Timor Leste Masih Miskin Padahal Kekayaan Alam Melimpah, Rakyat dan Pemerintahnya Mau Enaknya Saja
Masyarakat Timor Leste tetap miskin yang merajalela di negara itu. Padahal fakta bahwa negara itu memiliki kekayaan minyak dan gas yang bisa menghidup
Meski demikian, tidak ada masalah nyata dalam kehidupan ekonomi, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan dasar, bagi masyarakat di pedalaman negeri.
"Orang-orang di desa mendapatkan uang dengan mudah. Ada banyak dolar Amerika di desa-desa," kata pemimpin komunitas lainnya di Dili.

"Orang lain menipu sistem dengan mengklaim tunjangan yang bukan hak mereka akibat kegagalan pemerintah untuk memeriksa orang. Lainnya menghasilkan uang dengan menolak pensiun," katanya, menunjuk ke beberapa guru yang masih mengajar dengan baik di usia tujuh puluhan.
Penolakan pensiun oleh banyak lansia menimbulkan masalah, katanya.
"Artinya generasi muda tidak mendapat kesempatan, sehingga pengangguran tinggi," katanya.
"Ini dan korupsi yang merajalela di kalangan pejabat merugikan masyarakat. Kami dulu menyalahkan Indonesia atas korupsi, sekarang kami membuatnya sendiri," ujarnya.
Seorang pedagang dari Indonesia yang memiliki toko di Dili juga meratapi tingkat pengangguran di kalangan kaum muda.
"Orang punya uang dan daya beli cukup, tapi anak muda tidak suka pekerjaan pertanian, sementara pekerjaan lain sulit didapat terutama pekerjaan pemerintah. Banyak anak muda menganggur dan berkeliaran di kota," katanya.
"Proyek yang melibatkan investasi luar negeri, terutama dari China, mempekerjakan orangnya sendiri yang didatangkan dari luar negeri karena orang lokalnya dinilai kurang baik," ujarnya.
"Hal ini menyebabkan masuknya orang asing, banyak dari mereka adalah orang Tionghoa dan tidak bergaul dengan penduduk setempat. Hal ini menimbulkan masalah baru yaitu banyak tanah yang dibeli oleh orang Cina dan perdagangan di desa-desa mulai dikuasai oleh mereka," jelasnya.
Masalah juga ada di bidang pendidikan, menurut seorang pendidik berusia 55 tahun di Dili.
"Pendidikan tidak semaju yang kami harapkan. Salah satu masalahnya adalah bahasa yang digunakan siswa kami yang pergi ke Indonesia atau negara berbahasa Inggris. Kebanyakan siswa yang belajar di sini kualitasnya biasa-biasa saja," katanya.
Menurutnya, tiga bahasa diajarkan di sekolah-sekolah Timor Leste, Tetum (bahasa daerah), Portugis dan Inggris.
Hal ini menyebabkan kebingungan dan membatasi perolehan pengetahuan di antara para guru, yang berdampak langsung pada siswa dan kemudian tenaga kerja.
Situasi politik yang tidak stabil di negara ini juga telah menimbulkan masalah, dengan seringnya pergantian menteri yang mengakibatkan banyak pergantian dan perubahan kebijakan.