Bila Tak Mau Di Cap PKI, Megawati Harus Buang Rumusan Pancasila 1 Juni 1945 dan Bebaskan Para Ulama

Dalam RUU Haluan Ideologi Pancasila, terdapat ciri pokok Pancasila berupa trisila: sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi Ketuhanan yang Berkebudayaan.

Editor: Frans Krowin
kompas.com
Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri 

Bila Tak Mau Di Cap PKI, Megawati Harus Buang Rumusan Pancasila 1 Juni 1945 dan Bebaskan Para Ulama

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Novel Bamukmin, Wakil Sekjen  PA 212 merespons kekesalan Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri, yang sering dicap PKI.

Menurut Novel, jika tidak ingin dituduh PKI, maka Megawati dan PDIP harus menunjukkan penolakan terhadap paham komunisme.

"Mega kalau tidak mau dituduh PKI, maka sikapnya harus tegas menolak PKI atau paham komunisme dalam partainya."

"Juga Megawati harus jelas pembelaannya terhadap Pancasila, khusus pengamalan terhadap sila pertama," kata Novel saat dihubungi Tribunnews, Kamis (29/10/2020).

 

Megawati juga diminta melupakan rumusan Pancasila 1 Juni 1945.

Sebab, hal itu sempat menjadi polemik dalam RUU Haluan Ideologi Pancasila, lantaran terdapat ciri pokok Pancasila berupa trisila: sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, serta Ketuhanan yang Berkebudayaan.

"Juga harus membuang jauh-jauh rumusan Pancasila 1 Juni 1945 yang malah dijadikan hari libur."

"Dan bebaskan ulama dari jerat kriminalisasi serta sikap tegas terhadap para penista agama," ucapnya.

Sebelumnya, Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri angkat bicara soal dirinya yang kerapnya dicap sebagai bagian dari PKI.

Megawati pun membantah dirinya adalah bagian dari PKI.

Dia kemudian mengatakan bahwa dirinya adalah manusia unik karena orang tuanya adalah pahlawan nasional.

"Saya dibilang PKI, dari mana asalnya PKI?"

"Bapak ibu saya pahlawan nasional."

"Ya jelek-jelek gini saya manusia unik lho di republik ini."

"Saya bilang begitu, kenapa? Bukan menyombongkan diri, tidak, orang tua saya dua-duanya pahlawan, mau diapain?"

"Mau diomongin PKI, mau apa, terserah, bodo," ujar Megawati, dalam acara peresmian 13 kantor partai, satu patung Soekarno, dan satu sekolah partai, secara virtual, Rabu (28/10/2020).

Dia menjelaskan, menjadi pahlawan nasional tidaklah mudah.

Untuk Bung Karno, kata Megawati, harus menjadi proklamator terlebih dahulu.

Megawati juga menceritakan bagaimana dirinya menjadi anggota DPR tiga kali di zaman Soeharto yang terbilang sulit. Namun dirinya selalu berhasil lolos.

Bahkan dirinya dipilih sebagai wakil presiden oleh MPR dan juga menjadi presiden kelima Indonesia.

"Saya anggota DPR tiga kali waktu zaman Pak Harto itu di penelitian khusus, ditanyain urus Pancasila, segala apa, kok lolos saya, tiga kali."

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved