Meskipun Timor Leste Masuk Negara Miskin Tapi Pejabat  di Bumi Lorosae Hidup Mewah, Warganya Susah

Miris memang, negara ini lepas dari Indonesia tahun 1999 dengan harapan kaya layaknya negara-negara penghasil minyak dunia seperti negara-negara Arab

Editor: Alfred Dama
Kolase/Timor Lests Flag/Pos Kupang
Kolase Xanana Gusmao dan bendera Timor Leste. 

Sementara itu, pendapatan per modalnya adalah sekitar 3.335 dollar AS  atau sekitar Rp47 juta.

Baik pemerintah maupun oposisi negara tersebut, tidak tertarik untuk mengubah undang-undang yang dianggap menguntungkan pejabat itu.

Malahan, mereka juga memfasilitasi pejabat dengan rumah mewah, mobil mewah, paket perjalanan ke luar negeri.

Padahal kondisi rakyatnya sungguh miris, pengangguran meningkat dan 71 persen penduduk Timor Leste menganggur, atau bekerja informal, menurut International Crisis Group, 2013.

Pada masa jabatannya, perdana Menteri Xanana Gusmao sangat rapuh, dan banyak menghabiskan uang untuk memperluas jaringan patronase.

Memberikan kontrak dan keuntungan lain pada orang-orang yang mendukung dan menyangkal kritikan padanya.

Strateginya berhasil, selama negara terus memiliki akses ke keuangan yang murah hati dari kekayaan minyak negara.

Produksi minyak lepas pantai menciptakan sedikit pekerjaan karena kemampuan produksi dan penyulingan yang minimal.

Masalah lain, beberapa studi menunjukkan bahwa cadangan minyak dan gas negara itu akan bertahan paling lama 15 tahun lagi menurut laporan tahun 2014.

Lebih dari satu dekade kemerdekaan, kerusuhan, korupsi, dan kesombongan langsung dari para pemimpin negara itu, menyebabkan ekonomi yang sepenuhnya bergantung pada minyak dan gas, yang hanya menghasilkan sedikit.

Ekspor minyak dan gas menyumbang lebih dari 90 persen PDB negara, ketergantungan tertinggi pada ekstraksi sumber daya alam di dunia.

Ada beberapa tanda harapan. Timor tetap merupakan negara demokrasi, medianya termasuk yang paling bebas di wilayah tersebut.

Tokoh-tokoh seperti Presiden Taur Matan Ruak, mantan kepala pasukan pertahanan dan pejuang gerilya, dan Menteri Negara Agio Pereira dihormati secara luas karena kejujuran mereka.

Mantan jaksa penuntut negara itu, Ana Pessoa yang keras, memenjarakan beberapa pejabat senior termasuk mantan Menteri Kehakiman Lucia Lobato.

Sementara Pessoa akhirnya diganti setelah beberapa manuver yang tidak jelas, penggantinya tampaknya bertekad untuk melanjutkan warisannya.

Halaman
123
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved