Gunung Ile Lewotolok Meletus
4.483 Warga Ile Ape Mengungsi Gunung Lewotolok Erupsi
Sebanyak 4.483 warga Ile Ape mengungsi setelah Gunung Ile Lewotolok erupsi
Letusan disertai gemuruh juga terdengar sampai di Pos Pemantau Gunung Api Ile Lewotolok, Desa Laranwutun, Kecamatan Ile Ape. Petugas Pos Pemantau Gunung Api Ile Lewotolok, Stanislaus Ara Kian mengatakan, suara gemuruh menandakan adanya aktivitas vulkanik di dalam kawah Gunung Lewotolok.
Stanis menjelaskan, sejak erupsi awal tanggal 27 November, sudah ada tremor dengan skala kecil dan diikuti gempa vulkanik. Hal itu terpantau selama pukul 06.00-09.29 Wita.
"Sudah terpantau tremor harmoni diikuti gempa vulkanik dangkal dan gempa vulkanik dalam. Gempa ini berkaitan dengan aktivitas magma di dalam perut gunung. Lalu tremor, vulkanik dangkal, tremor itu mulai menuju ke puncak. Beberapa malam ini selalu teramati sinar api, kalau dia mau meletus itu pasti ada sinar api. Setelah erupsi tangga 27 mulai muncul sinar api. Informasi dari masyarakat juga teramati," paparnya.
Menurut Stanis, erupsi terjadi pukul 09.45 Wita dengan tinggi kolom abu 4.000 meter di atas puncak.
Lokasi Penampungan
Sebanyak 4.483 warga terdampak erupsi Gunung Lewotolok, mengungsi ke desa tetangga dan Kota Lewoleba. Selain menggunakan kendaraan pribadi, warga dievakuasi dengan kendaraan yang disediakan pemerintah daerah.
Ada enam lokasi penampungan, yaitu Kantor Bupati lama dengan 3.671 jiwa, Kantor Badan Kepegawaian Daerah (BKD) 338 jiwa dan Aula Koperasi Ankara 32 jiwa.
Berikutnya, Aula Kelurahan Lewoleba Tengah 140 jiwa, Aula Desa Tapolangu 287 jiwa dan Aula Desa Baopana 15 jiwa.
Demikian data yang diperoleh Pos Kupang dari Dinas Sosial Kabupaten Lembata. Jumlah pengungsi akan bertambah karena ada beberapa posko yang belum didata. Selain itu, proses evakuasi masih berlangsung.
Bupati Lembata, Eliazer Yentji Sunur mengatakan, langkah kontigensi darurat telah diambil pemerintah dengan mengurus para pengungsi erupsi gunung Ile Lewotolok.
Meski dalam kondisi darurat, Bupati Sunur meminta agar warga tetap menjalankan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19.
Tim medis pun dikerahkan untuk memeriksa para pengungsi. Bagi pengungsi yang merasakan ada gejala Covid-19, langsung dipisahkan untuk dirawat di ruang khusus di kantor Perpustakaan daerah Lembata.
Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur, ditemui di lokasi Lapangan Kantor Bupati Lembata, mengatakan dari hasil rapat terbatas Forkopimda, dirinya juga sudah meminta personil TNI dan Polri untuk melakukan patroli di desa-desa yang ditinggalkan warga sementara.
Pemerintah Kabupaten Lembata berusaha sebisa mungkin menangani pengungsi dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Sebagian pengungsi yang terdiri dari ibu dan anak balita dipisahkan di tempat pengungsian yang berbeda.
Pemerintah bersama tim relawan menyiapkan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan makan warga pengungsi. Pemerintah Kabupaten Lembata juga menyuplai sembako untuk warga yang mengungsi di rumah keluarga mereka masing-masing di Kota Lewoleba.
Bantuan dari berbagai kalangan di Kabupaten Lembata pun disalurkan kepada warga pengungsi di Kota Lewoleba.
Ketua DPRD Lembata Petrus Gero menjelaskan karena sebagian desa sudah ditinggalkan pengungsi maka dari hasil rapat terbatas Forkopimda maka aparat keamanan Polres Lembata dan Personil TNI akan terus melakukan patroli menjaga desa-desa yang ditinggalkan warga. "Lansia, orangtua, ibu hamil langsung dievakuasi. Warga harus dievakuasi karena kita tidak bisa prediksi," katanya.