John Augustyn Si Penjual Balon Gas Dan Impian Besarnya

John Augustyn Si Penjual Balon Gas Ini Memiliki Mimpi Indah dan Rahasia Besar.  

POS-KUPANG.COM/NOVEMY LEO
John Augustyn, si penjual balon gas di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia 

POSKUPANG.COM - Warga asal Kisar Kabupaten Maluku Utara Provinsi Maluku mengadu nasib ke Kota Kupang tahun saat usianya masih 17 tahun. Saat itu tahun  1979.

Tiba di Kota Kupang, ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ), pria berkulit gelap ini menetap di rumah keluarganya Drs. Amos Daud yang berada di Kelurahan Naikoten 1, Kupang.

Dia ingin melanjutkan sekolah agar bisa meraih mimpinya, menjadi sukses seperti kelima kakaknya yang sudah bekerja dan mendapat penghasilan yang layak. Sekolah Teknik Menengah Karya (sekarang SMK) menjadi pilihannya.  Dia adalah Jhon Agustine (54) alias Jhon, pria kelahiran Kisar 17 September 1965.

“Kakak bilang, masuk STM saja Jhon supaya mudah dapat kerja. Jadi beta masuk STM Karya lalu pindah ke STM Negeri. Tapi beta gagal, hanya sampai kelas 2 beta berhenti. Sekarang beta (saya) jualan balon gas,” kata Arnold John Augustyn  kepada pos-kupang.com November 2020 .

Meski tak bisa mengantongi ijasah STM namun tak menghalangi John Augustyn untuk meraih sukses. Baginya sukses itu adalah bisa bekerja dan membangun rumah lalu berkeluarga.

Untuk itu John Augustyn mulai bekerja dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Apa saja pekerjaan dilakoninya agar bisa sukses.

Jhon Agustine, si penjual balon gas di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia
John Augustyn , si penjual balon gas di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia (POS-KUPANG.COM/NOVEMY LEO)

Kepada Pos Kupang di kediamannya, pertengahan November 2020, John Augustyn bersemangat menceritakan perjalanan hidupnya. Pagi itu John Augustyn mengenakan baju kaos dan celana pendek berwarna putih yang sudah lusuh.

Rambut, kumis dan brewoknya sudah dua warna itu dicukur rapi. Saat bicara, Jhon berlogat Kupang campur Kisar.

Setelah gagal menamatkan pendidikan di STM, pria berkulit gelap dan bertubuh kurus ini memutuskan bekerja dengan Theos, saudaranya.

Pekerjaannya sebagai tukang pukul batu di proyek itu tak digaji dan Jhon melakukannya dengan ikhlas. Sesekali Theos memberinya uang lelah dengan jumlah tak seberapa.

“Kita tinggal dengan orang, kalau tidak sekolah lagi beta (saya) harus kerja, jadi tukang batu juga beta kerja. Kerja apa saja karena beta harus sukses meski tinggal dinegeri orang,” yakin John Augustyn .

Dari tukang pukul batu, John Augustyn bekerja mandiri sebagai penjual tahu dan tempe keliling. Pekerjaan itu dijalaninya selama 4 tahun dan dia berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp 2,5 juta.

“Beta copot Rp 1.250.000 untuk beli tanah dari ipar tahun 1986. Sisanya beta bikin gubuk kecil. Beta mau bikin rumah atau kos di itu tanah, jadi beta harus kerja, kerja, kerja,” kata John Augustyn 

Jhon Agustine, si penjual balon gas di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia
John Augustyn , si penjual balon gas di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia (POS-KUPANG.COM/NOVEMY LEO)

John Augustyn kembali ikut kerja proyek di Kabupaten Alor bersama keluarganya dengan upah tak seberapa. Dari situ  John Augustyn mulai menabung di bank.

Setelah proyek selesai, John Augustyn mencoba peruntungannya di Kupang dengan memelihara ayam potong. Padahal dia sama sekali tak tahu bagaimana proses memelihara ayam.

“Beta piara ayam dua tahun saja. Terakhir beta pung (punya) ayam mati semua 200 ekor di kandang,” kata John Augustyn.

John Augustyn menilai kematian ayamnya itu karena unsure magis. Dalam tidurnya, Jhon melihat seorang nenek datang dan duduk di kursi tepat di depannya. Si nenek marah-marah menggunakan bahasa yang tidak dimengerti.

“Beta pikir mungkin saja ada orang orang tua di Kiser yang meninggal dan datang lihat beta. Tapi dia mengomel (marah-marah) suara keras. Beta berteriak, dia melayang terbang lari masuk kadang ayam, ayam langsung berteriak kek kek kek. Beta kaget bangun lihat ayam di kandang mati semua,” kenang John Augustyn.

Dari bisnis ayam potong, Jhon banting setir berjualan sayur mayur dengan cara memikul dan berjalan keliling dari rumah ke rumah mulai dari pagi hingga siang. Itu terjadi tahun 1990.

Jam tiga pagi bangun ke pasar beli sayur lalu beta pisahkan agar dapat untung. “Beta jual satu ikat Rp 500,” katanya.

Setelah seleai mengikat-ikat sayuran, jam enam pagi Jhon mulai memikul dan menjual sayura itu, menyusuri ruas-ruas jalan di Kelurahan Naikolan, Sikumana, Oepura hingga Naikoten II.

Pekerjaan itu hanya dilakukan hingga jam 2 siang sebab orang sudah tidak membeli sayuran lagi. Usaha itu dilakoni sekitar 3 tahun.

Jhon Agustine, si penjual balon gas melihat tukang sedang mengerjakan pembangunan rumah kosnya di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia
John Augustyn si penjual balon gas melihat tukang sedang mengerjakan pembangunan rumah kosnya di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia (POS-KUPANG.COM/NOVEMY LEO)

Dari jualan sayur, John Augustyn mengadu nasib dengan berjualan bawang merah meski kemudian gulung tikar menyusul kenaikan harga bawang merah yang mencapai Rp 50.000 perkilogram.

“Jual bawang beta rugi banyak, untung tipis jadi beta stop,” alasan John Augustyn.

Sejak itu, John Augustyn bekerja serabutan mulai dari menggali sumur, membersihkan pekarangan rumah orang, memukul batu di proyek-proyek, menguruk tanah dan menguruk batu, menggali bak air. Penghasilannya tak seberapa namun menurutnya itu lebih baik dibandingkan pekerjaan sebelumnya.   

Semua pekerjaan itu dijalani agar bisa melangsungkan hidup, menabung untuk merealisasikan mimpinya.

Bertahun-tahun bekerja serabutan, pada tahun tahun 2014 Jhon bertemu dengan temannya, Anjas dan dia ditawari berjualan balon gas milik Sipri. Tanpa pertimbangan lagi, Jhon langsung menerima pekerjaan itu hingga saat ini.

John Augustyn mulai berjualan balon gas sejak saat itu hingga kini. Setiap hari  bangun jam enam pagi membereskan rumah, memasak nasi untuk dimakan sebelum bekerja.

John Augustyn keluar rumah mulai jam sebelas pagi menuju ke rumah Sipri untuk mengambil balon gas disana. "Beta jalan kaki sekitar setengah jam kesana," kata John Augustyn.

Dari situ John Augustyn membawa balon gas untuk dijual dan baru pulang rumah saat semua dagangannya laku terjual dan itu bisa sampai jam sebelas malam.

Jhon Agustine, si penjual balon gas di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia
John Augustyn si penjual balon gas di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia (POS-KUPANG.COM/NOVEMY LEO)

Selama 12 jam setiap hari menjual balon gas Jhon tak makan. Untuk alas perut siang hari, Jhon hanya minum kopi yang sudah ditaruhnya di dalam botol minuman.

“Beta sudah makan pagi di rumah. Kalau haus lapar di jalan, beta minum kopi sudah kenyang. Malam pulang rumah baru makan lagi,” aku John Augustyn .

John Augustyn mengaku kebiasaannya tak makan siang hanya minum kopi hingga baru makan tengah malam itu memang tindakan yang keliru dan bisa mengganggu kesehatan. Namun hal itu sudah menjadi kebiasaannya sehingga susah untuk diubah. 

"Puji Tuhan beta sonde sakit selama ini. Beta coba makan siang tapi tidak bisa e kakak," alasan John Augustyn

Setiap harinya, Jhon menjual 20 balon gas dengan menyusuri ruas Jalan Soeharto, menuju ke Jalan El Tari lalu ke pusat perbelanjaan di Lippo Plaza Kupang. Selanjutnya ke daerah Kantor Walikota dan mengelilingi rumah-rumah warga hingga jam enam sore.  

Dari wilayah itu, John Augustyn pindah ke lokasi Jalan WJ Lalamentik didepan pusat perbelanjaan Ramayana Flobamora, lalu kearah Kelurahan Oebobo hingga Kelurahan Naikoten II.

Setelah itu John Augustyn kembali ke Jalan El Tari Kupang untuk seterusnya pulang kembali ke rumahnya dan beristirahat. "Kalau belum laku, beta jualan terus sampai jam sebelas malan," katanya.

Disepanjang jalan yang ditelusurinya, mata dan telinga mesti peka melihat dan mendengar orang memanggilnya.

“Kalau orang tidak panggil, beta datang dekat tawar balon. Kerja harus sabar kakak, tidak boleh buru-buru pulang, nanti rejeki jauh,” John Augustyn memberi tips.

Jika kelelahan berjalan, John Augustyn beristirahat sejenak duduk di trotoar atau dimanapun tempat yang memungkinkannya menghapus penat. Membuka tas selempang berukuran kecil yang tergantung di tubuhnya, mengeluarkan botol air berisi kopi dan meneguk isinya.

Jhon Agustine, si penjual balon gas meneguk kopi sebagai alasa perut selama bekerja menjual balon gas di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia
John Augustyn si penjual balon gas meneguk kopi sebagai alasa perut selama bekerja menjual balon gas di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia (POS-KUPANG.COM/NOVEMY LEO)

“Minum sedikit-sedikit supaya bisa pas (cukup) sampai tengah malam,” kata John Augustyn.

Balon gas itu dijual seharga Rp 20.000 per buah. Jika ada yang berbaik hati, John Augustyn mendapat tips. 

Jika tak laku, John Augustyn membawa pulang balon gas itu ke rumah. Penyetoran uang hasil penjualan baru dilakukan esok hari, sekaligus mengambil atau menggantikan balon baru.

Sebelumnya, harga satu buah balon gas seharga Rp 15.000 perbuah. Sekarang harganya naik menjadi Rp 20.000 perbuah. Dari penjualan itu, Jhon mendapatkan fee sebesar Rp 5.000 perbalon.  

Jika setiap hari 20 balon terjual habis Jhon bisa memperoleh fee sebesar Rp 100.000 (20 balon x Rp 5.000).

“Kalau sepi lakunya hanya 4 sampai 5 balon, tapi kalau ramai beta bawa pulang uang Rp 100.000. Puji Tuhan e kakak,” kata John Augustyn.

Jhon Agustine, si penjual balon gas menyetor uang kepada pemilik balon gas di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia
John Augustyn si penjual balon gas menyetor uang kepada pemilik balon gas di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia (POS-KUPANG.COM/NOVEMY LEO)

Berapapun upah setiap setiap harinya itu Jhon enyisihkan Rp 5.000 hingga Rp 10.000 untuk membeli makan sehari-hari. Sisanya ditabung.

“Kalau dapat Rp 100.000, saya tabung Rp 90.000 dan pakai hanya Rp 10.000 untuk beli kopi dan gula. Beras sudah beli setiap bulan satu karung. Setiap hari beta kan hanya makan nasi putih. Sayur jarang, apalagi ikan dan daging,” aku John Augustyn.

Tak heran, dengan perilakunya seperti itu, Jhon bisa menabung dan mengumpulkan uang hingga ratusan juta rupiah selama lima tahun berjualan balon. Belum lagi tabungannya dulu sebagai tukang, pekerja kasar dan jualan sayur dan bawang merah.

Tak mengherankan pada tahun 2010, Jhon sudah mulai bisa mewujudkan mimpinya, memiliki rumah kos.

DI tahun itu, John Augustyn bisa mendirikan enam kamar kos masing-masing berukuran 3 x 3 meter diatas tanah miliknya yang berukuran 15 x 30 meter. Salah satu orang yang memotivasinya adalah Neonafa, kakak iparnya.

“Dia (Neonafa) bilang, bu (om) Jhon  paling baik bikin kos. Saatnya umur bertambah fisik lemah. Bisa jadi nanti ada orang yang tidak punya rumah, bisa pakai kamar kos. Kalau beta su (sudah) usia 70 80 tahun, tidak bisa kerja lagi, dapat rupiah dari mana? Biar ada ipar dan keluarga kaya raya, sonde (tidak) mungkin tiap hari kasih beta to kaka. Jadi beta tabung dan bikin kos sekarang sudah,” kata John Augustyn sambil mengajak Pos Kupang memperlihatkan kamar kosnya.

Jhon Agustine, si penjual balon gas di rumah kos yang sudah dibangunnya di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia
John Augustyn , si penjual balon gas di rumah kos yang sudah dibangunnya di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia (POS-KUPANG.COM/NOVEMY LEO)

Enam unit kamar kos permanen milik Jhon itu berukuran 3x3 meter, berlantai keramik berwana putih. Lima kamar kos itu belum digunakan. Salah satu kamar dipakainya untuk tidur.

Kamar mandi juga sudah dibangun termasuk bak air berukuran 6.000 liter. Pagar tembok sudah dibangun mengelilingi rumah kos itu dengan sebuah pintu besi.

Saat ini dua orang tukang mengerjakan pembangunan enak kamar kos berikutnya. 

John Augustyn bersyukur karena sebagian mimpinya sudah bisa terwujud. Menurut Jhon siapapun pasti punya mimpi dan pasti bisa berhasil wujudkan mimpinya asal mau bekerja dan rajin menabung.

“Hidup itu tidak seenak yang kita bayangkan. Jadi mesti punya pedoman, biar Rp 10 ribu yang kita peroleh harus ada sisip paling kurang Rp 1.000 atau Rp 500 sebagai tanda bahwa kemarin batong (kita) ada bekerja. Berdoa harus rajin supaya Tuhan terus lindungi batong. Dekat juga dengan sesama,” pesan John Augustyn.

Jhon Agustine (tengah), penjual balon gas bersama wartawan Pos Kupang, Novemy Leo (kanan) dan Jho (kiri) di rumah kosnya November 2020
John Augustyn (tengah), penjual balon gas bersama wartawan Pos Kupang, Novemy Leo (kanan) dan Jho (kiri) di rumah kosnya November 2020 (pos kupang)

John Augustyn mengatakan, jika tidak menabung maka berapa lama pun seseorang bekerja, dia tidak akan bisa berhasil karena uangnya habis semua. Kalau menabung maka uang itu bisa digunakan untuk mewujudkan apa yang sudah direncanakan.

Bahkan jika ada keperluan mendadak karena terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, kata Jhon, uang ditabungan bisa digunakan untuk kebutuhan itu.

“Dapat berkat Rp 5.000 jangan habiskan semua, harus sisip Rp 5.000 atau Rp 1.000. Tapi kalau batong habiskan semua diluar, pulang datang kosong. Itu berpuluh-puluh tahun, ratusan tahun kerja juga batong tidak bisa bergerak, tidak akan berhasil,” John Augustyn mengingatkan.

Pembangunan kamar kos milik Jhon tahun 2010 dan 2020 dikerjakan oleh tukang yang sama, Noel. Noel mengaku belajar banyak dari sikap dan perjalanan hidup John Augustyn .

“Dia termasuk orang yang irit, pintar simpan uang, rajin menabung. Bisa dibayangkan dari pekerjaan seperti itu dia bisa bangun rumah kos ini, saya belajar banyak dari dia,” bangga Noel.

Noel mengenang pertama kali dipanggil John Augustyn untuk membangun kos di tahun 2010 lalu itu dia tak percaya. Begitu sampai di lokasi dan melihat Jhon membeli dan menurunkan semua bahan bangunan barulah Noel percaya dan takjub.

Noel, tukang yang bekerja membangun kos milik Jhon Agustine si pejual balon gas di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia.
Noel, tukang yang bekerja membangun kos milik John Augustyn si pejual balon gas di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia. (POS-KUPANG.COM/NOVEMY LEO)

“Hanya 3 bulan saya kerjakan kos itu. Bahan semua langsung turun satu kali jadi kerja tidak macet. Tahun 2020 ini beta dipanggil lagi untuk lanjutkan bangun enam kamar kos. Pagar keliling ini baru selesai kerja beberapa minggu lalu,” aku Noel.

Noel mengatakan, John Augustyn mengajarkan kita untuk tidak melihat seseorang dari pekerjaan apalagi penampilan fisiknya. Setiap orang mestinya saling menghormati.

“Siapa coba yang sangka, penjual balon dengan tampilan fisik seperti om Jhon ini ternyata punya rumah kos bernilai ratusan juta dan banyak simpanan uang di bank. Betul-betul kita jangan menilai orang dari kulit luarnya,” pesan Noel.  

Patricia Leo, warga Kota Kupang pun menyatakan kebanggannya terhadap Jhon yang mau bekerja apa saja demi mencapai impiannya.

“Saya kaget begitu tahu om John Augustyn punya kos-kosan. Mestinya setiap orang punya prinsip seperti om John Augustyn . Fokus terhadap cita-cita, bekerja apapun tak kenal lelah untuk bisa wujudkan cita-citanya itu,” pesan Patricia Leo, Senin (16/11/2020).

Dulunya Patricia Leo sering menggunakan jasa Jhon untuk membersihkan halaman rumah dan mengeruk tanah di samping rumah. Dan John Augustyn memang dikenal sebagai orang yang baik, tak banyak omong saat bekerja dan hasil pekerjaannya sangat baik.

“Dari dulu dia kerja apa saja mau. Kalau dikasih kerja jawabannya selalu ‘talalu bisa kaka’ makanya kami kasih nama dia Om Jhon talalu bisa,” kenang Patricia Leo.

Patricia, warga Kota Kupang yang sering menggunakan jasa Jhon Agustine untuk membersihkan halaman rumahnya
Patricia, warga Kota Kupang yang sering menggunakan jasa John Augustyn untuk membersihkan halaman rumahnya (POS-KUPANG.COM/NOVEMY LEO)

Dari dulu juga John Augustyn tidak suka makan, saat kerja maunya hanya minum kopi saja. Seharian kerja, kopi satu ceret mesti tersedia.

“Kita harus paksa makan, baru dia mau makan. Saya sering kasih dia kepala ikan kuah,” kata Patricia Leo.

Patricia mendoakan impian John Augustyn menyelesaikan 12 kamar kos dan menemukan pasangan hidupnya bisa segera terwujud. 

“Penjual balon saja bisa hidup dan bangun kos. Ini bisa jadi kesaksian luar biasa bagi setiap orang. Apa yang dilakukan om John Augustyn bisa menginspirasi banyak orang,” kata Patricia Leo.

Mardiana dan suaminya Sipri senang bekerjasama dengan John Augustyn

Karena hampir setiap hari balon yang dibawa John Augustyn laku terjual habis. Bahkan John Augustyn tidak pernah menunggak membayar setiap hari.

"Dia sudah lima tahun kerja dengan kami. Orangnya rajin dan jujur," kata Mardiana, pemilik balon gas.   

Mardiana pemilik balon gas di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia
Mardiana pemilik balon gas di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia (POS-KUPANG.COM/NOVEMY LEO)

Mardiana juga senang karena John Augustyn yang tidak tamat SMA itu bisa mewujudkan mimpinya memiliki rumah kos.

"Sekolahnya tidak tinggi, tapi dia tahu bagaimana cara kelola uang dan sekarang mimpinya bisa tercapai," kata Mardiana. 

Impian John Augustyn untuk menamatkan STM tak pernah terwujud dan memang tak akan pernah bisa terwujud lagi.

Namun John Augustyn bisa meraih impiannya menjadi sukses meski tak bisa menamatkan sekolah.

Menurut John Augustyn , pendidikan sangat penting tapi jika karena satu dan lain hal seseorang tidak bisa menyelesaikan pendidikan maka jangan berkecil hati.

Karena setiap orang punya berkat, rejeki dan sukses yang berbeda. Tapi pastinya bahwa setiap orang mesti bekerja menghasilkan sesuatu agar hidupnya bisa berguna.

Setiap orang juga mesti punya mimpi dan harus berusaha mewujudkannya. “Mimpi saya untuk bisa punya tanah, punya kamar kos sudah terwujud, beta senang. Tapi beta masih punya mimpi lain,” kata John Augustyn.

Mimpi lain John Augustyn itu adalah ingin mencari pasangan hidup dan menikah. Jhon ingin mewujudkan hal itu setelah 12 kamar kostnya selesai dibangun.

 “Setelah kamar kos jadi, orang mau masuk atau belum masuk, sonde (tidak) tertutup kemungkinan beta harus nikah, ya beta harus nikah. Sebab kalau Tuhan panggil, siapa yang miliki beta pung (punya) tempat ini,” tanya John Augustyn 

Rumah kos-kosan punya Jhon Agustine, si penjual balon gas di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia
Rumah kos-kosan punyaJohn Augustyn , si penjual balon gas di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia (POS-KUPANG.COM/NOVEMY LEO)

John Augustyn tak ingin buru-buru menikah karena lebih dulu ingin menyediakan rumah dan usaha yang baik agar keluarganya tidak sulit seperti dirinya.

“Agak repot kakak kalau beta menikah duluan. Bagaimana batong biayai istri anak, sementara upah baru segini. Jadi beta utamakan barang (kos) ini dulu supaya nanti beta punk anak istri tidak susah,” alasan John Augustyn.

Apakah Impian John Augustyn untuk menemukan pasangan hidup dan menikah itu bisa terwujud? Mari kita doakan. (pos-kupang.com, novemy leo)

CATATAN :

Ternyata dua bulan kemudian, penjual balon gas ini meninggal dunia saat berjualan balon gas karena tersengat aliran listrik di gardu di Kelurahan Liliba.

Baca juga: Selamat Jalan Jhon Agustein Si Penjual Balon Gas yang Meninggal Karena Tersengat Listrik

Baca juga: Penjual Balon Gas Jhon Menginspirasi Banyak Orang, Mati Meninggalkan Harta Ratusan Juta Rupiah

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved