Kematian Ibu dan Janin Dalam Kandungan di RSUD Lewoleba Tuai Kecaman
masalah ini di media sosial dan mengecam manajemen RSUD Lewoleba yang dinilai tidak menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso

Kematian Ibu dan Janin Dalam Kandungan di RSUD Lewoleba Tuai Kecaman
POS-KUPANG.COM|LEWOLEBA--Kematian seorang ibu bersama janin dalam kandungan di RSUD Lewoleba, Kabupaten Lembata menuai kecaman warganet selama sepekan ini.
Warganet Lembata ramai membahas masalah ini di media sosial dan mengecam manajemen RSUD Lewoleba yang dinilai tidak menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Direktur RSUD Lewoleba dr Bernard Beda yang dihubungi Pos Kupang, Minggu (8/11/2020), enggan berkomentar banyak dan mengatakan bahwa semua kronologi kejadian sudah dia laporkan ke Sekda Lembata.
Dia pun meminta wartawan meminta konfirmasi langsung dari Sekda Lembata.
Sementara itu, ditemui di kediamannya, Sekda Lembata Paskalis Ola Tapobali juga mengakui sudah menerima laporan kronologi kejadian dari Direktur RSUD Lewoleba.
Pihaknya tentu akan mendalami masalah ini dan jika ada kesalahan secara medis pihak-pihak terkait akan ditindak sesuai etika medis dan pegawai negeri sipil (PNS).
"Kita akan uraikan dulu masalahnya," kata Sekda Paskalis.
Lebih lanjut, Paskalis menguraikan, berdasarkan keterangan dari Direktur RSUD Lewoleba, pasien bernama Paulina Peni (32) datang ke Ponek RSUD Lewoleba pada pukul 23.42 Wita, Selasa (3/11/2020).
Sebelumnya, pasien berada di Rumah Tunggu Kelahiran (RTK). Namun, dia sendiri masih harus mengecek lagi di Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata perihal seperti apa penanganan pasien di Rumah Tunggu Kelahiran.
Kemudian di rumah sakit, oleh petugas medis, pasien mulai didiagnosa. Saat itu, pasien mengeluhkan rasa nyeri sejak pukul 19.00 Wita. Kemudian diagnosa, dan dilakukan tindakan medis. Karena belum ada tanda-tanda akan partus, petugas medis pun meminta pasien untuk beristirahat di rumah sakit.
"Kemudian jam 12.15 Wita periksa lagi belum ada tanda tanda. Semua secara medis normal, dia tidak informasikan bahwa ada gejala atau sakit bawaan apa. Jam 1 lebih mereka masih cek tapi memang belum ada tanda-tanda," ujarnya.
Menurut dokter, kata Paskalis, tidak ada permintaan operasi. Permintaan operasi bisa dilakukan atas persetujuan dari keluarga. Sementara saat itu tidak ada keluarga yang mendampingi pasien.
"Kalau mau permintaan operasi harus ada keluarga," katanya.
Menurutnya, pasien diperiksa dan ditindak sudah sesuai protap.
Sekitar pukul 02.00 Wita, pasien mengalami kejang-kejang dan keluar busa di mulutnya. Menurutnya, sesuai keterangan dokter, gejalanya seperti penyakit epilepsi. Akan tetapi, tidak ada informasi soal penyakit bawaan pasien tersebut.
Baca juga: SIMAK Penjelasan Hidayat Nur Wahid, PKS Tidak Merasa Tersaingi dengan Kehadiran Partai Masyumi
Baca juga: Update Corona Sumba Timur, Tiga Pasien Covid-19 di Sumba Timur Sembuh
Baca juga: Gelar Baksos, Altar 89 Bagi Sembako dan Masker kepada Masyarakat di Perbatasan RI-RDTL, Info
Baca juga: KODE REDEEM FF 9 November 2020, Daptkan Diamond Klaim Kode Redeem Free Fire November 2020
"Pasien meninggal itu didahului kejang-kejang dulu lalu keluar busa dari mulut," ujarnya.
Berdasarkan keterangan medis yang diterima Pos Kupang, kondisi pasien sedang hamil anak keduanya. Pasien dinyatakan meninggal pada pukul 02.46 Wita di hadapan keluarga.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)