Pendukung Biden Menangis
Joe Biden akhirnya resmi memenangi pertarungan Pilpres AS dengan Donald Trump
POS-KUPANG.COM | JAKARTA -Joe Biden akhirnya resmi memenangi pertarungan Pilpres AS dengan Donald Trump. Joe Biden dipastikan melenggang ke Gedung Putih dengan 290 suara elektoral yang diraihnya sejauh ini di pilpres AS (pemilihan presiden Amerika Serikat), mengakhiri kepemimpinan 4 tahun Donald Trump.
Biden unggul telak dari Trump yang belum beranjak dari 214 suara elektoral. Begitu pun dari sisi suara populer (popular votes), Biden memimpin 50,6 persen berbanding 47,4 persen. Terpilihnya eks Senator Delaware sebagai presiden baru Amerika Serikat itu juga diiringi sejumlah rekor, yang dipecahkannya dalam perjalanan memenangi pemilu AS.
Baca juga: Rizieq Sudah Jalani Test Swab
Biden yang merupakan wakil presiden dari Obama selama dua periode mendapat 74.857.880 (50,6 persen) suara. Biden mengungguli Donald Trump yang mengumpulkan 70.598.535 suara (47,7 persen). Kemenangan Biden tersebut disambut dengan tangisan bahagia para pendukungnya.
Dalam pidato yang disampaikan dihadapan pendukungnya di kampung halamannya di Wilmington, Delaware, Biden meminta kepada pemilih Donald Trump untuk saling memberi kesempatan.
"Saya memahami kekecewaan malam ini. Saya sendiri telah kalah beberapa kali. Tapi sekarang, mari saling memberi kesempatan," kata Joe Biden.
Baca juga: Tiga Tahun, Desa Maubesi di TTU Dapat Bantuan 117 Rumah dari Kementerian PUPR
"Saya berjanji untuk menjadi presiden yang berupaya untuk tidak memecah belah, tetapi mempersatukan," tambahnya.
Biden tampak hadir bersama Wapres Amerika terpilih Kamala Harris saat menyampaikan pidato kemenangan Pilpres AS 2020 di Wilmington, Delaware. Joe Biden juga mengajak para pendukungnya untuk merangkul pendukung Trump. Tentunya, untuk membuat kemajuan bagi Amerika, ke depan.
"Sudah waktunya untuk menyingkirkan retorika kasar, menurunkan suhu, bertemu lagi, saling mendengarkan lagi, dan untuk membuat kemajuan, kita harus berhenti memperlakukan lawan kita sebagai musuh kita. Mereka bukan musuh kita. Mereka orang Amerika," jelas Biden.
Van Jones yang juga mantan penasihat Barack Obama juga menangis saat siaran langsung di televisi. Meski terisak, mantan penasihat Barack Obama di Gedung Putih itu menyampaikan kegembiraan dan harapannya.
Kemenangan Biden membuatnya lebih mudah menjadi seorang ayah dan mengajarkan nilai-nilai baik pada sang putera. Ia berkata kaum minoritas tidak perlu lagi khawatir selama beberapa tahun ke depan termasuk kaum Muslim dan imigran. Yang cukup menohok, Jones sempat mengangkat kasus kematian George Floyd.
"Saat George Floyd terbunuh, dia berkata 'Saya tidak bisa bernapas'. Selama empat tahun terakhir, terlalu banyak dari kita yang merasakan seperti mereka tidak bisa bernapas," katanya.
Pendukung Trump
Pendukung Donald Trump belum bisa menerima kenyataan bahwa Joe Biden telah memenangi Pilpres Amerika Serikat (AS). Mereka demo di penjuru AS menolak kekalahan. "Ini belum berakhir!" teriak pendukung Trump.
Jumlah peserta demo bervariasi, dari belasan hingga ribuan orang. Beberapa dari mereka bahkan ada yang membawa senjata. Perkelahian terjadi di beberapa lokasi.
Di Atlanta, lebih dari 1.000 pendukung Trump membawa banner hingga bendera AS. Mereka menyerukan 'ini belum berakhir' hingga 'berita bohong'. Polisi harus memisahkan pendukung Trump dan pendukung Biden.
"Ada kecurangan pemilu di sini," kata warga Tenesse bernama Jordan Kelley (29) yang datang khusus ke Atlanta untuk demo dukung Trump.
"Walaupun aku tinggal di Tenessee, aku warga Amerika dan aku ingin memastikan warga Amerika punya suara di Pemilu," sambungnya.
Di Pennsylvania, ribuan pendukung Trump berdemo. Hal yang sama juga terjadi di Phoenix, Arizona. Biden memenangkan suara di Arizona.
Salah satu pendukung Trump asal Nevada, Frank Dobbs (40), meyakini perjuangan mereka belum selesai. Trump sendiri masih berniat melayangkan gugatan hasil Pilpres.
"Ini belum benar-benar berakhir. Masih ada pengadilan. Jika ada waktu untuk mengungkap kecurangan, presiden dapat melakukannya. Media tidak bisa menentukan siapa yang menang Pilpres. Hanya pemilih yang legal di negara ini yang bisa menentukan," katanya.
Seperti dikutip dari Reuters, pendukung Trump dan Partai Republik berencana akan melanjutkan strategi dengan menggunakan langkah hukum, dengan harapan dapat membalikkan hasil raihan suara Trump di beberapa negara bagian.
"Fakta sederhananya, pemilihan ini masih jauh dari selesai. Joe Biden belum disertifikasi sebagai pemenang di negara bagian mana pun, apalagi negara bagian yang sangat diperebutkan menuju penghitungan ulang wajib, atau negara bagian di mana kampanye kami memiliki tantangan hukum yang valid dan sah yang dapat menentukan pemenang akhir, " kata Trump dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh tim kampanyenya.
Meski demikian, pendukung dan penasihat Trump sadar bahwa peluang mantan pengusaha New York itu untuk membalikkan hasil akhir pemilihan lalu menang sangat kecil.
Namun mereka ingin membiarkan proses hukum berjalan dengan sendirinya."Dia harus membiarkan penghitungan ulang dilanjutkan, mengajukan klaim apa pun yang ada, dan kemudian jika tidak ada perubahan, dia harus mengakui, "kata salah satu ajudan Trump.
Diketahui, Partai Republik telah mengumpulkan setidaknya $ 60 juta untuk mendanai proses hukum di beberapa negara bagian.
"Harus memastikan setiap suara dihitung dan menuntut transparansi. Menempatkan pada dasar retorika yang kuat, "kata mantan pejabat Gedung Putih lainnya.
Sementara, pendukung Trump dari Partai Republik di luar Gedung Putih memperingatkan bahwa Trump dapat menodai kredibilitasnya jika tidak mundur dengan anggun."Tidak mungkin baginya untuk mencalonkan diri lagi pada 2024 jika dia dipandang sebagai pecundang," kata sumber Partai Republik di Kongres.
Hal itu juga diamini oleh Pembawa acara Fox News Laura Ingraham, seorang pembela setia Trump, pada hari Jumat.Laura mendesak presiden Trump untuk menerima hasil yang tidak menguntungkan itu.
"Jika Tuan Biden memiliki 270 suara Electoral College pada akhir penghitungan, diharap Presiden Trump akan menerimanya dan dapat mundur dengan cara yang elegan," tutur Laura. (tribun network/AFP/CNN/Reuters/yud/rin/wly)