Breaking News

PJJ di Masa Pandemi Covid-19 Dorong Guru Kreatif Dalam Mengajar Terutama Pembelajaran Faktual

proses pembelajaran jarak jauh mendorong guru untuk kreatif dalam mengajar, terutama dalam pembelajaran faktual.

Penulis: Hermina Pello | Editor: Hermina Pello
Tribunpalembang.com
Logi Hari Guru Nasional Tahun 2020 

POS-KUPANG.COM | JAKARTA - Dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional pada 25 November,
Wahana Visi Indonesia bersama Kementerian Pendidikan Kebudayaan menghadirkan para guru dari daerah
terdepan, terluar dan tertinggal (3T) serta guru pendidikan khusus untuk mengungkapkan kondisi dan
tantangan yang dihadapi, hingga harapan mereka terhadap kegiatan pembelajaran di masa pandemi

Dengan keterbatasan perangkat digital, dan juga jaringan internet, guru di daerah 3T lebih banyak melakukan
pembelajaran jarak jauh dengan metode luring, serta kombinasi antara luring dan daring.

Siaran pers yang diterima Pos Kupang disebutkan, Mariana Nineng, Kepala Sekolah SDN Jelimpo 9 di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, bercerita, banyak kendala yang dihadapi saat mendatangi anak-anak di rumah mereka.

“Kadang anak-anak tidak ada di rumah, ada yang ikut ayah ibu mereka bekerja atau di kebun. Guru juga menghadapi kendala lain seperti cuaca, jalan rusak, atau kendaraannya yang rusak,” kata Maria.

Di Nias Selatan, Sumatera Utara, Happy Christina, guru PAUD Baluse Terpadu, mengungkapkan,
upaya yang sudah dilakukan para guru membutuhkan dukungan orangtua.

Namun terkadang orangtua merasa tidak sanggup mendampingi anak mereka belajar karena harus bekerja. Di sisi lain, anak juga merasa tidak nyaman diajar oleh orangtua.

Namun, Henvilli Marto Iwan Jehabu, guru SDN Wejang Nendong di Manggarai Timur, Nusa
Tenggara Timur, mengungkapkan, proses pembelajaran jarak jauh mendorong guru untuk kreatif dalam
mengajar, terutama dalam pembelajaran faktual.

“Misalnya ketika guru datang ke rumah siswa, mereka sedang membantu orangtua, maka guru akan mengajak mereka belajar sesuai dengan apa yang sedang dikerjakan saat itu. Kalau ketika guru datang mereka sedang di kebun kopi, guru ajak untuk belajar mengenai kopi. Harus sekreatif mungkin, sehingga anak-anak tetap dapat belajar,” tuturnya.

Saat ini, sekolah sudah memulai pembelajaran tatap muka secara bergiliran, setiap hari dibatasi hanya dua
kelas yang masuk sekolah.

Namun, Henvili mengatakan, pembelajaran tatap muka ini masih belum maksimal, karena semua pihak merasa khawatir dengan aspek kesehatan.

“Yang dibutuhkan saat ini adalah alat pelindung diri seperti masker, hand sanitizer, fasilitas cuci tangan, juga vitamin untuk anak-anak untuk membantu daya tahan tubuh mereka,” Henvili.

Yuliatin, guru SD Negeri Wamena, Jayawijaya, juga mengungkapkan hal senada. Ketika sekolah dibuka
kembali, maka penerapan protokol kesehatan harus dilakukan dengan ketat.

“Pihak dinas harus benar-benar mengecek kesiapan sekolah, agar anak-anak dapat belajar dengan aman, dan dapat mengejar pembelajaran yang selama ini tertunda,” tuturnya.

Tantangan yang berbeda dialami oleh guru pendidikan khusus yang mengajar anak-anak berkebutuhan khusus.
Lusia Hurint, guru SLB Kotaraja, Kupang, NTT, mengatakan, sampai saat ini SLB masih belum
memberlakukan pembelajaran tatap muka.

Baca juga: TEKS DOA Sudah Siap, Kemendikbud RI Gelar Upacara Bendera Peringatan Hari Guru Nasional 2020

Para guru mengkhawatirkan kondisi kesehatan anak-anak berkebutuhan khusus yang rentan terpapar virus. Oleh karena itu, pembelajaran tetap dilakukan secara daring, dengan materi ajar yang dibagikan kepada orangtua dalam waktu tertentu.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved