Anak Cinta Lingkungan Dukung Pemda Ende Suskeskan TOSS,Tukar Sampah dengan Pellet, Info
Startup Comestoarra dan sinergi dengan PT. PLN UPK Flores untuk mengolah sampah menjadi bahan bakar kompor untuk kebutuhan rumah tangga
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Rosalina Woso
Anak Cinta Lingkungan Dukung Pemda Ende Suskeskan TOSS, Tukar Sampah dengan Pellet
POS-KUPANG.COM | ENDE - Komunitas Anak Cinta Lingkungan (Acil) Kabupaten Ende mendukung program Teknologi Olah Sampah di Sumbernya (TOSS) yang tengah dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Ende.
Pemda Ende menjalin kerja sama dengan Startup Comestoarra dan sinergi dengan PT. PLN UPK Flores untuk mengolah sampah menjadi bahan bakar kompor untuk kebutuhan rumah tangga dan pengganti batu bara.
Umar Hamdan, ketua Komunitas Acil kepada POS-KUPANG.COM, Selasa (17/11/2020), mengatakan program ini sangat cocok diterapkan di Kabupaten Ende dan susah bertemu dengan pihak Startup Comestoarra melihat dan mendengar langsung bagaimana olah sampah ala TOSS.
Produksi sampah di Ende terus meningkat, sehari mencapai 38 ton. Di sisi lain, masyarakat belum sungguh sadar bahwa sampah punya manfaat dan kalau dibiarkan bisa merusak lingkungan dan keindahan.
"Kami dari Acil sangat antusias dengan program TOSS ini dan sudah berkolaborasi dengan NGO dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ende untuk suskeskan TOOS," ungkap Umar.
Umar mengatakan, konsep TOOS bagus karena sangat sederhana tetapi memberi manfaat yang besar. "Masyarakat menunggu itu bahwa sampah bisa diatasi dan ada manfaatnya," kata Umar.
Ia berharap Pemda Ende bisa menjalankan program ini secara baik, oleh karena itu sosialisasi dan edukasi harus sampai ke akar rumput.
CEO startup company comestoarra Arief Noerhidayat menjelaskan, pengolahan sampah menjadi sumber energi alternatif, dikenal dengan program olah sampah setempat (TOSS) yang sudah dijalankan di beberapa kota besar di Tanah Air.
Dia jelaskan, tahap awal pengolahan yakni sampah-sampah non organik maupun organik dikumpulkan, tidak perlu dipilah. Sampah dikumpulkan dalam wadah yang terbuat dari bambu. "Beda dengan pengolahan sampah pada umumnya, harus dipilah," ungkapnya.
Sampah dalam wadah dari bambu tersebut lalu difermentasi dan disiram dengan bioactivatori. Sampah-sampah tersebut akan menyusut hingga lima puluh persen dalam waktu tiga hingga lima hari.
Langkah selanjutnya, yakni sampah-sampah tersebut dicacah dan dipeletisasi menggunakan mesin. Pelet-pelet tersebut kemudian bisa dimanfaatkan menjadi energi alternatif, untuk bahan bakar rumah tangga dan terutama cofiring batu bara di PLTU.
Manfaatnya bagi masyarakat yakni bisa menukarkan sampah dengan pellet untuk bahan bakar kompor. Memang kompornya khusus, sehingga ditahap awal, masyarakat tukar sampah dengan kompor. Selanjutnya tukar sampah dengan pellet.
Tidak hanya itu, untuk kebutuhan cofiring PLTU Ropa, masyarakat bisa menjual sampahnya per kilo Rp. 600.
Pihak Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ende tengah mengagas implementasi TOOS di masyarakat dengan melakukan edukasi dan sosialisasi terutama terkait penyediaan kotak atau wadah menyimpan sampah dari bambu.
Baca juga: Pemda Lembata Mulai Konsolidasi Gerakan Revolusi Mental, Info
Baca juga: Kepala BI Perwakilan NTT Apresiasi Kinerja Kapolres Kupang Kota dan Jajarannya, Simak
Untuk di tempat umum seperti pasar, kotak bambu akan disediakan oleh DLH. Setelah sampah disimpan dalam kotak bambu dan disiram bioactivator petugas akan datang mengangkut sampah tersebut menjadi pellet. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oris Goti)