Berita Timor Leste
Kisah Perang Saudara Timor Leste 45 Tahun Silam Bikin Indonesia Dikambinghitamkan Hingga PBB Syok
Kisah Perang Saudara Timor Leste 45 Tahun Silam Bikin Indonesia Dikambinghitamkan Hingga PBB Syok
POS-KUPANG.COM - Kisah Perang Saudara Timor Leste 45 Tahun Silam Bikin Indonesia Dikambinghitamkan Hingga PBB Syok
Tanggal 28 November 1975 adalah hari proklamai Republik Demokratik Timor Leste.
Sayangnya, proklamasi itu tidak disambut dengan suka cita.
Baca juga: Detik-detik Fretilin Teriak ke Tentara Australia Saat Indonesia Serbu Timor Leste 45 Tahun Lalu
Baca juga: Natal dan Tahun Baru Semakin Dekat, Nikmati Kue Kering dari Aston Kupang
Baca juga: Hasil Quick Count Pilgub Sulut 2020 Christiany Eugenia, Vonnie Anneke Panambunan, Olly Dondokambey
Baca juga: Renungan Harian Katolik, Rabu 9 Desember 2020: Christus Omnibus: Kristus Segalanya
Ada yang mengatakan karena Deklarasi Kemerdekaan itu dinyatakan secara sepihak, dampaknya malah sebabkan perang saudara.
Mengutip dari laman Pemerintah Timor-Leste, disebutkan wilayah mereka sejak 1859 masuk ke dalam wilayah kekuasaan Portugis, sementara Pulau Timor bagian barat ada di bawah kekasaan Belanda.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Pemerintah Indonesia menegaskan di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan dunia internasional, serta tidak memiliki ambisi teritorial terhadap Timor Timur.
Wilayah non-otonom
Karena itu sejak 1960, PBB menganggap Timor-Leste sebagai wilayah non-otonom yang ada di bawah pemerintahan Portugis.
Dari 1962 hingga 1973, Majelis Umum PBB mengakui hak Timor-Leste untuk menentukan nasib sendiri.
Namun, Portugal menolak mengakui hak tersebut dan mengakui Timor-Leste sebagai provinsi Portugis, setara dengan provinsi-provinsi lainnya.
Setahun kemudian pada 1974, terdapat Revolusi April yang memulihkan demokrasi di Portugal dan Pemerintah Portugal menghormati hak penentuan nasib sendiri untuk Timor-Leste.
Menindaklanjuti progres ini, pada Mei 1974 dibentuk lah Komite Penentuan Nasib Sendiri Timor Timur di Dili, yang saat ini menjadi ibu kota negara.
Sejumlah pengamat independen yang berkunjung ke wilayah Timor Timur menilai mayoritas masyarakat di sana menolak untuk berintegrasi atau bergabung dengan Indonesia, dikarenakan perbedaan budaya sebagai salah satu alasan utamanya.
Proklamasi
Baca juga: Detik-detik Fretilin Teriak ke Tentara Australia Saat Indonesia Serbu Timor Leste 45 Tahun Lalu
Baca juga: Natal dan Tahun Baru Semakin Dekat, Nikmati Kue Kering dari Aston Kupang
Baca juga: Renungan Harian Katolik, Rabu 9 Desember 2020: Christus Omnibus: Kristus Segalanya
Program dekolonialisasi mulai gencar terjadi sejak Januari 1975, kerajaan kolonial Portugal dibubarkan, gerakan pembebasan di tataran lokal pun meningkat.