Kisah Nurhayati, Wanita yang Tak Mampu Melunasi Tunggakan Sewa Kos Karena Diserang Stroke

Kisah Nurhayati, wanita yang tak mampu bayar tunggakan sewa kos karena diserang stroke

Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM / DIONISIUS REBON
Nurhayati warga Kelurahan Kayu Putih Kecamatan Oebobo yang menderita stroke, Kamis, 29/10/2020. 

Kisah Nurhayati, wanita yang tak mampu bayar tunggakan sewa kos karena diserang stroke

POS-KUPANG.COM | KUPANG-Wanita itu terbaring lemah. Sesekali ia berusaha duduk ketika dikunjungi tamu meskipun sangat sulit. Kulit keriput membungkus tulang. Kain usang nan kumal sesekali Ia gunakan untuk menyeka air mata yang berderai membasahi pipi yang kian uzur oleh waktu.

Dia adalah Nurhayati, Ibu satu anak yang kini hanya bisa menanti mukjizat agar bisa membayar tunggakan kos dan biaya perawatan atas penyakit stroke yang dideritanya.

Baca juga: Debat Paslon Bupati dan Wakil Bupati Belu Super Ketat

Ia menetap pada salah satu kamar kos di RT/RW 015/004 Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, NTT.

"Nanti saya bisa nangis. Saya gampang nangis. Habis saya ini keluhan saya berat sekali," ujarnya dalam dialek Jawa kental, ketika disambangi POS-KUPANG.COM, Kamis, 29/10/2020.]

Baca juga: Rumahnya Rusak Diterjang Angin Puting Beliung, Hingga Kini Maria Belum Tersentuh Bantuan

Kamar kos tempatnya berteduh dari hujan dan terik mentari nampak berantakan. Pakaian usang yang dibungkus dengan kantong plastik ditumpuk begitu saja di atas perabot lainnya.

Di depan kamar tersebut, berjejer beberapa jerigen berisi air yang telah melumut. Nurhayati mengatakan, dirinya hanya bisa mengambil air dari sumur milik warga karena tak mampu membayar uang kos. Oleh karena itu, ia tidak diberi kesempatan untuk menikmati fasilitas air bersih di kos tersebut.

Sebelumnya Nurhayati hidup bersama Julio Agustinho (suaminya) di Bontang Kalimantan Timur, lalu kembali ke Timor Leste mengikuti suaminya. Ketika Timor Leste berpisah dari NKRI, Nurhayati mengambil keputusan untuk pulang ke Indonesia bersama buah hatinya.

Ia menuturkan bahwa, Julio Agustinho (suami Nurhayati) yang merupakan warga Dili, Timor Leste tidak ikut serta ketika Nurhayati memutuskan untuk kembali ke Kupang (Indonesia) pasca Timor Leste memisahkan diri dari Indonesia.

Setelah pindah dari Timor Leste, Nurhayati bertahan hidup bersama buah hatinya dengan bekerja sebagai karyawan pada beberapa rumah makan di Kota Kupang.

Upah yang diterima dari hasil kerja tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya pendidikan anaknya.

Meski didera kesulitan dan derita, Ia berusaha membesarkan anaknya seorang diri tanpa dukungan dan sokongan dari suami.

Pasca menderita sakit stroke dan jantung, Nurhayati tidak bisa bekerja lagi. Ia hanya bisa berbaring di tempat tidur dan menanti mukjizat yang diberikan oleh Yang Mahakuasa lewat darasan doa-doa singkatnya.

Nurhayati mengisahkan, ketika dirinya jatuh sakit suaminya tidak berada di Kupang. Ia kemudian diantar oleh teman-teman dan tetangganya ke rumah sakit.

Julio Agustinho, beber Nurhayati, sempat menjenguk dirinya yang sedang sakit, dengan membawa serta uang sebesar Rp. 400.000.

Dikatakan Nurhayati, Julio sempat merawat dirinya kira-kira sebulan lalu kemudian kembali ke Dili.

"Saya kembali cari uang untuk kamu bayar kos, bayar BPJS, untuk kamu makan minum," ujar Nurhayati menirukan pesan suaminya waktu itu.

Setelah kembali ke Timor Leste, Julio tidak pernah kembali ke Kupang dan kemudian hilang kontak. Nurhayati menghubunginya berkali-kali namun tidak direspon. Ia juga sempat meminta bantuan pihak Konsulat Timor Leste di Kota Kupang namun hasilnya nihil. Julio kembali tidak bisa dihubungi.

Mengetahui kondisi ekonomi keluarga yang kian rumit, Nurhayati memohon bantuan kepada pihak Kelurahan untuk membantu biaya pendidikan anaknya hingga tingkat SMA kelas XII.

Malang melintang, pasca jatuh sakit, Nurhayati tidak bisa bekerja. Ia tidak bisa membayar tunggakan sewa kos dan dan memenuhi kebutuhan hidup.

Tidak hanya itu, ia juga kesulitan membeli beras dan bahan pokok lainnya untuk sekedar menunda lapar dan haus.

Seribu cara ia tempuh untuk memperoleh belas kasihan orang lain. Namun sebagian dari mereka mengganggap nestapa yang dialaminya sebagai kutukan dan bahan candaan.

Nurhayati mengaku sering menangis mengenang nasibnya ketika pemilik kos meminta dirinya melunasi tunggakan uang kos yang sudah setahun lebih belum dibayar.

Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diperuntukan bagi warga terdampak Covid-19 tidak dibisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin berantakan akibat pandemi. Pasalnya, pemilik kos akan menagih tunggakan tak lama setelah BLT tersebut diterima oleh Nurhayati.

Karena ditekan kondisi ekonomi yang semakin parah, Nurhayati memaksakan diri mengunjungi kerabat dengan berjalan kaki (meski tertatih-tatih karena diserang stroke) untuk menanyakan lowongan kerja bagi anaknya yang baru menyelesaikan pendidikan di tingkat SLTA. Namun nasib belum berpihak kepada Nurhayati dan buah hatinya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved