Bahasa Indonesia Tak Lagi Diajarkan di Timor Leste,Tapi Rakyat Bumi Lorosae BisaBerbahasa Karena ini
Pemerintah yang mewajibkan bagi siswa mulai dari SD hingga seterusnya menggunakan bahasa Tetun atau bahasa lokal setempat, kemudian bahasa Portugis da
Selain itu terdapat pula belasan bahasa daerah, diantaranya: Bekais, Bunak, Dawan, Fataluku, Galoli, Habun, Idalaka, Kawaimina, Kemak, Lovaia, Makalero, Makasai, Mambai, Tokodede, dan Wetarese.
Di bawah pemerintahan Presiden Suharto, penggunaan bahasa Portugis dilarang.
Saat ini bahasa Portugis di Timor Leste diajarkan dan dipromosikan secara luas dengan bantuan dari Brasil dan Portugal, meskipun terdapat keengganan dari beberapa kalangan muda berpendidikan.
Menurut Laporan Pembangunan PBB 2006, hanya kurang dari 5% dari penduduk Timor berbicara bahasa Portugis secara fasih.
Meskipun demikian, validitas laporan ini dipertanyakan oleh para anggota institut linguistik nasional Timor, yang mempertahankan pendapat bahwa bahasa Portugis diucapkan hingga 25% dari penduduk Timor.
Seiring dengan bahasa lokal lainnya, bahasa Tetum merupakan bahasa yang paling umum digunakan untuk berkomunikasi, sementara itu bahasa Indonesia masih banyak digunakan di media dan sekolah dari SMA hingga perguruan tinggi.
Sebagian besar kata dalam bahasa Tetum berasal dari bahasa Portugis, tetapi juga terdapat kata-kata serapan dari bahasa Indonesia, contohnya adalah notasi bilangan.
Timor Leste tidak memiliki budaya resmi, budaya masyarakat Timor Leste bergantung dengan budaya Timor Timur, yaitu campuran suku dengan Indonesia, salah satunya adalah Suku Marobo.
Selain itu, budaya Timor Leste juga dipengaruhi bangsa Portugis.
Suku Marobo adalah suku yang bertempat tinggal di beberapa desa di Bobonaro, kota Maliana, Timor Leste, khususnya desa Ilatlaun, Atuaben, dan Soileso.
Pada 1990 diketahui bahwa jumlah populasinya sekitar 3.000 jiwa.
Suku Marobo masih mempunyai tali saudara dengan suku Kemak dan menggunakan bahasa Kemak, sehingga sering juga disebut orang Kemak Marobo.
Selain bahasa Kemak, suku Marobo juga menggunakan bahasa lain, yaitu bahasa Bunak atau Tenun Terik sebagai lingua franca untuk berkomunikasi dengan bangsa lain yang ada di sekitarnya.
Jenis bahasa mereka adalah jenis bahasa orang laut yang terancam punah, bersamaan dengan bahasa-bahasa milik suku bangsa Punan, Asmat, Mentawai, dan Sakai.
Seorang antropolog Prancis bernama Brigitte Clamagirand pernah menetap di pemukiman suka Marobo.
Ia membuat dokumentasi yang menggambarkan masyarakat Marobo mempunyai keahlian di seni tenun.
Suku Marobo memang terkenal atas tenun (atau 'tais', sebuah jenis tenun Timor Leste). Sayangnya, pengetahuan tenun dengan masyarakat Marobo sendiri terputus saat Indonesia menduduki Timor pada 1975.
Sebagian artikel ini sudah tayang di Intisari.Grid.ID dengan judul: Kain Tais, Salah Satu Kekhasan yang Dimiliki Timor Leste, di Pasar Ini Kain Khas Bumi Lorosae Bisa Ditemukan https://intisari.grid.id/amp/032404297/kain-tais-salah-satu-kekhasan-yang-dimiliki-timor-leste-di-pasar-ini-kain-khas-bumi-lorosae-bisa-ditemukan?page=all