Relawan Taman Daun Temukan Banyak Ternak di Ile Ape Mati Kelaparan

Sudah 10 hari Relawan Taman Daun mengabdikan diri memberi makan ternak milik warga di Ile Ape dan Ile Ape Timur sejak erupsi Ile Lewotolok

Editor: Kanis Jehola
Keterangan Foto/Ricko Wawo/
Aksi Relawan Taman Daun saat memberi makan dan minum ternak milik warga terdampak erupsi Ile Lewotolok, Kamis (10/12/2020) malam. 

POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Sudah 10 hari Relawan Taman Daun mengabdikan diri untuk memberi makan ternak milik warga di Ile Ape dan Ile Ape Timur sejak erupsi Ile Lewotolok pada 29 November 2020 lalu.

Kampung-kampung di Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur terutama yang berada di area radius empat kilometer dari Gunung Ile Lewotolok sudah ditinggalkan penduduk yang mengungsi ke Kota Lewoleba.

Namun tidak dengan ternak-ternak milik mereka. Kebanyakan ternak seperti babi, kambing, kuda, sapi, anjing dan ayam sudah lebih dari seminggu tak diberi makan.

Baca juga: Rekapitulasi Kecamatan Bajawa Masih Berlangsung, Ketua PPK: Kita Aman dan Lancar

Relawan Taman Daun setiap hari mengambil alih tugas ini. Namun, hal menyedihkan yang mereka temukan adalah banyak ternak yang mati, kelaparan dan kehausan karena ditinggal pemiliknya.

John Batafor, salah satu Relawan Taman Daun, berujar setelah masa tanggap darurat bencana alam ini akan timbul masalah baru di wilayah Ile Ape dan Ile Ape Timur.

Dia menyebut masalah baru itu sebagai 'Bencana Ekonomi' yang terjadi setelah situasi sudah normal.

Baca juga: Tertib Lalu Lintas Kota Kupang AKP Andri Cegah Penggunaan Knalpot Racing

Setiap hari, saat berkeliling Ile Ape untuk menyelamatkan ternak milik warga, kata John, mereka selalu menemukan ada hewan yang mati, ada yang sudah lemas dan tidak berdaya karena kelaparan, kehausan, dan mati terlilit tali.

Bukan itu saja, mereka juga menemukan debu-debu belerang ada pada tempat-tempat makan ternak.

Itu menunjukkan bahwa sejak erupsi Ile Lewotolok pemilik ternak belum pernah pulang kembali ke kampung mengurus ternak.

"Kalau pemerintah tidak bisa ambil tindakan tegas maka masalah baru akan timbul yakni masalah ekonomi," ungkap John di Lewoleba, Jumat (11/12/2020).

Relawan Taman Daun, lanjutnya, sudah memprediksi akan ada 'Bencana Ekonomi' pasca masa tanggap darurat karena ternak merupakan aset kepunyaan warga yang punya nilai ekonomis dan nilai budaya yang tinggi.

Para relawan juga berulang kali mengubur ternak yang mati, memberi makan ternak yang nyaris mati dan kurus kering.

Selain itu, mereka juga menyaksikan beberapa warga yang merasa sedih karena ternak mereka sudah mati.

"Ada warga yang sampai menangis karena sudah pasrah lihat ternak nyaris mati," ujarnya.

Disampaikannya, karena masih berada di lokasi pengungsian, beberapa pemilik ternak hanya bisa memberi makan ternak mereka sekali dalam tiga sampai empat hari. Itu pun, mereka harus merogoh kantong sendiri untuk biaya ojek dari tempat pengungsian ke kampung.

"Kita bersedia gandeng tangan dengan pemerintah untuk atasi masalah ini. Relawan ini banyak sekali, hanya karena belum dirangkul semuanya saja," ungkap dia.

Sementara itu, relawan lainnya, Jacky Buran, menjelaskan dalam menunaikan tugas memberi makan ternak milik warga, Relawan Taman Daun membagi dua tim sembari membawa pakan ternak dengan mobil pikap.

Ada satu kelompok yang menyisir kampung-kampung di wilayah Ile Ape dan ada yang di Ile Ape Timur. Namun, Jacky mengakui bahwa yang bisa dijangkau cuma yang berada di pinggir-pinggir jalan.

Sementara ada banyak ternak yang dipelihara di lereng-lereng gunung dan di dalam pemukiman kampung.

"Pakan ternak yang mereka siapkan pun setiap hari bertambah, awalnya empat karung, lalu enam karung, dan tadi delapan karung saja kurang karena selalu ada ternak baru kelaparan yang kami temukan," ungkapnya.

Menurut dia, pemerintah daerah harus mengambil langkah untuk mengatasi ini.

Sebab, lanjutnya, kemungkinan apa yang mereka sebut dengan 'Bencana Ekonomi' ini semakin nyata karena selain kenyataan bahwa banyak ternak yang mati tetapi juga terancam rawan pangan.

"Sudah masuk musim hujan, dan banyak kebun yang belum ditanam karena penduduknya masih di tempat pengungsian," pungkasnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved