternyata system pertanian merupakan analogi atau implementasi dari filosofi kehidupan manusia sebagai makluk social. Salome merupakan aplikasi filosofi kehidupan keluarga di mana ada bapa-mama dan anak. Filosofi ini diterapkan dalam system berusahatani yang terbukti bertahan sampai saat ini.
Baca juga: Polres Sumba Timur Segera Tahap Satu Kasus Pembuangan Bayi di Kawangu
Demikian alasan mengapa petani di Timor menanam tiga tanaman dalam satu lubang dalam waktu bersamaan atau disebut `salome' alias satu lubang rame-rame. Jika dipandang dari aspek ontology, epistomologi maupun aksiologi maka system `salome' berisikan pengetahuan yang sudah ada atau `salome' memiliki hakekatnya tersendiri.
Dari dimensi epistemologis, `salome' merupakan hasil atau wujud nyata dari proses berfikirnya manusia untuk memperoleh informasi pengetahuan berdasarkan rasio dan indera para leluhur Timor.
Rasionalisasi dan indera para leluhur di Timor telah muncul bersamaaan dengan kehidupan manusia itu sendiri yakni kehidupan di dalam satu keluarga.
Baca juga: Antisipasi Bencana Alam, Liber Habut Sebut Bupati Sudah Keluarkan Surat Himbauan
Secara aksiologi. system `salome' ini memiliki makna sosiologis dan budaya tetapi juga bermakna ekonomis dan agronomis. Aspek agronomis ini yang seringkali diabaikan oleh para ilmuwan yang masih menganggap sistem ini ketinggalan jaman karena miskin teknologi.
Dari aspek rasionalitas dan empirisme, system ini telah menempatkan `salome' sebagai salah satu sistem pertanian tradisional yang menarik minat kaum ilmuwan masa kini untuk mendalaminya sebagai bagian dari proses melestarikan semua nilai dan praktek pertanian yang berkultur dan berakar pada pengetahuan local masyarakat petani di Timor.
Mengapa `Salome' Dilestarikan?
Dalam salah satu sub topik penelitian disertasi, penulis mendalami filosofi, social budaya, ekonomi dan agronomis tentang perilaku petani di dalam praktek pertanian tradisional yang sering disebut `salome'.
Sistem ini merupakan warisan budaya dan menjadi salah unggulan system pertanian lahan kering yang diciptakan dan diwarisi oleh para leluhur kepada anak cucu petani di Timor.
Topik perilaku petani terhadap praktek `salome' bertujuan untuk menganalisis, pertama alasan filosofis petani mempertahahnkan `salome'; kedua, analisis motivasi petani masih praktek `salome'; keempat, analisis persepsi petani terhadap keunggulan `salome' untuk ketahanan pangan; keempat, analisis pandangan penyuluh tentang alasan petani masih bertahan dengan `salome'.
Walaupun para petani alpa memperhatikan keunggulan menurut para ilmuwan, dari 126 orang petani yang diwawancarai, sebanyak 87 persen petani masih ingin mempertahankan system ini.