Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Minggu 1 November 2020: Menjadi Kudus di Tengah Dunia
Pada Pesta Semua Orang Kudus ini, marilah kita berjuang melalui hidup kita ini dengan inspirasi Injil.
Mereka mengubah dunia ini menjadi ruang hidup yang damai dan berpengharapan. Orang-orang ini masuk dalam golongan anak-anak Allah yang setia dikasihi-Nya. Hidupnya adalah pancaran cahaya kasih Allah tanpa batas. Mereka setia menyucikan diri dan bertobat dengan menjadi perpanjangan tangan Allah agar menghadirkan harapan.
“Lihatlah, betapa Bapa mengasihi kita, sampai kita dinamakan anak-anak Allah dan kita sungguh benar anak-anak Allah” (1Yoh 3:1).
Kasih Allah yang membingkai hidup senantiasa menggerakkan kita untuk menjadi orang “berbahagia” karena hidup miskin di hadapan Allah dan setia mengusahakan perdamaian (Mat 5:3.9).
Orang yang hidup miskin selalu rendah hati dan menaruh seluruh harapan pada Allah sebagai harta karun. Menurut Kitab Mazmur, orang yang hidup miskin sangat dicintai Allah. Tuhan akan mendengarkan seruannya dan membebaskannya dari segala kesusahan (Mzm 34:6).
Orang-orang ini akan selalu menghadirkan damai. Ia akan menjadikan dunia ini tempat diam yang lebih baik bagi semua orang. Mereka akan berperang mengalahkan kejahatan dan memenangkan damai dalam jiwanya. Dia akan membangun titian untuk menuju sesama dengan hati yang tulus dan bersahaja. Ia akan meghalau jauh-jauh perpecahan dan menghadirkan damai di jiwa sesama.
Pada Pesta Semua Orang Kudus ini, marilah kita berjuang melalui hidup kita ini dengan inspirasi Injil. Kita jadikan hidup kita: pikiran, perkataan dan perbuatan sebagai Kabar Gembira bagi sesama yang mungkin kehilangan harapan di tengah pandemi ini.
Kita berjuang menjadi “manusia kudus” dengan mengalahkan egoisme dan mempersembahkan seluruh diri bagi sesama. Kata-kata kita meneguhkan. Tindakan kita memberi harapan. Kehadiran kita adalah titian menuju sebuah masa depan penuh bahagia.
Ketika kita, manusia biasa di tengah dunia, “membasuh jubah kita dengan darah Anak Domba Allah”, maka pada “waktunya” kita adalah “orang berbahagia” yang pantas berdiri di depan singgasana dan di hadapan Anak Domba Allah karena kita telah menjadi jalan keselamatan bagi sesama dalam ziarah di tengah dunia menuju Allah. *
SIMAK JUGA VIDEO BERIKUT: